Perempuan Muda di Bisnis Esek-esek di Serambi Mekkah

Bisnis esek-esek di Serambi Mekkah
Jembatan Pante Pirak Banda Aceh di malam hari. Pada Jumat pagi (28/7/2023) sekitar pukul 02.00 WIB, seorang perempuan muda merokok bersama sejumlah pria muda di trotoar jembatan tersebut. Foto: Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda AcehBisnis esek-esek di Serambi Mekkah bukan isapan jempol. Beberapa malam lalu di sebuah warung kopi di tepi Krueng Aceh, dua perempuan muda bertengkar karena memperebutkan pelanggan. Mereka tidak merasa canggung meski bergaduh di tengah keramaian.

Jumat dinihari (28/7/2023) sebuah warung kopi di dekat jembatan Peunayong, menghubungkan Keudah dan Peunayong, masih sangat ramai oleh kalangan muda-mudi. Meski jarum telah menunjukkan angka 01.43 pagi, tapi pengunjung tak kunjung berkurang.

Warkop itu telah santer disebut-sebut sebagai tempat mangkalnya para terduga pelaku bisnis esek-esek di Serambi Mekkah. Mereka berbaur dengan pengunjung lainnya, meramaikan khazanah perkopian sembari menjalankan bisnis.

Baca: Polisi Bongkar Penjualan Perempuan Bermodus Pelacuran di Langsa

Umur mereka masih muda-muda. Duduk berserak di antara jejeran kursi dan meja. Mereka mudah diidentifikasi. Muda, menor, nongkrong hingga lewat dinihari, dan bergaul dengan anak-anak muda yang diduga sebagai bagian dari rantai bisnis esek-esek itu.

Seorang perempuan muda yang duduk di dekat tiang warkop, menyulut sebatang rokok. Wajah perempuan muda itu terlihat lelah. Jilbab hitam disangkutkan di kepala, dengan sebagian tengah kepala ke depan menampakkan rambutnya yang telah dicat warna coca-cola.

Ia memakai baju kaos lengan panjang, celana jeans biru ketat, dan duduk dengan gaya membuka paha lebar-lebar. Raut wajahnya benar-benar lelah. Dari caranya mengisap rokok, terlihat bila ia sudah pada tahapan pro. Konon lagi, di ruang publik di Aceh, perempuan yang merokok di depan umum merupakan sebuah ketabuan. Tapi ia tidak terlihat canggung.

Tangan kanannya aktif men-scroll layar telepon genggam. Sesekali ia bicara dengan lelaki di sampingnya, serta seorang perempuan lainnya yang satu meja dengannya.

Sekitar setengah jam kemudian, perempuan itu bangun. Langkahnya menuju arah parkir kendaraan di jalan arah terminal Keudah, satu jalur dengan Gedung Bank Indonesia. Di tepi jalan sebuah MPV kelas low end berkelir hitam baru saja berhenti. Perempuan itu masuk ke dalamnya. Kemudian mobil itu menghilang di kegelapan malam.

Sebelum perempuan itu beranjak dari warkop, di halaman yang juga penuh kursi dan meja, seorang perempuan berselendang putih dan mengenakan baju lengan panjang warna pink, duduk bersama sejumlah anak muda. Ia menghisap rokok elektrik sembari tertawa kecil bersama kawan kongkow-nya. Teman semeja yang menyeruput kopi bersama Komparatif.id menyelutuk bila perempuan itu merupakan salah satu “pegawai” bisnis esek-esek di Serambi Mekkah.

Baca: Pengguna Celana Pendek Semakin Marak di Aceh

Ketika malam semakin larut, lima perempuan muda yang merias wajah agak menor, turun dari sebuah mobil. Seorang pria berbadan tinggi, mengenakan kaos hitam lengan panjang, dan bercelana pendek masuk ke warung. seorang perempuan mengapit lengan si pria. Mereka duduk di deretan kursi meja panjang.

Wajah kelima perempuan itu juga tergurat tidak segar. Seperti baru saja tiba dari tempat yang agak jauh. Mereka memesan minuman. Si pria bercelana pendek bicara. Satu kalimat yang mendarik dari mulut si pria. “Kan biaya pakaian kalian juga harus aku hitung.”

Pukul 02.00 pagi, Komparatif.id beranjak dari warkop tersebut. Beberapa perempuan muda juga beranjak pergi. Langkah mereka sedikit gontai. Tidak cekatan lazimnya dara muda lainnya.

Ketika Komparatif.id melaju melewati Jembatan Pante Pirak, terlihat pemandangan menarik. Seorang perempuan muda memakai baju hitam lengan panjang, sedang mengisap rokok dalam-dalam. Dia bersama beberapa laki-laki yang berdiri di trotoar jembatan.

Saat Komparatif.id melintas dengan laju motor sangat rendah di jalan Daud Beureueh, di parkiran sebuah anjungan tunai mandiri sepasang anak manusia duduk di atas jok motor bebek. Si perempuan duduk di belakang sembari memeluk si pria yang sedang menatap layar hape. Dagu si wanita ditaruh di bahu kanan pria muda itu.

Bisnis Esek-esek di Serambi Mekkah kian Marak

Sejumlah sumber menyebutkan bisnis prostitusi di Kota Banda Aceh semakin marak. Sebelum pindah ke kawasan warkop di bekas Penjara Keudah, mereka mangkal di sebuah warkop di Lampaseh.

Para penjaja hubungan badan terlarang itu, bergeliat bila malam tiba. Semakin larut maka semakin mudah mengidentifikasi mereka.

Hubungan badan terlarang tidak dilakukan di hotel. Mereka menghindari hotel demi mengecoh operasi penyakit masyarakat. Layanan prostitusi sekarang ini semakin marak dilakukan di dalam mobil roda empat.

Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, bisnis esek-esek di Serambi Mekkah  dijalankan secara online. Antara konsumen dan pekerja seks komersial dipertemukan oleh aplikasi chatting tertentu. Ada yang bergerak secara solo ada pula yang difasilitasi oleh muncikari.

beberapa sumber menyayangkan fenomena tersebut. Aceh yang aman, nyaman, tanpa kriminalitas, justru disalahgunakan untuk menjalankan bisnis esek-esek di Serambi Mekkah. Mereka dinilai makin berani terang-terangan karena tidak ada lagi operasi moral oleh Polisi Syariat (Wilayatul Hisbah) seperti di Masa Illiza Saadudin Djamal masih memimpin Banda Aceh.

Artikel SebelumnyaBireuen Express Dalam Kenangan Penumpang
Artikel SelanjutnyaBriptu Tiara Pidato di Depan Erdogan
Redaksi
Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

1 COMMENT

  1. Saran:
    Upayakan untuk mewawancarai para pelaku bisnis esek-esek ini, baik pelakunya maupun mucikari. Tanyakan asal daerahnya, motifnya, dan kenapa dia berani menjalankan bisnis itu di Banda Aceh.

    Berita ini bisa ditulis dalam bentuk Indepth Reporting….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here