Komparatif.ID, Banda Aceh— Kompleks makam Kerkhof Peucut, yang terletak di Jalan Teuku Umar, Kampung Sukaramai, Banda Aceh, adalah tempat yang menyimpan kisah sejarah panjang perang Aceh melawan Belanda.
Dengan luas sekitar 150 x 200 meter, lokasi ini berada tepat di belakang Museum Tsunami Aceh, dan bisa diakses dengan mudah oleh para pengunjung yang ingin mengeksplorasi jejak sejarah masa lalu.
Ketika melangkah masuk Kerkhof Peucut, pengunjung disambut oleh gerbang yang terletak di samping Museum Tsunami. Di pintu masuk, terdapat sebuah tulisan dalam bahasa Belanda, Arab Melayu, dan Jawa yang berbunyi, “Untuk sahabat kita yang gugur di medan perang.”
Kerkhof Peucut adalah kompleks pemakaman militer Belanda terbesar kedua di dunia, yang menjadi pusara sekitar 2.200 tentara Belanda, termasuk empat jenderal, yang tewas dalam Perang Aceh yang berlangsung dari tahun 1873 hingga 1904.
Namun tidak hanya serdadu Belanda yang dimakamkan di sini. Terdapat pula sejumlah penduduk pribumi yang direkrut menjadi tentara Marsose dan pasukan Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL), yang berasal dari berbagai daerah, termasuk Ambon, Manado, dan Jawa. Hal ini terlihat jelas dari nama-nama yang tertera di dinding kompleks makam.
Dalam diskusi yang dilakukan di forum Quora, sejarawan Aceh Iskandar Norman mengungkapkan bahwa tidak banyak informasi yang dapat diakses mengenai siapa yang pertama kali dikuburkan di Kerkhof.
Versi pertama menyebutkan Letnan JJP Weijerman adalah perwira Belanda pertama yang dimakamkan di sini setelah pertempuran di Masjid Siem pada tahun 1883. Dalam pertempuran tersebut, Weijerman tewas bersama tiga bawahannya.
Baca juga: Ngecamp Asyik di Pentago Garden Riverside
Iskandar Norman menulis kisah kematian Weijerman ini juga diceritakan dalam buku Krijgsgeschiendenis van N.I:
Kolonel yang tersebut di samping ini, berkumpul di Lamnyong, telah memulihkan kocar-kacir mereka dan dapat merebut dua benteng, satu diantaranya yang penting benteng Masjid.
Hari berikutnya ternyata, benteng ketiga telah ditinggalkan dan musuh meninggalkan posisi mereka sebelah selatan dari jalan menuju Krueng Kale. Pertempuran itu mengakibatkan tewasnya Letnan Weijerman dan tiga orang bawahannya, sedangkan yang luka-luka lainnya terdiri dari 3 orang perwira dan 32 orang para bawahan.
Namun, ada pula versi lain yang menyebutkan Letnan Infantri DG Baron Sloet van Zwanenburg sebagai yang pertama, yang tewas dalam pertempuran di Peunayong pada tahun 1874.
Pada monumen kuburan Letnan Infantri DG Baron Sloet van Zwanenburg tertera bahwa ia cedera berat dalam pertempuran di kawasan Peunayong, Banda Aceh, tanggal 19 Juni 1874 bersama sembilan tentara Belanda lainnya, sembilan hari kemudian, yakni pada 28 Juni 1874 ia meninggal dan dikuburkan di Kerkhof Peucut.
“Boleh jadi Weijerman merupakan perwira Belanda pertama yang dikuburkan di Peucut Kerkhof setelah kuburan Belanda itu dibangun gerbang kehormatan. Sedangkan perwira Belanda korban perang Aceh lainnya sudah dikuburkan di sana jauh sebelum gerbang kehormatan itu ada,” tulis Iskandar dalam forum Quora yang diakses Komparatif.ID, Jumat (11/10/2024).
Salah satu hal yang menarik perhatian pengunjung adalah keberadaan kuburan Meurah Pupok di dalam area Kerkhof Peucut, pusaranya terpisah dari makam-makam keluarga Raja-raja Aceh yang lain.
Meurah Pupok adalah putra Sultan Iskandar Muda, yang dihukum rajam oleh ayahnya karena pelanggaran dituduh berzina dengan istri bangsawan. Oleh Iskandar Muda, ia dimakamkan di tengah padang ilalang yang jauh dari kawasan makam keluarga kesultanan yang biasanya dikuburkan di Kandang Meuh atau Kandang XII.
300 berselang, Belanda lalu membangun kompleks makam serdadu yang tewas pada perang Aceh di sekitar makam Meurah Pupok. Penamaan Peucut merujuk pada panggilan sayang Iskandar Muda kepada anaknya tersebut.
Sabtia (26) pengujung asal Merduati, Banda Aceh mengungkapkan rasa takjubnya saat melihat pencatatan peristiwa sejarah Belanda yang terukir di dinding makam Kerkhof Peucut.
“Saya sangat kagum dengan catatan nama serdadu kompeni yang masih ada hingga kini meski mereka tewas ratusan tahun yang lalu,” ujarnya kepada Komparatif.ID, Kamis (10/10/2024).