
Komparatif.ID, Bireuen— Sebanyak 235 kepala keluarga atau sekitar 1.000 jiwa di Gampong Kuala Ceurape, Kecamatan Jangka, Bireuen, tercatat masih bertahan di pengungsian.
Dari jumlah tersebut, 35 rumah dilaporkan rusak berat dan belum dapat ditempati kembali.
Kondisi kesehatan para pengungsi dilaporkan mulai memburuk akibat ketiadaan obat-obatan dan layanan medis.
Minimnya sanitasi dan kualitas air diduga memperburuk situasi. Hingga kini, pasokan air bersih belum tersedia karena aliran PDAM masih terputus. Listrik juga belum menyala dan jaringan telepon seluler masih terputus, membuat warga kesulitan mendapatkan informasi dan bantuan lanjutan.
Baca juga: Gampong Kuala Ceurape Bireuen Krisis Air Bersih, Warga Terpaksa Gunakan Air Bekas Banjir
Ketersediaan makanan juga semakin menipis. Stok bantuan mulai berkurang dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pengungsi. Warga mengaku hanya mengandalkan pasokan seadanya sambil menunggu bantuan tambahan.
Sebagian besar warga hanya memiliki pakaian yang sedang dikenakan ketika banjir terjadi. Perabot rumah tangga dan perlengkapan harian tidak dapat diselamatkan karena terendam air banjir. Kondisi ini membuat aktivitas harian semakin sulit dilakukan.
Salah satu warga, Furqan, mengatakan tidak adanya fasilitas sanitasi memaksa pengungsi menggunakan air sawah bekas banjir untuk mandi, mencuci, memasak, dan kebutuhan lainnya. Ia menyebut kondisi lapangan belum membaik dan rawan menimbulkan penyakit.
“Warga terpaksa melakukan buang air besar sembarangan, mandi, cuci, memasak harus menggunakan air di sawah bekas banjir,” ujarnya.











