Dalam kehidupan rumah tangga, kejujuran dan kesetiaan menjadi pilar utama yang harus dijaga. Namun, cerita seorang istri salehah yang dikisahkan Imam Al-Ghazali menunjukkan ikatan batin antara pasangan suami istri mampu menyingkap rahasia tersembunyi, bahkan ketika sebuah kesalahan berusaha ditutupi.
***
Menjaga kepercayaan dan perasaan antara suami dan istri merupakan fondasi penting dalam membangun rumah tangga yang harmonis. Kejujuran, kesetiaan, dan saling menghargai menjadi kunci agar hubungan tetap langgeng.
Apabila nilai-nilai ini diabaikan, bukan tidak mungkin perselisihan dan salah paham muncul, yang pada akhirnya bisa mengarah pada keretakan rumah tangga. Dalam kehidupan sehari-hari, suami dan istri sering kali memiliki kepekaan emosional yang tinggi, seakan dapat merasakan sesuatu yang tidak biasa meski tanpa melihatnya secara langsung.
Ikatan batin yang kuat membuat pasangan kerap memiliki firasat jika terjadi hal yang melenceng.
Kisah menarik terkait hal ini pernah diceritakan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab At-Tibrul Masbuk fi Nashihatil Muluk. Dalam kitab tersebut, beliau mengisahkan peristiwa yang terjadi di kota Bukhara.
Di kota itu, hidup seorang lelaki sederhana yang berprofesi sebagai tukang air. Pekerjaan itu telah ia tekuni selama tiga puluh tahun. Selama puluhan tahun, ia dikenal sebagai sosok saleh, jujur, dan tidak pernah sekalipun membuat masalah dengan para pelanggannya.
Salah satu pelanggannya adalah seorang tukang emas. Tukang emas ini memiliki seorang istri salehah, cantik, dan mampu menjaga kehormatan diri serta keluarganya. Wanita ini sangat menjaga aurat dan jarak ketika berinteraksi dengan lawan jenis.
Namun suatu hari terjadi peristiwa yang tidak pernah diduga. Tukang air yang biasanya datang mengantar air seperti biasa, tiba-tiba mendekati istri tukang emas dan menggenggam tangannya sebelum kemudian pergi begitu saja.
Peristiwa singkat itu membuat sang istri gelisah dan diliputi rasa takut. Padahal, selama tiga puluh tahun ia tahu benar bahwa tukang air tersebut tidak pernah berbuat macam-macam. Rasa tidak tenang itu terus menghantui dirinya hingga suaminya pulang ke rumah.
Saat sang suami tiba, wanita itu tetap menyambutnya dengan penuh keramahan seperti biasanya. Mereka makan bersama dan bercakap-cakap ringan. Namun, setelah suasana menjadi lebih tenang, sang istri akhirnya memberanikan diri bertanya.
Ia berkata, “Jujurlah padaku, apakah hari ini kamu melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah di pasar?” Pertanyaan tersebut mengejutkan sang suami. Awalnya ia mencoba menutupi kenyataan, namun sang istri dengan tegas mengatakan bahwa bila ia tidak jujur, maka ia tidak ingin lagi tinggal bersamanya.
Baca juga: Ibrahim Hasan dan Kisah Siswa SMA 3 yang Jadi Gubernur Aceh
Akhirnya, dengan perasaan berat, sang suami mengaku bahwa pada hari itu ada seorang wanita yang datang ke tokonya untuk memesan gelang emas. Saat wanita itu menyodorkan tangannya, ia terkesima dan tanpa sadar menggenggam tangan wanita tersebut.
Penyesalan langsung menyelimutinya, namun pengakuan itu membuat semuanya menjadi jelas. Sang istri pun berkata, “Masya Allah, jadi inilah penyebab tukang air itu memegang tanganku, padahal selama tiga puluh tahun ia tidak pernah berkhianat.”
Peristiwa itu membuat sang suami benar-benar menyesali perbuatannya. Ia memohon maaf kepada istrinya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ia juga berdoa agar Allah menjadikan ujian tersebut sebagai kebaikan bagi rumah tangganya.
Kisah sederhana ini memberikan pelajaran berharga bahwa setiap perbuatan, baik ataupun buruk, pasti memiliki akibat. Tindakan kecil yang dianggap sepele sekalipun bisa membawa dampak besar, bahkan tanpa disadari.
Imam Al-Ghazali melalui kisah ini ingin menyampaikan pesan moral bahwa manusia harus selalu berhati-hati menjaga dirinya dari perbuatan dosa. Balasan atas perbuatan bisa terjadi di dunia, dan pasti akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.
Disarikan dari tulisan Muhammad Aiz Luthfi, Pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah Al-Karimiyyah Subang, yang tayang di nu.or.id.