Bila Anda pernah menikmati suasana makmeugang di Kota Matangglumpangdua, maka ke manapun Anda merantau, terasa ada yang kurang bila hari istimewa itu tiba. Di Matang, pasar daging dadakan itu digelar secara one stop service.
Pemerintah Kabupaten Bireuen mengubah konsep pelaksanaan makmeugang di ibukota Kecamatan Peusangan jelang Idulfitri 1443 H. Bila sebelumnya pasar tumpah dadakan itu dibuka di pinggir jalan Banda Aceh-Medan, tepatnya di ruas yang membelah pusat kota bekas Kenegerian (Nanggroe) Peusangan menjadi dua, kini dipindahkan ke terminal terpadu yang jarang disinggahi bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).
Tahun-tahun sebelumnya, dua hari jelang Ramadan, dua hari jelang Idulfitri, dan dua hari jelang Iduladha, 2 kilometer ruas jalan nasional itu padat sesak. Pedagang daging lembu, ayam/bebek, pedagang ikan geumulôh (bandeng) dan tongkol besar, udang besar, serta pedagang bumbu dapur, akan menggelar lapak secara berjejer di tepi jalan.
Siapa saja–bagi pengguna jalan harus ekstra sabar bila sudah tiba di pusat kota sate tersebut. Warga memadati badan jalan, dengan tujuan membeli daging dan bumbu dapur. Tiap makmeugang, orang Aceh akan makan besar. Mayoritas akan menikmati gulai daging bersama keluarga inti.
Hal yang paling menarik dari makmeugang di Kota Matangglumpangdua–sering disebut Keude Matang atau Matang saja– bukan dipindahnya pasar musiman itu ke terminal yang hidup segan tapi tak disuntik mati. Bukan juga karena tidak ada lagi macet di pusat kota kala makmeugang tiba.
Adapun yang paling unik di sana adalah layanan satu pintu (one stop service)nya yang telah turun-temurun.
Di Matang, pasar daging dadakan itu disatukan dengan pasar ikan dan bumbu dapur yang juga dadakan. Meskipun demikian, semua pedagangnya adalah pedagang komoditi yang sama pada hari-hari biasa.
“Di Matang, kalau berbelanja kebutuhan makmeugang, kita tidak perlu pindah-pindah lokasi. Karena semua pedagang berkumpul di lokasi yang sama,” kenang Mutia (36) perempuan kelahiran Matangglumpangdua, Bireuen, yang kini bermukim di Aceh Besar, Minggu (1/5/2022).
Menurut Mutia, sepanjang pengalamannya, layanan one stop service makmeugang, hanya ia temukan di Matangglumpangdua. Belum dia temukan di tempat lain yang selengkap di Matang.
“Sejauh ini belum saya temukan selengkap di Matang. Sekali masuk pasar keluar dengan belanjaan lengkap,” katanya sembari tersenyum.
Bagaimana dengan harga daging makmeugang? Hasil penusuran Komparatif.id, di Matang juga berlaku konsep bisnis suplay and demand. Bila permintaan tinggi, maka harga akan tinggi. Selain itu harga daging lembu/kerbau di hari istimewa bagi umat Islam di Aceh selalu naik. Kali ini Rp180.000/kilogram.
“Bila harga daging lembu naik, maka harga yang lain juga naik. Apalagi entok, harga entok jantan bisa mencapai Rp200.000 per ekor bila makmeugang tiba.”