Marry Ann Bevan, Cinta & Tragedi Seorang Ibu

Marry Ann Bevan
Marry Ann Bevan, memilih mengkomersilkan penyakitnya demi menghidupi empat anak-anaknya. Foto: rarehistoricalphotos.com.

Marry Ann Bevan merupakan salah satu perempuan paling menderita di dunia. Ia harus mengkomersilkan penyakit yang menggerogoti tubuhnya, demi memberi makan  empat anak-anaknya. Maryy Ann Bevan adalah sebuah tragedi atas nama cinta untuk orang-orang tersayang.

Di Simpang Lima, Kota Banda Aceh, pada suatu malam di bulan Februari 2023. Seorang perempuan bertubuh subur duduk di pedestrian yang sangat jarang digunakan oleh warga Kutaraja. Ia menaruh anaknya yang masih belia di pangkuan. Perempuan yang mengontrak sebuah gubuk di kompleks perumahan di Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar, merupakan seorang pengemis yang memelas iba warga kota dengan ragam cara.

Perempuan itu berkulit hitam legam, hasil dari sentuhan cahaya matahari yang bertahun-tahun membakar kulit wajahnya. Aslinya memang ia tidak berkulit kuning langsat. Itu dapat dilihat dari rona bibirnya yang juga tidak berwarna cerah.

Baca: Sebelum Ibu dan Ayah Pergi, Pulanglah!

Pada suatu ketika, di awal tahun 2020, kala Covid-19 mendera Aceh, langkahnya sempat terhenti mengumpulkan pundi-pundi rupiah bersama mertuanya—laki-laki yang tak dapat melihat. Banyak yang menyangka bila mereka pasangan suami-istri. Tapi sesungguhnya sang pria merupakan mertua si perempuan. Suami sang wanita telah lama mendekam dalam penjara karena terlibat tindak pidana narkoba.

Demikianlah perempuan, bila ia sekali jatuh cinta, maka tenggelamlah dalam kenangan tak bertepi. Ia tak peduli betapa sulitnya hidup. Setelah menikah dan memiliki cahaya mata, sepahit apa pun ujian akan dilalui.

“Karena anak merupakan manivestasi cinta tertinggi dalam bahtera rumah tangga. Sebesar apa pun duka dan luka, ibu tetaplah ibu. Yang akan selalu berusaha maksimal demi membahagiakan anak-anaknya,” ucap seorang janda beranak satu pada suatu kesempatan di bulan Maret 2023.

Marry Ann Bevan dan Kisah Tragisnya

Kasih ibu kepada beta

tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi tak harap kembali

Bagai sang surya menyinari dunia

Lagu tersebut diciptakan oleh SM Mochtar, seorang komponis asal Sulawesi Selatan yang lahir pada 5 Januari 1934 di Hindia Belanda. Lagunya tentang ketulusan hati seorang ibu, persis seperti perjalanan hidup yang dialami oleh Marry Ann Bevan.

Gadis cantik itu bernama Mary Ann Webster, lahir di London Timur pada 1874. Semasa lajang ia bekerja sebagai perawat penuh dedikasi. Marry kemudian jatuh cinta dan menikah dengan seorang petani dari Kent, bernama Thomas Bevan. Mereka mengikat tali perkawinan di depan penghulu pada 1874.

Tak ada yang aneh, sepanjang mereka mengarungi bahtera rumah tangga. Thomas Bevan bekerja sebagai kepala rumah tangga, dan Mary menjadi “pembantu umum” demi merawat keluarganya. Dalam perjalanan, mereka dikarunia empat anak.

Namun pada tahun 1914 Thomas Bevan meninggal dunia. Belum pulih dari dukanya, Marry Ann Bevan diserang sebuah penyakit aneh. Ia digerogoti akromegali. Menurut situs halodoc.com, akromegali merupakan kelainan hormonal langka yang berkembang ketika kelenjar pituitari menghasilkan terlalu banyak hormon pertumbuhan selama masa dewasa. Ketika kamu memiliki terlalu banyak hormon pertumbuhan, ukuran tulang akan bertambah.

Marry Ann Bevan kaget dengan perubahan tubuhnya. Seperti monster, tangan dan kakinya membesar, mukanya berubah menjadi aneh, alis dan rahangnya menonjol, sedangkan hidungnya melebar.

Kala itu, tak ada yang dapat mendeteksi penyakit tersebut. Ilmu pengetahuan kedokteran belum berkembang seperti saat ini. Ia tidak memiliki cara mengobati diri, selain pasrah pada keadaan, dan mungkin, berharap pada keajaiban.

Marry Ann Bevan berubah sama sekali. Tidak dikenali oleh orang-orang yang jarang berjumpa dengannya. Ia terpuruk, terpukul. Wajah nan rupawan hilang begitu saja dari tubuhnya. Kini ia telah berubah menjadi sesuatu yang tidak menarik.

Tiap kali hendak putus asa, Marry menatap lekat wajah anak-anaknya di dipan kala malam. Wajah-wajah polos itu tidak berubah, meski sang ibu telah bertransformasi menjadi sesuatu yang sangat berbeda.

Tiap kali ia ingin berhenti berjuang, selalu melintas wajah tulus almarhum suami, yang bekerja siang dan malam demi menghidupi keluarga sederhana itu.

Tiap ada bisikan “sudah, akhiri saja semua derita.” Marry Ann melawannya demi tidak melahirkan duka baru pada jiwa anak-anak yang sangat ia cintai. Mereka boleh kehilangan ayah, tapi tak boleh kehilangan ibu di usia yang masih sangat belia.

Di tengah derita, muncul sebuah jalan. Ketika Marry Ann Baven di titik pasrah, sebuah peluang lahir. Di London digelar kontes wanita paling jelek tingkat lokal. Ia mendaftarkan diri.

Marry benar-benar tidak menarik sama sekali di tengah 250 perempuan paling tak sedap dipandang mata manusia di London. Marry Ann juara. Ia menjadi kampiun sekaligus menjadi bahan olokan, demi satu tujuan: Anak-anaknya harus tetap terpelihara dengan baik.

Usai memenangkan kontes wanita paling jelek lokal, ia menemukan kesempatan baru. Sebuah usaha sirkus bernama Barnum & Bailey membuka lowongan kerja untuk wanita paling jelek. Di iklan itu disebut siapa yang berhasil lolos audisi, akan mendapatkan gaji yang bagus, dan akan dipekerjakan dalam waktu lama. Bagi yang ingin ikut audisi, diminta mengirimkan foto.

Audisi itu dimenangkan oleh Marry Ann Bevan. Ia pun dikontrak. Ia senang bercampur haru. Dokter sudah mengatakan bahwa ia tidak akan membaik lagi.

Pada tahun 1920, dia dipekerjakan oleh Sam Gumpertz untuk tampil di acara tontonan Dreamland Coney Island, suatu bentuk pertunjukan aneh, di mana dia menghabiskan sebagian besar sisa hidupnya.

Penonton hadir ke acara itu untuk melihat wanita dengan bentuk wajah dan tubuh paling tidak menarik. Dengan berat 154 pound, tubuh besar, ukuran tangan yang sangat tidak ideal.

Setiap pengunjung yang melihatnya, akan lekas merasa tidak nyaman. Mereka jijik. Marry Ann harus menghadapinya sepanjang tahun. Menjadi tontonan manusia, menjadi sasaran pandangan sinis.

Mayoritas yang melihat tidak memberikan simpati. Justru memohon kepada Tuhan agar mereka tidak ditimpa penyakit seperti ibu empat anak itu.

Marry harus menelan pahitnya hinaan yang tak kunjung usai. Hatinya meratap, tapi akal sehatnya tersenyum. Ia mungkin gila, tapi tidak. Ia butuh sirkus itu. Ia butuh wajah jelek, Marry butuh uang.

Untuk mengobati luka yang terus saja tumbuh, terkadang ia menunjukkan foto keluarga, bahwa mereka cantik dan baik-baik saja, dan Marry bukanlah lahir dalam kondisi demikian. Ia juga membual kepada pengunjung bahwa seorang putranya merupakan anggota Angkatan Laut Inggris.

Dari bisnis itu dia berhasil mengumpulkan uang 50.000 dollar Amerika Serikat. Sebuah angka yang besar. Bila dibandingkan dengan kurs hari ini Rp744.050.000. Itu hasil setelah bertahun-tahun ia tampil di New York, jauh dari kampung halamannya.

Wanita terjelek di dunia itu—menurut catatan saat itu—juga tampil di acara Ringling Bros and Barnum & Bailey pada 1929. Saat tampil di Madison Square Garden, ia jatuh hati kepada seorang penjaga jerapah. Pria itu bernama Andrew.

Bila hati telah terpikat, maka tahi kucing pun rasa coklat. Marry Annd Bevan mengubah penampilannya. Ia ingin terlihat cantik. Segala usaha dilakukan. Mulai mengikuti segenap upaya mempercantik diri di sebuah salon kecantikan. Ia di-treatment, didandani, dan diberikan berbagai make up.

Namun setelah semuanya dilakukan secara maksimal, Marry Ann Bevan hanya menuai kecamatan. Seseorang berbicara pada sebuah surat kabar bahwa semua make up tak ada tempat di wajah Marry Ann Bevan.

Semakin hari bertambah pula menyakit itu menggerogoti tubuhnya. Perempuan penuh cinta tersebut diserang kebutaan parah. Rasa sakit semakin menjajah tubuhnya yang kian kalah.

Rasa sakit itu dia tahan sekuat mungkin. Ia harus memiliki banyak uang demi memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sekuat apa pun manusia, tetaplah takdir Tuhan tak dapat ditolak. Marry Ann Bevan akhirnya menutup mata pada 1933 dalam usia 59 tahun. Ia dimakamkan di TPU Ladywell & Brockley di London Selatan, sebagaimana wasiatnya saat sekarat.

Ia pergi dengan linangan air mata keluarga. Tangis pilu anak-anaknya yang telah dewasa. Seorang ibu hebat telah pergi. Ibu yang kembali ke haribaan Tuhan, dengan segenap derita sekaligus bergudang-gudang cinta.

And you’re the prettiest lady in the whole wide world

And now I know why the all the trees change in the fall

I know you were on my side

Even when I was wrong

And I love you for giving me your eyes

(The best day, Taylor Swift)

Tulisan ini disadur dari rarehistoricalphotos.com,allthatsinteresting.com.

 

Artikel SebelumnyaResmikan Poliklinik Terpadu RSUD Meuraxa, Bakri Siddiq Dorong Pelayanan Berkualitas
Artikel SelanjutnyaReKru Roadshow 2023: Reku Komit Tingkatkan Edukasi Aset Digital
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here