Perceraian di Aceh Tembus 5 Ribu Kasus Pada 2023

PKK Aceh Siapkan Kader untuk Jaga Kesehatan Calon Pengantin Perceraian di Aceh Tembus 5 Ribu Kasus Pada 2023
Pj Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Safriati, S.Si, M.Si. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Pj Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Safriati, mengungkapkan keprihatinannya atas melonjaknya angka perceraian dari 3.000 kasus pada tahun 2022 menjadi 5.000 kasus di tahun 2023.

Pada tahun 2022, tercatat 3.000 kasus perceraian, dan angka tersebut meningkat menjadi 5.000 kasus pada tahun 2023. Ini adalah fenomena yang harus kita cegah bersama,” ujar Safriati saat membuka Seminar Pendidikan Keluarga di Gedung Serbaguna Setda Aceh, Rabu (18/12/2024).

Safriati menyoroti pentingnya perhatian terhadap berbagai isu sosial yang mengancam generasi muda di Aceh, seperti tingkat pendidikan yang rendah. Ia mengajak semua pihak, baik dari pemerintah, organisasi keagamaan, maupun masyarakat umum, untuk bergerak bersama menghadapi hal ini.

Baca juga: Dharma Wanita Persatuan Pidie Gelar Peringatan HUT ke-25

Penerapan syariat Islam, lanjut Safriati, adalah langkah penting dalam melindungi keluarga dari pengaruh negatif. Ia berharap kader PKK Aceh yang jumlahnya mencapai puluhan ribu dapat berperan aktif dalam mendeteksi dan mencegah permasalahan keluarga sejak dini.

Menurutnya, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memiliki peran yang sangat signifikan dalam melawan bahaya yang ditimbulkan oleh judi, narkoba, dan perilaku menyimpang lainnya, termasuk LGBT.

“Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam mencegah bahaya yang ditimbulkan oleh judi, narkoba dan perilaku LGBT,” ujarnya.

Dalam seminar tersebut, Safriati juga berbagi pengalaman dari kunjungannya ke Lapas Anak dan Lapas Wanita di Aceh. Ia menyampaikan data mencengangkan bahwa sekitar 80 persen penghuni Lapas Wanita tersangkut kasus narkoba.

Sekitar 80 persen penghuni Lapas Wanita terjerat kasus narkoba. Ini adalah masalah serius yang harus kita hadapi demi masa depan Aceh,” ujarnya.

Selain isu perceraian, ia juga mengingatkan peserta seminar dari organisasi keagamaan, wanita, pemuda dan para mahasiswa serta dai milenial sebagai duta bagi lingkungan mereka dan diharapkan dapat menyebarkan ilmu yang didapat selama seminar.

“Membangun keluarga yang sehat dan berkelanjutan adalah modal untuk masa depan kita,” tegasnya.

Acara yang diselenggarakan oleh PKK Aceh ini menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, termasuk pihak Badan Narkotika Nasional (BNN), Kepolisian Daerah Aceh, akademisi, dan pakar dari Jakarta.

Seminar ini diharapkan dapat menjadi awal yang baik dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan keluarga sebagai langkah strategis untuk mencegah masalah sosial yang semakin mengkhawatirkan di Aceh.

Artikel SebelumnyaPria Paruh Baya Ditemukan Tewas Tergorok di Aceh Tengah
Artikel SelanjutnyaSophia, Hantu Belanda di Pendopo Gubernur Jenderal di Aceh

2 COMMENTS

  1. Nggak dijelaskan dengan detil kenapa kasus perceraian meningkat. dari 3ribu ke 5ribu cukup banyak. perlu juga daerah-daerah mana saja yang mengalami tingkat perceraian tinggi. seharusnya hal begini perlu dipetakan juga. tingkat pendidikat, tingkat ekonomi, daerah mana saja, jadi bisa diliat korelasi satu dengan hal lainnya. klo misal narkoba apa korelasi dengan faktor lain seperti ekonomi, bagaimana tingkat ekonomi daerah itu? banyak sebenarnya yang perlu cek, jadi kelihatan inti masalahnya ada dimana. bukan cuma seminar/cuap-cuap selesai masalah.

    contoh pernah ada yang minta cerai, karena bosan dirumah. ntah gimana cara komunikasi di rumah wallahua’lam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here