Meretas Mimpi Kaya Melalui Bisnis Gelap Tramadol

bisnis gelap tramadol
Sumber foto: Pixabay.

Komparatif.ID, Jakarta—Bisnis gelap tramadol telah menjadi gerbang baru bagi sebagian pemuda Aceh untuk mencapai kekayaan yang diidamkan. Setahun merantau ke Jawa—Jakarta dan sekitarnya, mereka sudah dapat membeli mobil, memperbaiki rumah orangtua, dan selanjutnya menikah.

Kabar tentang ranumnya bisnis gelap tramadol diterima Komparatif.id pada medio 2022. Ketika singgah di sebuah warung kopi di salah satu kabupaten di pantai timur Aceh. Pemilik warung tersebut bercerita tentang pengalamannya bertarung di ibukota. Menjadi pedagang kosmetik.  Sejatinya dia menyaru sebagai pedagang kosmetik. Barang yang dia jual sebenarnya adalah tramadol, obat yang masuk kategori narkotika, dan hanya dapat dibeli bila diresepkan oleh dokter.

Pria berusia 54 tahun tersebut memilih menjadi pedagang tramadol setelah mengalami kerugian besar di Aceh setelah Pilkada 2019. Dia kehabisan modal untuk bekerja. Meminjam uang ke sana kemari, tidak ada yang bersedia memberi.

Baca: Warga Bogor Tolak Perantau Aceh yang Jual Tramadol

Setelah kehilangan harapan, dengan sisa uang di kantong, dia berangkat ke Jakarta dengan menumpang bus malam. Tiba di Jakarta, dia segera melacak keberadaan jaringan pengedar obat-obatan itu.

Sebagai orang yang pernah berbisnis ketika di Aceh, sumber tersebut tidak kesulitan mengembangkan toko kosmetiknya. Dari satu pintu hingga kemudian hingga empat pintu.

Dia bercerita, setiap bulan harus menyetorkan uang keamanan kepada pihak tertentu yang dikelola oleh sebuah ormas. Pun demikian, dia tetap harus melayani permintaan kecil dari oknum-oknum lain yang mengetahui bisnisnya yang sebenarnya.

Bisnis gelap tramadol benar-benar tidak aman. Iri hati dan dengki khianat menggelayut erat. Karena bisnis sang narasumber lancar, ada pihak-pihak yang marah. Anak buahnya pernah dipukuli. Dia sendiri pernah dikeroyok. Tapi kala itu dia tidak kapok.

Dia benar-benar nekat demi mengembalikan keadaan ekonominya ke kondisi semula; sebagai juragan kecil di kampung halaman.

Dari bisnis itu, di membangun ruko cukup besar, membeli bus Toyota Hiace, membeli bus antar kota antar provinsi, dan berbisnis kopi. Bonusnya, ia berhasil mengantarkan seorang anaknya tembus sekolah kedinasan.

Ical—nama samaran—seorang lajang asal Bireuen merantau ke Jakarta pada medio 2020. Dia yang sudah jengah dengan kemiskinan memilih merantau, mengikuti jejak saudaranya yang telah sukses di Batavia. Awalnya dia bekerja di toko beras. Namun enam bulan di sana, ia hanya orang gajian dengan upah yang sedikit. Kemudian dia beralih menjadi salah satu penjaga toko kosmetik di Tangerang.

Setahun menjadi penjaga toko kosmetik, dia pulang kampung. Penampilannya sudah berbeda. Ia sudah sanggup membeli mobil, hp Iphone, dan segala pernik mewah lainnya. Dia juga memperbaiki hunian lawasnya dengan bangunan baru.

Ical bukan satu-satunya yang mendapatkan jalan cepat kaya. Tapi banyak kisah-kisah lain, yang membuat Malaysia tidak lagi menarik perhatian. Kini Jakarta dan sekitarnya menjadi destinasi baru, sebuah kampung rantau yang menjanjikan kekayaan dalam waktu relatif singkat.

Petaka di Balik Bisnis Gelap Tramadol

Akan tetapi, di balik kemewahan yang didapati, ternyata bisnis gelap tramadol menyimpan kisah tragis. Betapa banyak anak-anak muda Aceh yang menjadi korban penculikan, penganiayan, dan berujung pada kematian.

Semua peristiwa itu tertimbun di dalam ruang gelap dunia mafia. Dibicarakan secara terbatas, dan sembari berbisik-bisik. Karena para pemegang kendali bisnis tersebut merupakan sosok Robin Hood, gemar menolong dan terlihat tanpa pamrih. Para pengendali bisnis, terlihat sangat mulia di Aceh. Menjadi donator sosial, bahkan aktif mendukung olahraga. Serta sangat mendukung kegiatan kepemudaan.

“Kita bilang pun orang tidak akan percaya. Karena mereka ketika di Aceh dapat bersalin rupa sebagai orang baik hati, tapi tak dapat menutup tampilan premannya. Coba ganggu mereka, langsung seperti kilat. Mereka berhimpun dalam ormas yang sangat digemari saat ini di tempat kita,” sebut seorang sumber, Kamis (31/8/2023).

Selain itu, bisnis gelap tramadol juga tak memungkinkan keluarga korban speak up. Mereka takut akan menjadi sasaran penegak hukum. Mereka tidak dapat memastikan apakah penegak hukum yang akan memeriksa bersih dari jaringan itu atau tidak.

“Seperti di film India. kami sudah tidak bisa lagi membedakan mana penegak hukum yang benar, mana pula yang bagian dari mapea (mafia) tramadol. Alhasil, kami hanya mendiamkan saja. Melapor takut kami pula yang ditangkap. Kita lapor orang hilang, mereka justru memeriksa kita. Habislah kalau sudah begitu. Di dalam bisnis gelap tramadol, benar dan salah batasnya sangat kabur,” terangnya.

Kematian Imam Masykur yang diculik pada Sabtu (12/8/2023) yang melibatkan oknum Paspampres Praka R Manik, dan dua TNI lainnya yaitu Praka J dan Praka HS, serta dua sipil lainnya termasuk abang ipar Manik, diharapkan menjadi pintu masuk bagi penegak hukum untuk memberantas mafia tramadol.

“Mereka sangat kejam. Tak segan membunuh. Kasus penculikan dan pembunuhan bukan rahasia lagi di dalam bisnis gelap tramadol di tanah rantau,” sebut sumber tersebut.

Sumber Komparatif.id tersebut tidak sempat kaya dengan bisnis itu. Dia memilih pulang kampung setelah temannya diculik dan disiksa kemudian harus membayar tebusan berpuluh-puluh juta. “Saya hanya sempat beli satu motor bebek, dan mengganti bumbung rumah orangtua di kampung.”

Si sumber sangat yakin bila Panglima TNI Yudo Margono merupakan perwira yang bersih dari jaringan mafia. Dia berharap sang Panglima bersedia bekerja ekstra. Memaksa Manik dan oknum prajurit lainnya membuka mulut lebih lebar, supaya mafia-mafia tramadol dapat diringkus dan dibersihkan.

“Mulutnya si Manik itu dapat menjadi pintu masuk. Bila Panglima TNI bersungguh-sungguh saya yakin jaringan bisnis ilegal tramadol dapat digulung. Tapi kalau tidak, peristiwa ini akan berulang dengan korban berbeda. Kelak, kerusakan terbesar adalah hancurnya sumber daya manusia di sana karena sudah rusak organ tubuhnya, dan gila karena mengonsumsi tramadol,” katanya.

Bola kini menggelinding di kaki Panglima TNI Yudo Margono. Akankah ia bersedia memaksa Manik dkk buka mulut? Bisnis gelap tramadol hanya dapat diberantas oleh negara melalui aparatnya yang jujur. “Saya yakin Panglima adalah perwira Indonesia yang jujur,” tutupnya.

Artikel SebelumnyaTernyata Usia Perempuan Indonesia Lebih Panjang dari Pria
Artikel SelanjutnyaKeadilan untuk Imam Masykur
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here