Mengapa Teuku Murdani Ikut Mendukung Achmad Marzuki?

Teuku Murdani Ahmad Marzuki
Baliho ucapan selamat atas perpanjangan masa tugas Achmad Marzuki sebagai Penjabat Gubernur Aceh dari Teuku Murdani. Foto: Komparatif.ID/Muhajir Juli.

Komparatif.ID, Banda Aceh–Di antara belasan papan ucapan selamat kepada Achmad Marzuki yang diperpanjang masa tugasnya sebagai Penjabat Gubernur Aceh,ada yang menggelitik sekaligus menarih perhatian Komparatif.ID. Karena salah seorang akademisi Aceh yang berkhidmat di UIN Ar-Raniry, juga dedengkot aktivis mahasiswa era 98, serta salah satu penggawa Forum Mahasiswa Islam Daerah Istimewa Aceh (Farmidia)ikut mengucapkan selamat.

Pria tersebut adalah Teuku Murdani, sosok yang sangat lekat dengan pengembangan masyarakat Islam di Serambi Mekkah. Ia akademisi yang berkeliling dari satu gampong ke gampong lain. Ia juga intelektual yang seringkali muncul dengan tulisan-tulisan bernas di berbagai media massa, termasuk di Komparatif.ID.

Papan ucapan selamat kepada Achmad Marzuki, dipajang di seberang jalan Kantor Gubernur Aceh. Andaikan tanpa nama Teuku Murdani, Komparatif.ID yang melintas pada Sabtu (8/7/2023) takkan berhenti untuk memotret. Karena yang lain sudah biasa, sedangkan ucapan dari sang intelektual kerakyatan tersebut merupakan sesuatu yang lain. Tidak biasa. Harus ada alasan kuat mengapa Teuku Murdani berani tampil.

Baca: Tu Sop: Kinerja Gubernur Aceh Sudah Baik

Kali ini, Teuku Murdani terlihat ingin menjadi seorang freeman. Lelaki merdeka. Foto yang dipasang pada baliho itu ianya berkacamata hitam, mengenakan topi cowboy, dan memakai kaos hitam lengan panjang. Ada kesan bila lelaki asal pedalaman Aceh Utara itu tidak ingin dilekatkan selain atas dirinya sebagai pribadi.

Label nama yang dilekatkan di baliho itu Murdani Seumirah, sebagai Awak Rabe Leumo (pengembala sapi).Namun seperti kata Juliet kepada Romeo dalam roman Romeo dan Juliet karangan Shakespeare, “Apalah arti sebuah nama? Meski disebut dengan nama lain, mawar tetaplah harum semerbak wanginya.”

100 kali Teuku Murdani mengubah cara orang melihat dirinya, tetaplah ia akan dipandang sebagai intelektual kampus yang kritis, berani, serta gelisah dengan perkembangan perekonomian masyarakat Islam. Ia akan tetap dikenal sebagai putra Nisam yang selalu mencintai Aceh dengan segenap hatinya. Kegelisahan itu seringkali disampaikan kala berbincang dengan Komparatif.ID pada berbagai kesempatan.

Lalu, di tengah beberapa kritik terhadap Achmad Marzuki, mengapa Teuku Murdani memberikan dukungan kepada sang purnawirawan TNI tersebut?

Murdani memberikan jawaban bahwa seharusnya sedari awal elit politik Aceh harus memahami bahwa Achmad Marzuki merupakan orang Pusat. Ia memiliki jalur khusus untuk berkomunikasi dengan pemegang kekuasaan di Pusat. Aceh membutuhkan diplomat untuk membangun lobi dengan pemegang mandat kekuasan di level tertinggi di Republik Indonesia. Achmad Marzuki memenuhi syarat tersebut dan telah dan sedang melakukannya.

Itu alasan pertama mengapa ia mengucapkan selamat atas perpanjangan masa jabatan sang mantan perwira itu sebagai Penjabat Gubernur Aceh.

Alasan kedua mengapa Teuku Murdani mengucapkan selamat, 15 tahun lebih Aceh dibangun dengan mengandalkan kemampuan elit lokal, plus dana otonomi khusus yang besar. Tapi pembangunan yang berhasil dicapai tidak seperti harapan. Justru yang mencuat kasus korupsi.

Aceh yang tertinggal akibat konflik dan bencana tsunami, terseok-seok mengejar ketertinggalan. Ini masalah akibat traffic jam komunikasi elit Aceh dan Pusat.

Setahun lalu, beramai-ramai mendukung Achmad Marzuki, seharusnya dapat dimanfaatkan oleh elit Aceh untuk mengoptimalkan hal-hal yang belum ideal. Seperti implementasi seluruh butir-butir Perjanjian Helsinki, dan perpanjangan dana otonomi khusus. AM seharusnya dirangkul sesuai kebutuhan Aceh. Jangan dipukul karena adanya misi-misi personal yang tidak tercapai.

Kehadiran Achmad Marzuki seharusnya dioptimalkan. Tapi sayangnya tidak dilakukan. Ini tidak boleh terulang, bila elit lokal tidak sepakat, maka masyarakat harus bergerak, memberikan dukungan, menitipkan pesan-pesan pembangunan, dan mengawalnya dengan semangat pembaharuan.

“Status Pak AM sebagai Penjabat Gubernur Aceh dan sekaligus utusan Pusat, merupakan celah bagus untuk Aceh, supaya tidak terulang lagi traffic jam. Kita butuh mediator sekaligus pelobi yang dapat meyakinkan Pusat bahwa Aceh harus dibangun serius. Pak AM punya bargaining itu,” sebut Teuku Murdani yang saat ini sedang menimba ilmu tingkat doctoral di Australia.

Artikel SebelumnyaPengusaha Unjuk Rasa
Artikel SelanjutnyaAkademisi Fakultas Syariah Ar-Raniry Mengabdi ke Thailand Selatan
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here