Pendukung Kekerasan Ekstrim di Indonesia Didominasi Anak Muda

Kekerasan ekstrim
Meski tidak dominan, tapi kekerasan ekstrim banyak mendapat dukungan dari kalangan 40 tahun ke bawah. Itu hasil survey LSI yang disitat Komparatif.ID, Kamis (4/5/2023). Foto ilustrasi, dikutip dari BBC.

Komparatif.ID, Jakarta– Kekerasan ekstrim (KE) banyak mendapatkan dukungan dari anak muda di Indonesia. Hasil survey Lembaga Survey Indonesia (LSI) menyebutkan responden usia 40 tahun ke bawah paling banyak yang mendukung kekerasan ekstrim.

Dalam Deseminasi LSI Laporan Survey Nasional; Kekerasan Ekstrim, Toleransi, dan Kehidupan Beragama di Indonesia, yang dikutip Komparatif.ID, Kamis (4/5/2023) disebutkan meskipun lebih banyak yang tidak setuju terhadap kekerasan ekstrim,tapi dari kelompok usia muda kecenderungan memberikan dukungan terhadap KE lebih dominan ketimbang kelompok usia lain.

Demikian juga dari kelompok pendidikan. Lulusan SMP dan SMA paling banyak prosentasenya yang memberikan dukungan terhadap KE, ketimbang lulusan perguruan tinggi.

Baca: Hati-hati ke Jogja, Klitih di Mana-mana

Provinsi-provinsi yang menunjukkan persentase dukungan terhadap KE cukup besar yaitu Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur, serta beberapa wilayah lainnya.

Demikian juga dukungan terhadap Organisasi Kekerasan Ekstrim (OKE) seperti, ISIS, HTI, FPI, dan lain-lain. Pendukung terbanyak datang dari kelompok usia di bawah 40 tahun. Sebaran terbanyak di Sumatera, Banten, Jawa Barat, Kalimantan, dan Sulawesi yang lebih dominan ketimbang daerah lain.

Ada empat kelompok aktivitas yang memberikan dukungan kepada kekerasan ekstrim. Pertama, kelompok yang mendukung keberangkatan orang-orang Indonesia ke negara-neraga tujuan, berperang membela umat yang sama di negara tujuan.

Hasil ini sesuai dengan data BNPT menunjukkan bahwa lebih dari 2.000 WNI berada di daerah konflik baik Suriah, Irak, Filipina, dan Afghanistan. Yang terbaru adalah masuknya jaringan Katiba Tawhid wal Jihad (KTJ) ke Indonesia yang diberitakan masuk ke Indonesia pertengahan April 2023.

Kedua, mereka yang intoleransi, yang melihat orang/kelompok yang ia benci tidak layak mendapatkan hak sebagai warna negara.

Ketiga, orang-orang yang memberikan dukungan kepada pelaksanaan hukum syariah.

Keempat, deprivasi relative, selalu merasa bahwa kelompoknya diperlakukan tidak adil.

Pun demikian, menurut hasil survey tersebut, publik Indonesia secara umum tidak memberikan dukungan terhadap KE dan OKE. Survey ini dilaksanakan oleh LSI pada 16-29 Mei 2022.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here