Kisah Mistik: Hantu Dalam Selimut

hantu dalam selimut
Ilustrasi hantu. Dibuat oleh Meta AI.

Arwah Rabumah berubah menjadi hantu dalam selimut. Ya, arwahnya selalu muncul di dalam selimut orang-orang yang menjadi targetnya.

Rabumah, seorang dara berkulit sawo matang, berhidung mancung, berambut lurus hingga pinggul, ditemukan meninggal dunia di dalam selimutnya. Orang pertama yang menemukan Rabumah tidak lagi bernyawa adalah Pocut Laibah, ibunya Rabumah.

Kisah tentang Rabumah diceritakan dari mulut ke mulut pada era 90-an. Tidak jelas di manakampungnya. Orang-orang yang mengisahkan tentang hantu dalam selimut, selalu memulai kisahnya dengan kalimat pembuka, “Pada suatu ketika di sebuah kampung di pesisir di Aceh.”

Baca: Bangkitnya Arwah Nurma

Dulu, sekitar tahun 1960-an, hiduplah seorang dara jelita di sebuah kampung pesisir di Aceh. Namanya Rabumah. Nama lengkapnya Cut Rabumah. Ia puteri semata wayang Teuku Latif dan Pocut Laibah.

Teuku Latif dan Pocut Laibah merupakan pasangan suami istri yang terpandang di kampungnya. Kehidupan mereka sejahtera. Ekonomi keluarga bersumber dari kebun-kebun lada dan niaga ke Singapura.

Pada musim-musim tertentu ia mengarungi laut menuju Singapura membawa barang-barang niaga dari Aceh. Setiap pulang, ia membawa oleh-oleh berupa kain-kain indah dan mahal.

Pocut Rabumah hidup dalam keadaan terpenuhi segala kebutuhannya. Dia diliput kasih sayang yang tiada terkira dari kedua orangtuanya, serta orang-orang kerja di rumah besar bertiang besi.

Teuku Latif dan Pocut Laibah merupakan pasangan suami istri yang sangat murah hati. Mereka membantu siapa pun yang membutuhkan. Satu-satunya yang tidak menyukai mereka hanya para pemuda yang sering mengisap candu di jambo madat di tepi sungai.

Mereka membenci Ampon Latif karena orang kaya itu tidak mendukung kegiatan mereka mengisap candu. Serta mendukung pengajian yang mengajak masyarakat menjauhi candu.

Pada suatu malam, mereka bertiga menghadiri pesta pernikahan puteri sulung keuchik di kampung tersebut. Pesta digelar dengan penuh kemeriahaan. Ada atraksi budaya seperti rapai dan seudati.

Masyarakat tumpah ruah di bawah tenda yang dibangun menggunakan batang bambu. Mereka menyatu dalam kemeriahaan sembari menikmati makan malam bersama bermenukan kari lembu yang dimasak menggunakan hati batang pisang muda.

Dalam kerumunan yang diterangi penerang lampu strongking, seseorang menyenggol bahu Rabumah. Sejak senggolan itu terjadi, gadis tersebut mulai tidak enak badan. Tubuhnya tiba-tiba demam. Kedua orangtuanya segera membawa sang gadis pulang.

Setelah dirajah dan diminumkan ramuan tradisional yang telah dirapali mantra, Rabumah ditidurkan di kamar. Kepada Pocut Laibah ia mengatakan, sesosok yang ia tidak kenali, nampak berdiri di dekat jendela. Akan tetapi, hanya dia yang bisa melihatnya.

Karena melihat kondisi putrinya belum membaik, Laibah menemaninya tidur.

Betapa terkejutnya Laibah, saat ia bangun hendak salat Subuh, dia menemukan putrinya telah tiada. Sekujur tubuh yang dibungkus selimut, telah dingin. Ia menangis histeris.

Sebelum jenazah dimasukkan dalam keranda, Pocut Laibah berbisik kepada jenazah, “Lagee nyoe jipeulaku gata, meunan tatung bila ateuh nyang pubut. Bek tawoe sigohlom seuleusoe.” Inti pesannya supaya arwah Rabumah menuntut balas.

Dengan penuh kesedihan, Teuku Latif dan Laibah mengantarkan jenazah ke kuburan umum.

***

Orang pertama yang ditemui oleh Rabumah yaitu seorang perempuan yang mengenggolnya di malam pesta.

Pada suatu malam Jumat yang hujan turun rintik-rintik, arwah Rabumah menyelinap masuk ke dalam kamar berdinding kayu seorang perempuan yang sehari-hari menjajakan liang di bawah pinggang untuk para lelaki pecandu madat di tepi sungai.

Perempuan itulah yang menjadi perantara sihir dan racun yang secara sengaja ditaburkan ke tubuh Rabumah pada malam pesta.

Ketika perempuan itu pulang ke rumah dan hendak tidur, gangguan mistik datang. Kala ia menarik selimut, tiba-tiba di sampingnya telah terbaring seseorang.

Perempuan itu kaget dan melompat dari tempat tidur. Sosok itu menghilang. Sang perempuan binal lari tunggang-langgang menuju jambo madat. Tiba di sana, dia menceritakan tentang hantu dalam selimut kepada para pemuda yang sedang mabuk.

Bukannya percaya, mereka justru menendang sang perempuan hingga terjatuh ke dalam sungai. Kepalanya terbentur batu. Dia pun pingsan.

Besok pagi warga heboh. Mereka menemukan jasad sang wanita terbungkus selimut di dalam rumahnya. Matanya mendelik, mulutnya terbuka lebar. Sebelum mati ia sepertinya melihat sesuatu yang mengerikan.

Alkisah, orang-orang yang bersekongkol menghancurkan keluarga Teuku Latif, semuanya ditemukan meninggoy dengan cara tak wajar. Seluruhnya ditemukan mati di dalam selimut.

Sejak para pelaku meninggal seluruhnya, cerita tentang hantu dalam selimut membalas dendam pun berakhir. Ia tak pernah muncul lagi.

***

Usut punya usut, ternyata semua perkara buruk yang menimpa Rabumah, berasal dari dendam seorang lelaki, yang sempat menjadi tunangannya.

Sebenarnya tak ada luka dalam hubungan itu. Teuku Latif dan Pucot Laibah menerima pria pilihan hati putrinya dengan tangan terbuka. Pria muda itu diterima dengan penuh kehormatan.

Tapi dalam perjalanan setelah ditunangkan, sang pria justru jatuh cinta kepada dara lain di kampung sebelah. Ia memutuskan pertunangan. Keputusan sang pria membatalkan pertunangan, menggemparkan rumah tiang besi yang dikelilingi kebun lada.

Petaka asmara kemudian terjadi. Dua bulan setelah sang pria mengakhiri pertunangan, gadis yang membuatnya tergila-gila, rupa-rupanya menikah dengan orang lain. Seorang tentara dari Pulau Jawa yang datang bertugas ke Aceh pada suatu ketik, telah memikat hati sang dara.

Sang pria tak berdaya. Ia terpojok. Ia pun mencoba kembali ke hati Rabumah. Tapi luka yang ia gores telah bernanah. Sang pria telah mencoreng hati Rabumah, dan merusak martabat keluarga Ampon Latif dan Pocut Laibah.

“Enyahlah kau dari hadapanku, binatang!” seru Rabumah.

Lelaki itu terkejut. Perempuan nan lemah lembut yang ia kenal, ternyata kini sangat kasar.

“Tak perlu bermanis-manis muka di hadapan binatang seperti engkau, Mus! Kau pria biadab yang tak sepadan denganku. Bahkan, lembu betina pun tak sepadan denganmu!”

Kalimat terakhir membuat hati sang pria tergores. Ia amat terhina. Kesumat pun muncul. Dialah yang merancang segenap permusuhan dengan Ampon Latif, hingga pemuda di jambo madat ikut-ikutan membenci sang tokoh desa.

Sang pria merupakan orang paling terakhir mati. Jasadnya ditemukan meringkuk di dalam selimut. Wajahnya terlihat sangat ketakutan. Mulutnya terbuka, matanya mendelik.

Catatan redaksi: Cerita ini bukan produk jurnalistik. Hanya bersifat hiburan semata.

Artikel SebelumnyaPendaftaran Calon Ketua PWI Pidie Periode 2025-2028 Resmi Dibuka
Artikel SelanjutnyaTim Gakkum DLHK Tangkap Operator Eskavator Perambah Hutan Peudada
Redaksi
Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here