
Komparatif.ID, Banda Aceh— Aceh kembali mencatatkan peningkatan signifikan dalam jumlah kunjungan wisatawan pada awal tahun 2025. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diterima Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, tercatat sebanyak 7.315.394 wisatawan berkunjung ke daerah berjuluk Serambi Mekkah sepanjang Januari hingga April 2025.
Angka tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 76,42 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024, yang hanya mencatat 4,1 juta kunjungan.
Dari total jumlah kunjungan tersebut, sebanyak 7.303.261 di antaranya merupakan wisatawan nusantara, sedangkan sisanya, sebanyak 12.133, berasal dari mancanegara.
Malaysia masih menempati posisi teratas sebagai negara penyumbang wisatawan terbanyak dengan 8.233 kunjungan. Negara tetangga itu secara konsisten menjadi pasar utama bagi Aceh karena kedekatan geografis serta kesamaan budaya dan agama yang menjadi daya tarik tersendiri.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Almuniza Kamal, menyampaikan pencapaian ini merupakan bukti semakin kuatnya posisi Aceh sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia.
Menurutnya, sektor pariwisata halal dan budaya menjadi magnet utama yang terus mengundang wisatawan dari berbagai daerah dan negara. “Peningkatan yang signifikan ini menunjukkan bahwa Aceh semakin diminati sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia, terutama dalam sektor pariwisata halal dan budaya,” ujarnya, Jumat (1/8/2025).
Baca juga: Almuniza: Pemko Banda Aceh Akan Tindak Hotel Pelanggar Syariat Islam!
Almuniza menjelaskan bahwa tren kunjungan wisatawan ke Aceh telah menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2022, jumlah kunjungan tercatat mencapai 6.957.206 wisatawan. Setahun berikutnya, pada 2023, jumlah tersebut meningkat menjadi 8.973.634.
Lonjakan yang lebih besar kembali terjadi pada 2024 dengan total 12.959.094 kunjungan. Tren positif ini, menurutnya, menjadi sinyal bahwa Aceh semakin diakui dan diperhitungkan dalam peta pariwisata nasional.
Ia menambahkan, meskipun ada kebijakan efisiensi anggaran di sejumlah sektor pemerintahan, hal itu tidak mengurangi minat wisatawan untuk datang ke Aceh. Faktor keindahan alam, kekayaan budaya, serta kenyamanan dan keamanan selama berkunjung menjadi alasan utama yang mendorong wisatawan untuk memilih Aceh sebagai tujuan perjalanan.
“Meskipun ada efisiensi anggaran di berbagai sektor, daya tarik Aceh tidak berkurang. Wisatawan tetap datang untuk menikmati keindahan alam, kekayaan budaya, serta kenyamanan dan keamanan selama berada di Aceh,” kata Almuniza.
Peningkatan jumlah kunjungan tersebut tidak terlepas dari program unggulan Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Gubernur Muzakir Manaf dan Wakil Gubernur Fadhlullah. Pemerintah daerah secara konsisten mendorong pengembangan pariwisata halal sebagai salah satu sektor strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
Upaya yang dilakukan mencakup pembangunan infrastruktur pendukung, peningkatan kapasitas pelaku industri pariwisata, hingga promosi aktif ke berbagai negara, terutama negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim seperti Malaysia.
Menurut Almuniza, pariwisata halal bukan sekadar mengikuti tren global, melainkan juga cerminan identitas Aceh sebagai daerah yang berlandaskan nilai-nilai syariat. Ia menilai hal ini menjadi kekuatan yang membedakan Aceh dari destinasi lain, sekaligus memberi daya saing di tingkat nasional maupun internasional.
“Pariwisata halal bukan hanya tren global, tapi identitas kuat Aceh sebagai wilayah yang menjunjung nilai-nilai syariat. Ini menjadi kekuatan sekaligus daya saing utama Aceh di kancah nasional dan internasional,” ujarnya.
Pertumbuhan sektor pariwisata juga membawa dampak langsung bagi perekonomian masyarakat. Kehadiran jutaan wisatawan membuat sektor-sektor penunjang seperti usaha mikro kecil menengah (UMKM), pelaku ekonomi kreatif, pengelola destinasi wisata, transportasi, hingga akomodasi turut merasakan manfaat nyata. Aktivitas wisatawan mendorong perputaran ekonomi lokal yang semakin luas.
“Ini bukan sekadar angka, tapi soal keberlanjutan ekonomi masyarakat. Semakin banyak wisatawan yang datang, semakin besar pula perputaran uang yang dirasakan oleh masyarakat Aceh secara langsung. Kita ingin pariwisata menjadi sektor yang inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan,” tambah Almuniza.
Di tengah berbagai tantangan ekonomi nasional, sektor pariwisata menjadi salah satu lokomotif yang mampu mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi daerah. Pemerintah Aceh meyakini bahwa dengan terus meningkatkan kualitas layanan, memperluas promosi, serta memperkuat infrastruktur, angka kunjungan wisatawan akan terus tumbuh hingga akhir 2025.











