Kenduri Kuah Beulangong Setelah Perang Besar

Kenduri Kuah Beulangong Setelah Perang Besar
Muhajir Juli. Foto: Dok. Penulis.

Setelah perang besar di Gampong Pungget, bersepakatlah para tokoh untuk menggelar kenduri rakyat dengan menu kuah beulangong. Kenduri rakyat disambut dengan gegap gempita. Para jelata berpikir, setelah perang berpuluh tahun, kali inilah kembali menikmati kuah beulangong secara bersama-sama. Satu rasa satu belanga. 

Panitia pun disusun. Pelindung Allah Swt. Penasihat terdiri dari para tokoh dan agamawan. Pengawas terdiri dari personal dari yang biasanya bertugas mengawasi Gampong Pungget. Panitia pelaksana diketuai oleh Keuchik Gampong Pungget. Demikian struktur di bawahnya.

Orang-orang besar dari luar kampung diundang sebagai tamu VVIP dan VIP,  anak yatim diundang sebagai tamu istimewa, dan seluruh jelata diundang sebagai tamu. Undangan untuk jelata diumumkan melalui pelantang suara di meunasah. 

Pada hari yang disepakati, kenduri pun digelar. Sejak malam puluhan ekor sapi disembelih. Ribuan nangka muda dikuliti dan dicincang dalam ember-ember besar. Menurut panitia, nangka muda dipilih karena memiliki khasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Kandungan vitamin C dalam nangka muda sangat bagus untuk kesehatan. 

Sekitar pukul 10.00 WIB, lapangan sepak bola Gampong Pungget telah disesaki manusia. Sejumlah tenda berpendingin udara didirikan di atas bukit, agak terpisah dari lapangan. Sebuah panggung besar berdiri gagah di tengah lapangan, dihiasi berbagai pernik. 

Rakyat jelata duduk di depan panggung, di bawah tenda yang ketika perang berlangsung, sering digunakan sebagai peneduh untuk para pengungsi perang yang harus cari selamat ke meunasah. 

Dalam pidato sambutan, keuchik pidato berapi-api. Ia mengatakan seluruh elemen telah sepakat bahwa mulai hari itu, Gampong Pungget akan memulai hari baru. Menjemput masa depan gilang-gemilang seperti Brunei Darussalam dan Singapura. Rakyat hanya perlu duduk manis, menunggu kerja keras para pemimpin. 

“Jangan ragukan kami! Para agamawan dan tokoh berada di belakang kami. Merekalah yang akan mengawal supaya kami tidak berbuat salah. Supaya kami tetap fokus membangun negeri ini. Supaya kami tetap berada di jalan Allah!” Seru Keuchik Gampong Pungget. 

Tepuk tangan membahana. Rakyat sangat gembira. Berkali-kali dari berbagai sudut lapangan, terdengar teriakan merdeka. 

Usai keuchik turun panggung, seorang agamawan naik. Sang guru menyampaikan tausiah tentang kehidupan dan kepemimpinan. Ia mengisahkan tentang beberapa pemimpin zalim di masa lalu, yang kemudian dihukum oleh Allah karena perbuatannya yang penuh angkara murka. 

Baca jugaNasir Tarigan dan Trio RW

Setelah agamawan itu turun, acara dilanjutkan dengan santunan untuk anak yatim. Ada sekitar 100 anak yatim. Setiap individu yatim dibekali selembar uang Rp20.000, satu helai kain sarung cap rusa lari, satu eksemplar kitab suci. 

Di belakang panggung, panitia bekerja keras menyiapkan hidangan. Tenda-tenda VVIP dan VIP disajikan menu utama kuah beulangong yang nangkanya sedikit. Ule-ule leumo ditempatkan di hadapan para penasihat, pengawas dan panitia pelaksana. 

Panitia yang lain, sibuk membungkus kuah beulangong dalam kantong plastik bening. Kuah beulangong yang dibungkus itu dimaksudkan diberikan sebagai buah tangan untuk penasihat, pengawas, dan tamu VVIP dan VIP. Buah tangan tersebut disimbolkan sebagai kebaikan hati orang Gampong Pungget dalam memuliakan tamu. 

Sejumlah bungkusan kuah beulangong juga disiapkan untuk panitia, sebagai bentuk penghargaan untuk panitia yang telah bekerja keras menyelenggarakan kenduri rakyat. 

Siang itu, tamu di dalam tenda VVIP dan VIP makan dengan lahap. Mereka menikmati santapan siang kuah beulangong sembari cang panah di dalam tenda berpendingin udara. Segala puja-puji saling dilemparkan untuk sesama. Mereka terbahak-bahak.

Saat hidangan disajikan di dalam tenda rakyat jelata dan anak yatim, semua hadirin antusias. Mereka sangat bahagia ketika menghidu aroma kuah beulangong yang menebarkan aroma khas yang memancing selera makan. 

Keuchik datang ke tenda rakyat. “Mari kita nikmati hidangan ini bersama-sama.” Ia mengambil piring, menciduk nasi dan menambahkan kuah beulangong. 

Setelah mengambil nasi dan kuah, seorang pemuda yang dikenal kritis, duduk dekat Keuchik. 

“Pak, ini maaf ya. Kok dagingnya sangat sedikit? Saya mencoba empat kali memasukkan sendok ke dalam mangkuk, tapi yang berhasil masuk ke dalam sendok hanya boh panah. Kemana daging dari puluhan ekor lembu?”

Keuchik menghentikan makan. Ia menatap sang pemuda sembari tersenyum. 

But ramè-ramè, tamaklum laju. Asai kana beôk sapoe kajeut. Kali laén tasie lom leumo. Tapeugöt lom acara lagè nyoe rupa.”

Kenduri rakyat berakhir kala kumandang azan Duhur. Ada yang salat berjamaah, ada yang sendiri-sendiri. Ada yang pura-pura tidak mendengar azan. Ada yang langsung pamit dengan alasan salat di rumah.

Satu persatu tamu pamit usai salat. Mereka pulang dengan lambung penuh daging kuah beulangong. Di tangan mereka dijinjing bungkusan kuah beulangong. Masing-masing penasihat dan pengawas membawa pulang enam bungkus 10 bungkus. Tamu VVIP dan VIP–karena jumlahnya banyak–masing-masing dibekali lima bungkus. Keuchik membawa dan tuha peut Gampong Pungget masing-masing 10 bungkus. Masing-masing panitia dua bungkus.

Keesokan harinya, klinik kesehatan mandiri di kota dipenuhi kunjungan pasien yang mengeluh lemah letih lesu sepulang dari kenduri rakyat. 

Di kios-kios kecil, permintaan obat antikembung meningkat drastis. Keuchik dan tuha peut mulai merehab dapur rumah dan mempercantik halaman depan supaya estetik seperti layout outdoor hotel berbintang di taman belakang hotel di Banda Aceh. 

Beberapa penasihat, pengawas, dan panitia yang menolak membawa pulang buah tangan, dimasukkan dalam daftar orang-orang yang tidak akan diajak pada kenduri rakyat selanjutnya.

Artikel SebelumnyaWaspadai Penipuan Keuangan, OJK Aceh: Pastikan Legal dan Logis
Artikel SelanjutnyaPustaka Gampong Limpok Buktikan Liburan Edukatif Itu Mungkin
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here