Lengkapi PLB Aceh, Trans Continent Akan Bangun Kapal Kargo 2000 DWT

CEO PT Trans Continent Ismail Rasyid (kanan) sedang berdiskusi dengan Catherine dari Trans Continent Australia. Mereka membahas persiapan pembangunan kapal kargo 2000 DWT. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.
CEO PT Trans Continent Ismail Rasyid (kanan) sedang berdiskusi dengan Catherine dari Trans Continent Australia. Mereka membahas persiapan pembangunan kapal kargo 2000 DWT. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.

Komparatif.ID, Banda Aceh—CEO PT Trans Continent (Royal Group) Ismail Rasyid, saat ini sedang menyiapkan pembangunan sebuah kapal kargo ukuran 1500-2000 DWT, yang direncanakan akan menjadi penghubung antara Aceh dengan sejumlah Pelabuhan di Asia Tenggara dan Kawasan lainnya.

Hal itu mengemuka ketika Ismail Rasyid dan Direktur PT Trans Continent Australia Catherine Melisa bertemu di Pusat Logistik Berikat (PLB) Beurandeh, Mesjid Raya, Aceh Besar, Jumat (17/6/2022). Dalam diskusi itu Ismail Rasyid menyebutkan kapal yang akan mereka bangun berjenis Landing Craft Tank (LCT), dan akan dibangun di Samarinda atau Batam.

“Saat ini kapal tersebut dalam persiapan pembangunan fisiknya. Tim sedang melakukan berbagai hal, termasuk menyiapkan tender, dan mencari harga pembanding. Kami mau kapal tersebut dapat dioperasionalkan se-efisien mungkin. Gambarnya hampir rampung. Spesifikasinya sudah kami tentukan sebelumnya,” kata Ismail Rasyid.

Kepada Catherine dia menyebutkan kapal itu nantinya akan menjadi angkutan yang akan membawa hasil bumi Aceh ke luar negeri. Operasinya akan ditentukan kemudian, tergantung barang yang dibawa.

Ismail juga menjelaskan, beberapa waktu ini ia dan tim sudah berkeliling Aceh, mendata potensi daerah dengan sangat detail, kemudian juga mengumpulkan informasi barang-barang yang selama ini dibeli oleh orang di Aceh dari luar.

“Tugas kita di Trans Continent, bukan semata menunggu barang luar masuk ke PLB, tapi membawa barang dari Aceh ke luar negeri. PLB kita di Beurandeh akan menjadi pusat berkumpulnya berbagai komoditi dari seluruh Aceh. Kita akan membelinya dengan harga kompetitif,” kata Ismail Rasyid.

Bagian depan PLB Beurandeh yang akan dijadikan gudang internasional. Sejumlah fasilitas akan dibangun di sana untuk menunjang Aceh sebagai salah satu kawasan penting di Indonesia. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.
Bagian depan PLB Beurandeh yang akan dijadikan gudang internasional. Sejumlah fasilitas akan dibangun di sana untuk menunjang Aceh sebagai salah satu kawasan penting di Indonesia. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.

Mengapa harus membangun kapal sendiri, padahal biaya sangat mahal? Ismail mengatakan bahwa tidak mungkin kapal luar bersedia datang ke Aceh, tanpa kepastian komoditi. Mereka juga tidak akan membuang energi lebih besar untuk membangun rantai pasok di Aceh. Cukup membangun hubungan dengan pelaku usaha di Sumatera Utara, maka semua kebutuhan akan tersedia.

Meskipun tidak bermaksud mengalahkan Medan (Sumut), Trans Continent di Aceh punya tanggung jawab berbeda. Mereka harus membuka ruang baru bagi bangkitnya perekonomian Serambi Mekkah. Satu-satunya jalan setelah PLB Beurandeh beroperasi yaitu adanya kapal pengangkut.

“Saya sudah mempelajari rantai pasoknya serta potensi Aceh, banyak yang dapat dibawa keluar dan kita beli dari petani–secara tidak langsung– dengan harga yang memberikan keuntungan lebih besar kepada mereka,” kata Ismail Rasyid.

Catherine pada kesempatan itu mengatakan rencana Trans Continent sangat bagus. Dia sudah mempelajari Aceh secara mendalam, dan yakin bila pengadaan kapal kargo untuk menjembatani Aceh dan dunia industri di luar bukan pekerjaan sia-sia.

Sebagai pengelola Trans Continent di Australia Catherine mengatakan hal yang harus dipersiapkan olehnya akan segera dilakukan. Termasuk membuat rencana bisnis kapal tersebut.

Dia menekankan bahwa dengan kapal itu, Aceh akan mendapatkan multiplier efec, selain komoditinya dapat langsung dipasarkan ke berbagai pelabuhan internasional, juga akan mendapatkan barang luar dengan harga lebih murah karena diangkut dengan kapal Trans Continent yang memasng disiapkan melayari lautan Aceh menuju semenanjung Asia Pasific.

Investasi Besar untuk Tujuan Besar
Usai bincang-bincang dengan Catherine, Ismail Rasyid kepada Komparatif.id menyebutkan PLB Beurandeh terus dipacu pembangunannya. Di sana nanti akan dibangun fasilitas ekspor-impor, pergudangan domestik, UMKM center, food center, industri minuman ringan, industri makanan ringan, cold storage, chiller storage, container depo, consolidation hub, conference/exhibition hall, dan trucking facility.

“Semua hasil komoditi di Aceh, termasuk produk UMKM yang menjadi mitra kami, akan ditempatkan di PLB Beurandeh. Fasilitasnya akan dibangun sebaik mungkin,” kata Ismail sembari menunjukkan area PLB tersebut.

Saat ini total investasi yang sudah ditanamkan di Beurandeh Rp85 miliar.

Berapa lagi yang harus diinvestasikan oleh Ismail Rasyid untuk PLB tersebut? Pengusaha asal Matangkuli itu tersenyum. “masih banyak, Bang. Lihat saja, masih banyak yang perlu dibangun di sini,” katanya sembari terkekeh.

Ismail yakin, bila tidak ada aral melintang, setelah PLB selesai dibangun, dan kapal cargo juga siap, maka perubahan ke arah lebih baik, dapat dilihat dalam waktu yang lebih cepat.

Kantor cabang PT Trans Continent di PLB Beurandeh. Di Banda Aceh, Ismail Rasyid membuka dua kantor, satu lagi di Lamteumen. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.
Kantor cabang PT Trans Continent di PLB Beurandeh. Di Banda Aceh, Ismail Rasyid membuka dua kantor, satu lagi di Lamteumen. Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.

“PLB Beurandeh adalah rumah besar ekonomi Aceh, kelak. Insyaallah. Saya tentu tidak dapat bekerja sendiri. Teman-teman, dengan ragam kapasitasnya, tentu akan berkolaborasi di sini. Pengusaha daerah yang berkecimpung di kadin, akan saya ajak menjadi mitra bisnis mengumpulkan komoditi di kawasan masing-masing. Untuk urusan ke luar, menjualnya ke konsumen luar negeri, menjadi tugasnya Trans Continent,” katanya.

Azhari, salah seorang mitra Ismail Rasyid, menambahkan informasi, selama PLB dibangun di Beurandeh, setiap bulan perusahaan tersebut membelanjakan Rp20 juta untuk makan dan minum pekerja. Uang itu dibelanjakan di warung-warung di Krueng Raya, di Kawasan Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar.

“Ini baru dampak kecil, warung yang dulunya lesu kini sudah lebih bergairah,” sebut Azhari.

Artikel SebelumnyaSyakira dan Jamblang-jamblangnya
Artikel SelanjutnyaForkopmabir Dukung Sipil, RTA Dukung Militer Sebagai Pj Gubernur Aceh
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here