Multazami Abubakar Berjibaku Dengan Lumpur untuk Selamatkan Warga

Multazami Abubakar

Komparatif.ID, Bireuen— Multazami Abubakar bergerak cepat. Dia merintis jalur darurat untuk mengevakuasi warga yang terisolasi lumpur dan gelondongan kayu. Di tengah keterbatasan resource, Multazami Abubakar memimpin proses pembersihan jalan dan evakuasi.

Hujan deras selama seminggu yang mengguyur Aceh, telah menunjukkan tanda-tanda akan datang petaka besar. Air Sungai Peusangan mulai bertambah dalam jumlah yang sangat banyak. Air yang menghanyutkan balok-balok kayu dan lumpur, mulai menerjang desa-desa yang dilintasinya.

Puncaknya pada Rabu, 26 November 2025, laporan banjir dan tanah longsor mulai menyebar. Seluruh warga di Bireuen was-was; tak terkecuali di Kutablang, yang merupakan kecamatan lintasan Krueng Peusangan.

Rabu malam, Multazami Abubakar (39), anggota DPRK Bireuen dari Partai Nanggroe Aceh (PNA) tidak bisa tidur. Dia berkeliling desa memantau debit air sungai yang setiap jam bertambah banyak.

Hujan masih mengguyur kala Multazami berkeliling sejumlah desa di Kutablang. Debit air terus bertambah.

Multazami Abubakar Bersama Warga Membangun Barak Pengungsi

Kamis, 27 November 2025, sekitar pukul 10.00 Wib, air sungai akhirnya meluap. Sejumlah tanggul seperti di Gampong Kapa dan Blang Panjo, Peusangan, porak-poranda. Demikian juga di Krueng Doe, bobol diterjang air bah.

Desa yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari lintas nasional Banda Aceh-Sumatera Utara, akhirnya dibanjiri luapan air sungai.

Beruntung, Gampong Geulanggang Panah tempat Multazami bermukim, hanya dilintasi air dan lumpur. Tidak ada gelondongan kayu. Kayu-kayu yang dihanyutkan sungai, telah tersaring di sejumlah gampong, termasuk di Gampong Blang Panjo, Kutablang.

Rumah sang wakil rakyat digenangi air sekitar 1,5 meter. Setelah air surut, sedimen yang menerobos rumahnya sekitar 30 centimeter.

Baca: Cerita dari Kapa, 23 Hari Setelah Diterjang Banjir Bandang

Melihat kondisi semakin memburuk, pada siang hari, warga Geulanggang Panah mengungsi ke Geulanggang Meunjee, desa yang terkena banjir tidak begitu arogan.

Perangkat kedua desa tersebut membangun pengungsian darurat di Masjid Geulanggang Meunjee. Keuchik Meunjee, Mursalin, dan perangkat desa, memimpin pembangunan barak pengungsi.

Setelah posko pengungsian selesai dibangun, warga kedua desa langsung menempati pengungsian itu.
Pada Kamis, 28 November 2025, Multazami dan warga melakukan evakuasi—sebisanya—warga yang terperangkap di sejumlah desa seperti Cot Ara, Keurumbok, Jambo Kajeung, dan Rancong.

Sejumlah truk bak terbuka dikerahkan menjemput korban banjir. Melihat kehadiran truk, sejumlah korban nekat mengarungi lautan lumpur dan banjir. Mereka ingin selamat, dan tak berpikir panjang.

Alhamdulillah, tak ada yang terjebak lumpur kala dievakuasi.

“Wajah-wajah warga saat itu terlihat sangat tertekan. Mereka panik karena tak pernah menyangka bila banjir besar menghantam desa,” ujar Multazami, kala memberikan testimoni kepada Komparatif.ID, Minggu, 21 Desember 2025.

Merintis Jalan Darurat

Meskipun telah dilakukan evakuasi, tapi belum semua korban banjir dapat diangkut. Jalan tertutup lautan lumpur dan gunungan gelondongan kayu.

Jumat, 29 November 2025, Multazami menyewa sebuah bakhoe loader/excavator loader milik salah seorang warga Pante Pisang, Peusangan. Setelah bakhoe loader tersedia, timbul masalah baru; BBM tidak cukup.

Multazami mengambil inisiatif, mengajak pemilik kendaraan roda empat yang terjebak banjir, menyedekahkan minyak di tangka mobil masing-masing.

Multazami Abubakar
Kondisi Gampong Cot Ara, Kutablang, Bireuen. Foto: Multazami untuk Komparatif.ID.

Pemilik mobil sepakat, mereka memberikan minyak untuk mengoperasionalkan bakhoe loader.

Tidak mudah menembus jalan yang telah dipenuhi lumpur tebal dan tumpukan kayu. Namun berkat ketekunan, empat hari kemudian jalan telah berhasil dibuka. Sembari merintis jalan, warga yang sudah bisa dijangkau, dievakuasi secepatnya.

Warga Desa Keurumbok tidak seluruhnya mengungsi ke Geulanggang Meunjee. Karena di sana perangkat desa juga telah membuka dua unit posko darurat.

Mencari Bantuan Pangan

Hari pertama bencana, Multazami dan perangkat desa berhasil mendapatkan beras 10 zak. Hari kedua dapat 30 zak. Selanjutnya, pada hari keempat, bantuan mulai masuk dari pemerintah dan donatur. Dapur umum di pengungsian dengan jumlah pengungsi 1.500 jiwa, terus mengepulkan asap harapan.

“Tidak mudah mendapatkan logistik pangan pada hari pertama dan kedua. Tapi kami dengan pertimbangan tak boleh ada pengungsi yang kelaparan, nekat menembus lautan lumpur, demi mendapatkan beras. Alhamdulillah, meskipun dengan jumlah terbatas, logistic dasar dapat kami dapatkan,” kata Multazami.

Saat ini, pengungsian di Geulanggang Meunje telah ditutup. Para pengungsi kembali ke desa masing-masing. Warga Cot Ara, Keurumbok, Jambo Kajeung,telah kembali ke desa masing-masing. Membangun kamp pengungsian di lokasi bencana, sembari menanti harapan baru.

Anggota DPRK Bireuen tersebut pun telah memperluas daya jangkau pembersihan lahan. Saat ini bakhoe loader yang ia sewa, sedang bekerja di daerah Blang Panjoe Kutablang dan sekitarnya.

“Insyaallah, dua hari lagi selesai di jalur tersebut,” imbuhnya, dengan harapan kondisi cepat pulih.

Artikel SebelumnyaBibit Siklon Tropis Terpantau di Samudra Hindia, Ancam Jawa Hingga NTB
Artikel SelanjutnyaBanjir Kembali Rendam Meunasah Tambo Jeunieb
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here