Kuntoro Mangkusubroto Layak Jadi Nama Jalan di Aceh

Kuntoro Mangkusubroto
Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Robert Zoellick (kiri) menunjukkan kepada Kepala BRR NAD/Nias Kuntoro Mangkusubroto (menggendong anak kecil) rencong pada piagam kenang-kenangan pada sebuah pertemuan di Gampong Lamteungoh, Aceh Besar, Minggu, 8 Mei 2005. Foto: Kiriman Zulfan Ilyas.

Komparatif.ID, Jakarta—Jamalul Kamal Farza, Senin (18/12/2023) mengatakan Kuntoro Mangkusubroto perlu diabadikan di dalam memori kolektif rakyat Aceh. Caranya dengan membubuhkan nama Kuntoro sebagai nama salah satu ruas jalan protokol di Aceh.

Jamalul Kamal Farza, yang merupakan penggiat Hak Asasi Manusia, serta pernah menjadi salah satu pekerja di Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) NAD/Nias, menyebutkan Kepala BRR NAD/Nias Kuntoro Mangkusubroto punya jasa besar untuk proses rehabilitasi dan rekontruksi Aceh pasca-gempabumi dan mega tsunami pada 26 Desember 2004.

Perang antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia sepanjang 1976-2005, serta gempabumi dan tsunami, telah menjadikan Aceh sebagai daerah tertinggal dan kemudian luluh lantak. 173.741 manusia Aceh meninggal dunia dalam waktu bersamaan tatkala tsunami menerjang. Ratusan ribu kehilangan tempat tinggal. 394.539 orang terpaksa harus menjadi pengungsi. Pelayanan publik lumpuh.

Baca: Kuntoro Mangkusubroto Meninggal Dunia

Saat itu banyak yang memprediksi Aceh tidak mungkin pulih kembali. Bahkan Kota Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh diawacanakan dipindahkan ke tempat lain. Akan tetapi tatkala BRR NAD/Nias mulau bekerja di bawah manajerial Kuntoro, satu persatu masalah dibenahi. Aceh yang sebelumnya tidak ada harapan bangkit, justru bertumbuh menjadi lebih baik.

Rumah-rumah penduduk dibangun kembali. Rumah yang rusak sedang, direhab. Total rumah yang dibangun baru dan yang direhab oleh BRR berjumlah 220 unit di Aceh dan Nias.

Tsunami Aceh juga memberikan kerugian di beberapa sektor, antara lain terdapat 1.488 sekolah rusak sehingga menyebabkan sekitar 150.000 siswa terganggu proses pendidikannya saat itu. Selain itu bencana alam tsunami Aceh ini juga menyebabkan 26 puskesmas, 9 pelabuhan, dan 230 kilometer jalan rusak berat.

Pada sektor perkebunan, 11 ribu hektar tanah rusak dan 2.9 ribu di antaranya rusak permanen. Kerusakan terumbu karang mencapai 90 persen. Sektor perikanan juga terimbas karena rusaknya ekosistem bakau. Akibat bencana ini, perekonomian Aceh melemah hingga 15 persen pada 2005.

Kuntoro Mangkusubroto merupakan orang pilihan yang dikirim Presiden SBY. Sebagai seorang akademisi teknik serta punya beragam pengalaman, didukung oleh integritas, Kuntoro memimpin BRR NAD/Nias dengan sangat baik. Meskipun arif dan bijaksana, Kuntoro juga tegas. Dia tidak main-main dengan tanggung jawab yang diemban.

Dengan kerja keras BRR NAD/Nias yang dipimpin oleh Kuntoro Mangkusubroto, serta dukungan dari berbagai negara dan donor lainnya, Aceh berhasil bangkit kembali. Menjadi daerah yang menjanjikan dan punya masa depan.

“Saya kira dengan segenap kiprahnya membangun Aceh, bukan sesuatu yang aneh bila Pemerintah Aceh mengabadikan ingatan kolektif kita kepada Pak Kun. Jasa besarnya membangun Aceh perlu dikenang. Ini bukan soal jabatan allahyarham, tapi perihal komitmen dan integritasnya, sehingga dampak baik dari kinerja BRR dapat kita rasakan sampai saat ini,” kata Kamal Farza yang sehari-hari berprofesi sebagai advokat di Jakarta.

“Kiranya satu ruas jalan protokol dari Blangpadang-Ulelheu—sebagai contoh—cocok ditabalkan dengan nama Jalan Kuntoro Mangkusubroto. Ruas jalan itu merupakan tempat pertama BRR memulai pemulihan Aceh setelah dihumbalang bencana alam,” imbuhnya.

Artikel SebelumnyaFarid Usulkan KIP Bentuk Pageu Gampong Lawan Money Politic
Artikel SelanjutnyaDPRA & Pemerintah Aceh Sepakat APBA 2024 Rp11 T
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here