Partai Rakyat Indonesia, dari Bung Tomo ke Nazaruddin

logo partai rakyat Indonesia
Logo Partai Rakyat Indonesia. Kiri PRI Bung Tomo. Kanan PRI Nazaruddin. Foto: Ist.

Komparatif.ID, Jakarta—Partai Rakyat Indonesia (PRI) lahir pada 20 Mei 1950. Didirikan oleh Bung Tomo sebagai satu-satunya partai politik yang berlandaskan Pancasila, dengan lambang pohon kelapa.

Siapa yang tidak kenal Bung Tomo? Pria asal Jawa Timur tersebut merupakan salah satu pejuang legendaris kemerdekaan Republik Indonesia.

Sutomo alias Bung Tomo lahir di Blauran, Surabaya pada 3 Oktober 1920. Dan wafat pada 7 Oktober 1981 di Padang Arafah, Arab Saudi, saat sedang menunaikan ibadah Haji.

Baca: Rakyat Kecil Tak Ada yang Bela, Golkar Harus Ambil Peran

Secara umum orang mengenalnya sebagai pemimpin perang pada peristiwa 10 Oktober 1945 di Surabaya yang kemudian tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Pahlawan.

Bung Tomo merupakan tokoh sentral lahirnya Partai Rakyat Indonesia (PRI) yang bermarkas di Malang, Jawa Timur. Partai Rakyat Indonesia besutan Bung Tomo menjadikan pohon kelapa sebagai lambang.

Dalam buku Bung Tomo Suamiku, istri sang pahlawan, Sulistina mengatakan PRI merupakan satu-satunya partai yang berlandaskan Pancasila, lambangnya adalah pohon kelapa.

Sejarawan A.B Lapian dalam buku Terminologi Sejarah 1945-1950 & 1950-1959 menulis, lahirnya Partai Rakyat Indonesia karena dilatarbelakangi oleh adanya pertentangan antar berbagai agama, aliran kepercayaan, golongan, dan gejal-gejala lain yang mengancam keselamatan rakyat dan negara.

Tidak ada yang meragukan kapasitas dan integritas Bung Tomo dalam kancah politik Tanah Air. Dia salah satu di antara yang sedikit dari kalangan pemimpin pejuang, yang tetap idealis pada saat Indonesia sudah merdeka. Boleh dikatakan dia bukan dahan pembaji batang dalam sejarah perjalanan Republik Indonesia.

Dalam waktu singkat, dengan penuh kerja keras harus bolak balik Malang-Jakarta, Bung Tomo berhasil membangun Partai Rakyat Indonesia dari Sumatra hingga Maluku. Mulai cabang hingga ranting berdiri di berbagai daerah.

Meski telah bekerja keras, hasil pemilihan legislatif 1955—pemilu pertama di Indonesia—Partai Rakyat Indonesia besutan Bung Tomo hanya berhasil meraih dua kursi untuk DPR RI periode 1956-1960.

Total suara rakyat yang berhasil mereka kumpulkan 206.161 (0,55%). Dalam pemilihan anggota Konstituante, PRI meraih suara 134.011 (0,35%) dan beroleh dua kursi untuk Purboningrat dan Basuki Resobowo.

Kursi DPR RI masing-masing diperoleh di daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur (Jatim) untuk Bung Tomo dan Rustamadji yang terpilih di dapil Jawa Tengah (Jateng).

Minimnya suara untuk Partai Rakyat Indonesia diduga karena gerakan politik Bung Tomo yang bergabung dengan Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955—Maret 1956). Dalam kabinet itu dia ditunjuk sebagai menteri negara.

Meskipun merupakan kabinet dari berbagai partai politik, Kabinet Burhanuddin Harahap didominasi oleh politisi Masyumi. Sehingga sering disebut Kabinet Masyumi.

Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI) memanfaatkan momentum tersebut untuk menjatuhkan reputasi Bung Tomo dan PRI-nya. Mereka mengampanyekan bahwa Bung Tomo dan PRI akan mengislamkan rakyat Bali.

Kampanye hitam tersebut termakan oleh rakyat Bali. PRI yang digadang-gadang akan meraih tiga kursi untuk DPR RI, malah tak mendapatkan satu kursi pun. Dua tokoh PRI di Bali, Made Geria dan Oka Dewangkara, hanya bisa menggeretakkan gigi.

Bung Tomo tidak menyalahkan orang lain atas ketidakampuan partainya meraup dukungan rakyat. Dalam sebuah rapat evaluasi partai, dia mengatakan penyebab partai terseok-seok karena disebabkan beberapa hal. Seperti infiltrasi yang tidak bisa dibendung, ketidakmampuan kawan seperjuangan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan kepartaian dan perkembangan masyarakat, tidak memiliki organisasi sayap (underbow), tidak adanya pendidikan kader, dan tidak memiliki alat-alat penerangan partai (media massa).

PRI Bung Tomo tidak berumur panjang. Partai tersebut kemudian meredup dan mengilang sejak Presiden Sukarno membubarkan DPR dan Konstituante pada 5 Juli 1959 yang dikenal dengan Dekrit Presiden.

Presiden Sukarno membentuk MPRS dan DPR Gotong Royong. Anggota kedua lembaga tersebut ditunjuk oleh Bung Karno. Bung Tomo tidak diajak serta ke dalam MPRS dan DPR Gotong Royong.

Partai Rakyat Indonesia Versi Nazaruddin

Mantan Bendahara DPP Partai Demokrat Nazaruddin, mendeklarasikan berdirinya Partai Rakyat Indonesia (PRI) di Jakarta. Deklarasinya dilakukan pada Jumat, 8 Agustus 2025.

Bila PRI lama berlambang pohon kelapa, PRI baru memilih kepala harimau putih yang dikelilingi padi dan kapas sebagai lambang partai. Harapannya Indonesia –di bawah PRI—akan menjadi macan dunia yang membawa ketahanan pangan dan sandang mandiri untuk NKRI.

Dalam deklarasi tersebut, Nazaruddin mengatakan partai yang ia besut, merupakan pendukung Astacita yang menjadi program pembangunan Presiden Prabowo Subianto.

Partai tersebut mengusung jiwa nasional religius yang berlandaskan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Program pertama yang akan dilaksanakan adalah pembentukan struktur cabang dan ranting di seluruh Indonesia.

Akankah Partai Rakyat Indonesia versi Nazaruddin akan bernasib sama dengan sejumlah partai politik yang pernah didirikan di Indonesia setelah reformasi 1998? Lahir, mencoba maju, tak lolos ferivikasi, dan kemudian berfusi dengan partai lain pada pemilu selanjutnya?

Atau setelah lahir, ikut pemilu, tak dapat kursi, dan kemudian mati?

Artikel SebelumnyaKepala BPMA Jadi Pembicara Kunci Forum Migas Tempo 2025
Artikel Selanjutnya3 Orang Tewas Dalam Lakalantas Tunggal di Ruas Tol Padang Tiji-Sileumeum
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here