Komparatif.ID, Lhokseumawe— Hasil penelitian terbaru yang dilakukan terhadap 400 siswa SMA dan SMK di Kota Lhokseumawe menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Sebagian besar siswa tercatat memiliki tingkat self determination dan self efficacy yang rendah.
Dua faktor ini berperan penting dalam membantu siswa menyusun orientasi masa depan dan memilih jalur karier yang sesuai. Di tengah gelombang perubahan yang dihadirkan oleh era Society 5.0, rendahnya motivasi internal dan keyakinan diri ini dapat menjadi penghambat besar bagi kesiapan generasi muda dalam menyongsong tantangan global.
Era Society 5.0 bukan hanya tentang kecanggihan teknologi, tetapi juga tentang kesiapan manusia sebagai penggerak dan pemanfaat utama teknologi itu sendiri. Dalam konteks pendidikan, kesiapan ini tercermin dari kemampuan siswa dalam mengenali potensi diri, menetapkan tujuan hidup, serta menyusun rencana jangka panjang untuk masa depan mereka.
Namun, ketika self determination dan self efficacy siswa masih lemah, maka harapan untuk mencetak generasi unggul pun jadi terhambat.
Penelitian yang dilakukan oleh Widi Astuti bersama lima rekannya ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Hasilnya menyoroti lemahnya dorongan dari dalam diri siswa untuk mengatur arah hidup mereka.
Baca juga: Krisis Percaya Diri Siswa Lhokseumawe Hambat Perencanaan Karier
Banyak siswa tidak mampu menyampaikan cita-cita atau rencana masa depan dengan jelas. Ketika ditanya soal tujuan karier, sebagian menjawab ragu-ragu, bahkan ada yang tidak tahu sama sekali. Kondisi ini mencerminkan adanya kekosongan dalam aspek psikologis yang seharusnya menjadi pondasi utama dalam pembentukan karakter generasi muda.
Masalah ini tak bisa hanya diserahkan pada siswa saja. Lingkungan pendidikan memiliki tanggung jawab besar untuk mengatasi hal ini. Sekolah perlu menjadi ruang yang mendukung pertumbuhan kepercayaan diri dan motivasi siswa, bukan sekadar tempat belajar akademik.
Intervensi yang dibutuhkan bisa berupa layanan konseling yang aktif, diskusi terbuka mengenai pilihan karier, pelatihan pengembangan diri, dan pendekatan pembelajaran yang mendorong pola pikir berkembang.
Memasuki era yang menuntut kecepatan adaptasi dan fleksibilitas berpikir, siswa perlu dibekali dengan kekuatan dari dalam dirinya sendiri. Self determination memberi mereka arah, sementara self efficacy memberi keberanian untuk melangkah.
Peneliti menyebut jika kedua hal ini dapat ditanamkan sejak bangku sekolah, maka siswa akan lebih siap menghadapi perubahan dan menjawab tantangan zaman dengan kepala tegak.