Komparatif.ID, Banda Aceh—Partai SIRA (Soliditas Independen Rakyat Aceh) merupakan parpol yang mengusung ideologi memenangkan rakyat dan membangun peradaban Aceh. Demikian disampaikan Ketua Majelis Tinggi Partai (MTP) SIRA Teungku H. Muhammad Nazar,S.Ag.
Dalam siaran persnya yang diterima Komparatif.ID, Rabu (21/6/2023) dinihari, Teungku Muhammad Nazar menjelaskan, sebagai partai politik lokal yang berbasis di Aceh, lembaga politik berwarna deep sky blue tersebut merupakan organisasi mandiri.
Artinya bahwa Partai SIRA yang lahir dari rahim gerakan referendum Aceh, mengusung ideologi keacehan yang berdasarkan semangat memenangkan rakyat, tanpa dapat diintervensi oleh kekuatan politik luar.
Baca: Nasdem Pastikan Koalisi Perubahan Masih Solid
“Semangat ini harus diketahui oleh rakyat Aceh. Partai SIRA mengusung ideologi memenangkan rakyat, mandiri, dan bertujuan membangun peradaban keacehan. Kader harus giat mensosialisasikan ini kepada masyarakat supaya mereka memahami di mana posisi partai ini di dalam dunia perpolitikan,” kata Muhammad Nazar, yang pernah menjadi Wakil Gubernur Aceh periode 2007-2012, berpasangan dengan Drh. Irwandi Yusuf,M.Si.
Sejak awal didirikan oleh aktivitas politik yang rata-rata dari kalangan kaum muda yang terlibat aktif semasa konflik Aceh, SIRA tidak sekalipun menanggalkan tujuan utamanya menjadi partai politik yaitu menjadi elemen penting dalam upaya menghadirkan kesejahteraan untuk rakyat, sekaligus merawat nilai-nilai keislaman yang menjadi nilai tertinggi rakyat Aceh.
“Setiap kali bersilaturahmi dengan kader Partai SIRA dan masyarakat, nilai itu yang selalu saya tekankan. Bahwa berpolitik bersama SIRA bukan untuk gaya-gayaan. Ada tugas besar yang diemban oleh setiap kader. Yaitu wajib memenangkan aspirasi rakyat demi membangun Aceh yang berperadaban,” kata pria lulusan IAIN Ar-Raniry tersebut.
Oleh karena itu sedari awal setiap kader harus memahami dan menyadari serta melaksanakan tugas dengan baik. Bekerja untuk rakyat. Jangan sampai rakyat merasa kalah setelah menitipkan kepercayaan pada kader partai yang kini diketuai oleh Muslim Syamsuddin,S.T., M.A.P.
Oleh karena itu Nazar mengajak rakyat bergerak bersama partai lokal tersebut untuk melawan intimidasi, money politic, yang kerap dipergunakan untuk merebut kekuasaan. Dua tindakan amoral yang selama ini telah menjadi trend merupakan bentuk rusaknya peradaban politik di Aceh.
SIRA berkomitmen melawan, meskipun hal itu tidak mudah. Dengan tekad bulat demi menghadirkan perwakilan rakyat yang berkualitas, ia meminta rakyat Aceh ikut serta dalam barisan perjuangan yang sedang mereka jalankan.
Langkah awal yang dilakukan oleh parpol lokal tersebut, memastikan bahwa kader yang diusung benar-benar pengejawantahan cita-cita partai. Penyaringan berbasis rekam jejak menjadi titik penentu dalam penentuan bakal calon legislatif di semua tingkatan.
“Kemajuan dan kemunduran Aceh sangat bergantung pada rakyat Aceh sendiri, termasuk para politisi dan calon anggota parlemen dan pemimpin lokal. Caleg dan calon pemimpin Aceh juga berasal dari rakyat, sama-sama menjadi subjek dan objek demokrasi,” katanya.
Sebagai catatan, Partai SIRA pertama kali didirikan pada 2007 sebagai pelanjut dari perjuangan Sentral Informasi Referendum Aceh. Organisasi massa itu dilahirkan 4 Februari 1999, sebagai respon kaum muda Aceh atas dinamika politik Serambi Mekkah di tengah konflik berdarah.
Partai ini telah mengalami dua kali pergantian nama sejak mereka mengikuti Pemilu 2009. Partai ini menjadi satu-satunya parpol lokal yang didirikan oleh aktivis muda gerakan sipil, yang masih bertahan hingga saat ini.