Peran Minoritas Dalam Menyukseskan Pemilu 2024

Nyanyak Marawan Putri, menulas tentang peran minoritas dalam Pemilu 2024. Foto: Dok. Penulis.
Nyanyak Marawan Putri, menulas tentang peran minoritas dalam Pemilu 2024. Foto: Dok. Penulis.

Pesta demokrasi akan dilaksanakan secara serentak pada Pemilu 2024 mendatang. Ini menjadi tantangan besar bagi rakyat Indonesia karena dalam waktu bersamaan akan dilaksanakan pemilu dan pilkada. Banyak yang perlu dibenahi oleh penyelenggara pemilu. Namun, masyarakat, terutama generasi muda juga perlu berkontribusi sebagai upaya menciptakan tatanan demokrasi yang berkualitas.

Generasi muda memiliki tanggung jawab yang besar dalam memberikan aksi nyatanya sebagai agent of change. Generasi muda di Aceh perlu menjadi role model bagi lingkungan atau komunitas tempat ia bersosialisasi sehingga bisa menjadi sebuah gerakan besar yang membawa perubahan ke arah yang lebih positif. Khususnya dalam menghadapi isu money politic, golongan putih (golput), hoaks, kampanye hitam, dan sebagainya.

Untuk mengedukasi dan memberi contoh yang baik kepada masyarakat di Aceh, para generasi muda dapat mengambil alih dengan membuat langkah nyata seperti terlibat aktif di komunitasnya dalam menyosialisasikan pemilu yang sehat, jangan hanya menjadi penonton. Karena sesungguhnya pengawasan pemilu bukan hanya tugas milik penyelenggara saja, melainkan menjadi tugas bersama. Termasuk dari kelompok-kelompok minoritas yang ada di Aceh.

Baca juga: Di Mata Mahasiswa Pemilu 2024 Hanya Pesta Penguasa

Pengalaman Evriani Rotua Gea, gadis asal Medan yang sudah tinggal di Aceh selama 15 tahun. Selaku pegiat sosial yang aktif di berbagai komunitas, salah satunya sebagai alumnus Sekolah Kader Pengawasan Partisipatif (SKPP) Bawaslu Banda Aceh serta pengajar di gereja bagi anak-anak remaja, ia membagikan pengalamannya terkait keikutsertaannya selama pemilu di Aceh. Ia menyatakan, selama tinggal di Aceh dirinya baru sekali ikut pemilu. Mengenai kriteria pemimpin, Evri menyatakan dengan tegas bahwa ia memilih sosok pemimpin yang bagus, punya kapasitas, dan netral. Evri tidak melihat dari sisi agama, suku, maupun gender.

“Namun, sebagai minoritas, kami juga tak luput dari serangan fajar ketika menjelang pemilu. Seperti ada beberapa partai politik yang mendatangi langsung komunitas kami dengan mengiming-imingi janji seperti melindungi minoritas, mendapat bantuan, tetapi ini semua adalah hoaks dan ini yang saya rasakan sendiri,” ujar Evri, 22 November 2022.

Sebagai orang muda yang sudah belajar dan terlibat di banyak kegiatan, Evri mengambil langkah dengan menyosialisasikan ilmu yang didapatnya dari Bawaslu kepada komunitas dan keluarganya terkait bagaimana memilih sosok pemimpin dan menjauhi money politic. Evri menyatakan bahwa pihak Bawaslu pernah melibatkannya sebagai kelompok minoritas di Aceh dengan kegiatan yang bersifat sharing-sharing. Harapan Evri bahwa jangan pernah mau terima serangan fajar (money politic) dan jangan pernah menjadi golongan putih (golput) karena satu suara sangat bermanfaat, untuk masyarakat lebih jeli lagi dalam memilih pemimpin.

“Kita butuh pemimpin yang bisa bekerja dan membuat perubahan, kemudian jangan mendiskriminasi orang-orang kecil, untuk pihak penyelenggara diharapkan netral dan tidak berpihak,” katanya.

Senada dengan itu pada 15 Desember 2022, Hokky Chandra Wiguna yang akrab disapa Hokky, perantau asal Binjai yang kini telah berusia 22 tahun dengan status sebagai guru Katolik Budi Dharma, Banda Aceh. Ia menyatakan standar atau kriteria memilih pemimpin/caleg (calon anggota legislatif) yang notabennya berbeda agama, “Saya tidak memandang atau mempermasalahkan agama sama sekali, selama kinerja baik dan juga jujur serta benar-benar kompeten selama pekerjaannya bagus dan dia netral, dia akan saya pilih” ungkapnya.

Hokky menambahkan, perannya dalam komunitas untuk menyosialisasikan pemilu adalah terkait bagaimana memilih pemimpin kemudian terkait kemampuan setiap pasangan calon.

Ia berharap semoga ke depannya agama tidak lagi menjadi isu dalam menyulitkan jalannya pemilihan atau apa pun, dan diharapkan pemilu berjalan dengan jujur serta juga sportif tanpa adanya demo settingan yang biasanya disertai dengan nasi bungkus atau ditunggangi oleh oknum partai tertentu.

Begitu juga dengan Dimas Lagata Dewantara, laki-laki berusia 21 tahun asal Banda Aceh keturunan Maluku dan aktif di komunitas Rap Aceh Conference. Dewa sapaan akrabnya, dia mengatakan bahwa aksesnya selama pemilu di Aceh menurutnya lumayan dan ia tidak mendapat diskriminasi. Ia juga mempromosikan untuk ikut pemilu di kalangan komunitasnya dengan cara aktif melalui media sosial dan mengajak teman-temannya untuk tidak golput dan memilih pemimpin sesuai kriterianya.

“Agama tidak menentukan layak atau tidaknya seseorang dalam menjadi pemimpin, karena saya lebih fokus terhadap jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab serta jiwa yang berintelektual tinggi dari seorang pemimpin/aleg tersebut,” kata Dewa.

Dewa menegaskan, sebagai anak muda dan kelompok minoritas, menjelang Pemilu 2024 nanti diharapkan kepada semua pihak untuk tidak golput karena golput itu adalah salah satu penyebab mundurnya demokrasi.

Pernyataan presiden Jokowi sebagaimana dikutip dari situs menpan.go.id, pemilu 2024 nanti akan diprediksikan digelar dalam keadaan ekonomi global yang penuh ketidakpastian sehingga diharapkan semua pihak dapat bekerja dengan efisien dan mengatur skala prioritas sesuai dengan kebutuhan. Kemudian memperkuat pendidikan politik bagi masyarakat maupun para kontestan, karena tidak bisa dimungkiri bahwa Indonesia akan masuk dan harus bertahan untuk pertama kalinya dalam ajang pemilu serentak di tahun yang sama sehingga ini akan menjadi ladang bagi oknum-oknum yang ingin mencederai demokrasi dengan menyebar fitnah/hoaks, ujaran kebencian, politik uang, politik identitas, kampanye hitam, politisasi SARA, dan lain sebagainya.

Oknum-oknum tersebut akan sangat mudah melakukan provokasi kepada masyarakat awam, makanya pendidikan politik perlu digagas ke seluruh wilayah yang ada di Aceh agar semuanya memahami dan tidak mudah terprovokasi oleh oknum-oknum tertentu.

Harapan Pada Pemilu 2024

Harapannya Pemilu 2024 mendatang menjadi ajang yang menyehatkan dengan menerapkan sesuai asas-asas pemilu yaitu langsung, umum, bebas, rahasia serta jujur dan adil. Jika masyarakat dan para peserta pemilu sudah menerapkan asas ini, saya yakin kita akan menuju pemilu yang berkualitas dan menyehatkan demokrasi kita dan tidak mundur dari pada pemilu sebelumnya.

Sebagai orang muda, mari kita ambil peran dengan melek isu politik dan mengambil peran dalam hal penyadaran bagi masyarakat yang ada di lingkungan tempat tinggal kita. Tingkatan paling kecil adalah upaya penyadaran dalam keluarga sendiri seperti menjelaskan kepada anggota keluarga tentang tidak menerima money politic dan tidak menjadi golput. Jika anggota keluarga kita sudah mampu kita bimbing, saya yakin ini akan membawa perubahan jangka panjang. Karena jika semua orang muda mengambil peran dan ikut serta menyosialisasikan kepada keluarganya masing-masing, cita-cita Indonesia untuk mewujudkan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat akan segera terwujud.

Jangan hanya berharap kepada pihak penyelenggara saja karena belum tentu mereka mampu menjangkau semua wilayah yang ada di Aceh. Akan tetapi, berharaplah pada diri sendiri dengan cara membuat sebuah gerakan perubahan paling tidak dalam ruang lingkup rumahmu sendiri.[]

Penulis: Nyanyak Marawan Putri, adalah anggota Jurnalis Warga Banda Aceh.

Artikel SebelumnyaPolda Aceh Selamatkan Rp1 Miliar dari Tangan Koruptor
Artikel Selanjutnya[Infografis] Indeks Kerentanan Korupsi Tahun 2022 di Sumatera
Redaksi
Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here