Kerupuk Mulieng, Ciri Khas Beureunuen dari Buah Purba

Kerupuk mulieng
Mirza, seorang peniaga muda di Toko Kawom, Keude Beureunuen, Kecamatan Mutiara, Pidie, Kamis (15/5/2023) menyebutkan emping melinjo paling banyak laku saat Lebaran. Foto: Komparatif.ID/Muhajir Juli.

Komparatif.ID, Sigli–Kerupuk mulieng (emping melinjo) sejak lama telah menjadi trademark Keude Beureunuen. Di kota ini, kerupuk mulieng dijual di toko-toko yang meniagakan oleh-oleh khas. Melinjo juga telah sangat lama menjadi komoditi unggulan Kabupaten Pidie.

Di Simpang Arakate Kota Sigli, Pemerintah Kabupaten Pidie membangun sebuah tugu berbentu bulir melinjo. Ukurannya sangat besar. Lingga yang diberi nama “Tugu Aneuk Mulieng” tersebut dibangun dengan anggaran Rp4,8 miliar. Sejumlah pihak yang mengkritik proyek tersebut, menilai Pemkab Pidie merencanakan sesuatu yang tidak berfaedah. Karena Rp4,8 miliar setara dengan 48 unit rumah sehat sederhana—tipe 36—yang biasa dibangun untuk rakyat miskin.

Bundaran tempat lingga itu dibangun, lingkarannya sangat besar. Banyak pemilik kendaraan yang mengeluhkan lingkar pinggang bulatan yang tidak efisien. Dari arah mana pun kendaraan harus membelokkan setir kendaraan lebih dalam untuk melibas bundaran tersebut.

Baca: Bireuen, Tionghoa, dan Perkembangan Warung Kopi

Pun demikian, pembangunan tugu dianggap perlu oleh sebagian orang. Kota Sigli butuh tugu sebagai pengingat bila Sigli merupakan salah satu daerah penting sejak masa lalu. Sigli juga merupakan landmark bagi pembentukan identitas Pidie sebagai “ideologi” masyarakatnya. Pidie dan kerupuk mulieng tidak bisa dipisahkan.

Kerupuk Mulieng Beureunuen

Pidie merupakan satu-satunya kabupaten di Aceh yang terkenal dengan produksi melinjo yang melimpah. Bukan saja ditanam di kebun, tapi juga ditanam di pekarangan rumah.

Meskipun tidak ada yang tahu persis sejak kapan melinjo dibudidayakan di Pidie. Akan tetapi diperkirakan tumbuhan yang masuk golongan purba tersebut telah ada di sana lebih 100 tahun lalu. Di kabupaten itu, menurut data BPS Pidie Dalam Angka 2017, yang disitat dari SinarPidie.Co, melinjo merupakan jenis tanaman yang memiliki luas tanam yang paling luas di Pidie, yakni 33, 075 hektare.

Pada tahun 2016, Kecamatan Kembang Tanjong adalah wilayah yang memproduksi melinjo paling tinggi, yakni sebanyak 47,221 kwintal. Lalu, Kecamatan Keumala memproduksi melinjo sebanyak 17, 467 kwintal. Disusul Kecamatan Sakti sebanyak 7,930 kwintal. Kecamatan Pidie 7,641 kwintal. Kemudian Kecamatan Titeue 6, 363 kwintal. Sementara, Kecamatan Mutiara yang menjadi sentra pemasaran emping melinjo di Pidie, memproduksi 4032 kwintal.

Baca: Sebelum Ibu dan Ayah Pergi, Pulanglah

Total produksi melinjo untuk 23 kecamatan di Pidie pada 2016: 68,842 kwintal dengan total pohon melinjo sebanyak 379,991 batang.

Keude Beureunuen yang menjadi pusat kota Kecamatan Mutiara, menjadi tempat utama perdagangan kerupuk mulieng. Di sana, di tepi jalan Banda Aceh-Medan, tepatnya di seberang jalan dari terminal, satu deret panjang ruko menjajakan kerupuk mulieng sebagai barang niaga utama. Selain itu mereka juga menjual kerupuk kulit kerbau, kerupuk daging sisa pembersihan kulit lembu/kerbau, tepung janeng (tepung ubi iwi/ubi racun), tepung sagu, dan lain-lain.

kerupuk mulieng
Seorang pedagang di Toko Barokah, Beureunuen, sedang memasukkan kulit kerbau (jengek) ke dalam bungkusan. Selain kerupuk mulieng, di Beureunuen juga dijual kerupuk kulit kerbau/ dan bahan baku makanan tradisional lainnya seperti sagu dan tepung janeng. Foto: Komparatif.ID/Muhajir Juli.

Sejumlah pedagang mengatakan meskipun kerupuk mulieng juga dijual di pusat oleh-oleh di Banda Aceh, tapi bagi pelancong yang melintasi Pidie, tetap membelinya di Beureunuen. Menurut pelintas, konsumen merasa tidak afdal bila harus membeli emping melinjo bukan di tempat aslinya.

Harga emping melinjo tersebut bervariasi. Mulai 95.000 rupiah per kilogram, hingga Ro120.000 per kilogram. Harga tertinggi untuk kerupuk mulieng mentah kualitas super premium.

Untuk yang super premium tidak dijajakan di luar. Tapi ditaruh agak ke dalam toko. Warnanya putih bersih. “Kualitas yang super premium dibuat dari bulir melinjo mengkal yang tidak terlalu tua, juga tidak terlalu muda. Rasanya lebih lembut,” sebut Mirza, Kamis (11/5/2023) peniaga muda di Toko Kawom yang bersebelahan dinding dengan Toko Barokah, di Jalan Tgk. Chik Di Tiro. Banja (deretan) ruko tersebut satu jalur dengan Masjid Abu Beureue’eh di kota tersebut.

Setiap tahun, kerupuk mulieng paling banyak laku saat Idulfitri. Para pelintas membelinya sebagai oleh-oleh pulang kampung. Sebagai buah tangan khas yang akan dijadikan cemilan sembari menikmati sore bersama keluarga.

Mi Aceh yang terkenal se-antero Indonesia juga menambahkan emping melinjo goreng sebagai cemilan tambahan, selain bawang acar dan bawang goreng yang berfungsi untuk memperkuat rasa aneka rempah yang menyatu dalam bumbu.

Emping melinjo goreng juga ditambahkan dalam sajian nasi goreng di warung-warung terkenal di Aceh. Biasanya ditaruh dalam satu piring kecil bersama acar bawang dan cabai rawit.

Demikian juga di warung-warung bakso, keurupuk muling dibungkus dalam plastik transparan, ditaruh dalam keranjang, dijual terpisah dengan bakso.

Di dalam tradisi masyarakat Aceh, setelah digoreng dan ditambahkan garam secukupnya, kerupuk melinjo juga dihidangkan di atas meja makan pada keluarga kelas menengah ke atas. Ditaruh dalam toples besar. Seringkali dicemil saat menyantap hidangan khas seperti kuah cr’ah tuna/tongkol besar, kari kambing, kuah beulangong, kari bebek, dll.

Bagi masyarakat Pidie, melinjo merupakan bagian tak terpisahkan dalam peradaban mereka. Melinjo merupakan salah satu pilar ekonomi penting selain beras. Sejumlah orang sukses dari daerah itu, pernah memiliki kisah khusus bersama melinjo. Setidaknya sekolah mereka ikut dibiayai oleh hasil panen bulir gnetum gnemon Linn yang berasal dari Asia tropik, Melanesia, dan Pasifik Barat.

Artikel SebelumnyaH. Mukhlis Serahkan Bantuan Untuk Korban Kebakaran di Samalanga
Artikel SelanjutnyaSemua Anggota DPRA dan DPR RI dari Aceh Punya Rekening Bank Konven
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here