Kemiskinan di Korea Selatan yang Tersamar K-Pop

Kemiskinan di Korea Selatan
Kemiskinan di Korea Selatan semakin tinggi. Rumah tangga satu orang merupakan yang paling parah terdampak. Ketimpangan pendapatan menjadi salah satu pemicu setelah pemerintah mengurangi subsidi. Foto: Boredpanda.

Komparatif.ID, Seoul–Kemiskinan di Korea Selatan tersamar di balik gemerlapnya K-Pop. Tingkat kemiskinan yang dialami oleh rumah tangga satu orang (one-person household) ternyata cukup tinggi. Laporan Korea Institute for Health and Social Affairs (KIHASA) nyaris setengah rumah tangga satu orang di Korea Selatan hidup dalam kemiskinan.

Kemiskinan di Korea Selatan yang menghinggapi keluarga satu orang tiga kali lipat lebih tinggi bila dibandingkan dengan total populasi. Mirisnya lagi, penyandang status miskin kebanyakan perempuan dan orang lanjut usia.

Ketika bicara Korea Selatan, banyak orang, khususnya remaja mengukurnya dari gemerlapnya K-Pop. Tidak heran bila di Indonesia, para pemuja berhala K-Pop bertebaran se-antero negeri. Banyak kisah miris tentang kelakukan K-Popers yang sangat fanatik terhadap band favoritnya, hingga tak sungkan-sungkan membuly para pengeritik.

K-Popers menjadikan bias-bias (idola) mereka sebagai berhala baru yang tidak boleh dikritik. Bila ada yang mencemooh, maka K-Popers adalah relawan tanpa bayaran yang akan menyerbu di akun media sosial pencemooh.

Baca: 7 Alasan kamu Harus Berkunjung ke Aceh

Para fans fanatic—dan itu kelakuan rata-rata K-Popers, hidup dalam fantasi, seakan-akan Korea Selatan adalah contoh paling paripurna untuk kehidupan yang diidamkan.

Dari banyak cerita yang dihimpun Komparatif.ID, terdapat banyak remaja yang kemudian dimabuk kepayang, hingga ingin hidup layaknya bias pujaannya, tanpa memahami bagaimana Korea Selatan secara menyeluruh. Ujung-ujungnya, mereka memaksa orangtua di rumah untuk memenuhi tuntutan pergaulan si anak yang ingin seperti bias yang tampil di televisi dengan mimik aegyo.

Di lain sisi, banyak pula ibu rumah tangga di Tanah Air yang tenggelam dalam berbagai K-Drama yang penuh air mata, yang berlatar belakang kesedihan orang-orang dari latar belakang keluarga kaya raya.

Menurut laporan yang diterbitkan pada kanal koreatimes.co.kr, yang disitat pada Jumat (21/7/2023), dalam Buku Tahunan Statistik Kemiskinan 2022, 47,2 persen rumah tangga satu orang, hanya memiliki pendapatan kurang dari rata-rata nasional pada tahun 2020. Jumalh itu lebih dari tiga kali lipat dari tingkat kemiskinan total penduduk, yang mencapai 15,3 persen.

Di tengah serangan Covid-19, yang menambah kemiskinan di Korea Selatan, orang-orang Korsel yang memilih menjadi rumah tangga satu orang meningkat sangat tajam. Hingga tahun 2021, jumlahnya mencapai 7,16 juta. Meningkat 7,9 persen dari tahun 2020.

Meningkatnya jumlah rumah tangga satu orang bukan sesuatu yang baru muncul di Korea Selatan. Sejak tahun 2000 fenomena tersebut sudah terjadi. Diawali dengan angka 15,5 persen pada tahun 2000, melesat tinggi menjadi 33,4 persen pada tahun 2021.Statistic South Korea memperkirakan pada tahun 2050 jumlahnya mencapai 39,6 persen.

Baca: Ethiopia, dari Miskin Menjadi Negara Kaya di Afrika

Di sisi lain, proporsi rumah tangga berpenduduk 4 orang, turun sangat siginifikan. Pada tahun 2000 jumlahnya 31,1 persen, pada tahun 2021 tersisa 14,7 persen.

Lebih dalam lagi, menurut studi, kemiskinan di Korea Selatan pada keluarga satu orang, umumnya menghinggapi perempuan dan orang lanjut usia.

Para lansia yang hidup sendiri sebanyak 72,1 persen hidup dengan pendapatan kurang dari pendapatan rata-rata nasional. Dari total itu, 55,7 persen lansia wanita, dan 34,5 persen lansia laki-laki.

Menurut Profesor Chung Soon-dool yang bekerja di Fakultas Kesejahteraan Sosial Universitas Ehwa Womans, fakta kemiskinan Korea Selatan merupakan hasil dari kondisi sosial yang bahwa kesempatan kerja kepada lansia sangat minim. Demikian juga untuk wanita.

“Setelah pensiun dari pekerjaan utamanya, rata-rata lansia tidak lagi mendapatkan pekerjaan. Sedangkan hidup harus terus berlanjut. Sedangkan wanita, di Korea Selatan, selalu memiliki pendapatan lebih kecil dari pria,” sebut Profesor Chung.

Orang-orang yang hidup sendiri, menurut Chung, mendapatkan dua tekanan. Pertama ditekan kesepian, dan kedua ditekan oleh pendapatan yang kurang. Mereka mengalami tekanan psikologi dan ekonomi.

Kemiskinan di Korea Selatan juga menekan semua kelompok umur. Dengan total 39,5 persen kemiskinan di Korea Selatan diderita oleh rumah tangga tunggal, penyandang disabilitas 9,8 persen, 8,2 persen penduduk di bawah umur dan penduduk rentang umur 20-30-an.

Catatan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Korea Selatan, pada tahun 2022, 1 dari seratus kematian di Korea Selatan, ditemukan mati sendirian di dalam rumah. Baru diketahui berhari-hari kemudian karena tidak ada kontak dengan keluarga.Jumlah itu sangat signifikan bila merujuk statistik.

Kemiskinan di Korea Selatan Karena Ketimpangan Pendapatan

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan Hankyoreh (hani.co.kr) berjudul Korea sees historic wealth gap, worst income inequality figures in years, tayang pada 2 Desember 2022, kemiskinan di Korea Selatan terjadi akibat ketimpangan yang sangat tinggi pendapatan antara yang kaya dan yang miskin.

Pada tahun 2021, utang yang dimiliki kepala rumah tangga berumur 20-an melonjak hingga 40 persen. Kondisi ini menimbulkan peringatan tentang kesehatan keuangan rumah tangga.

Dari hasil 2022 Survey of Household Finances and Living Conditions, yang diterbitkan oleh BPS Korea Selatan, rata-rata aset rumah tangga di Korsel pada akhir Maret 2022 mencapai 547,72 juta won (US$421.180), naik 9% (4,52 juta won) dari tahun 2021.

Harga real estat, termasuk rumah hunian, melonjak 9,9%, menandai tingkat pertumbuhan aset tertinggi kedua yang pernah ada. Di sisi lain, utang (91,7 juta won) hanya meningkat 4,2% selama periode yang sama, dan kekayaan bersih rata-rata per rumah tangga meningkat 10 persen atau bila diangkakan menjadi456,02 juta won, tidak termasuk utang.

Per akhir Maret 2022, koefisien Gini aset bersih domestik sebesar 0,606, naik 0,003 poin dari akhir Maret tahun 2021. Semakin dekat indeks ke 1, semakin banyak kekayaan terkonsentrasi di antara sejumlah kecil rumah tangga.

Koefisien Gini aset bersih telah meningkat di Korea setiap tahun sejak 2018, ketika harga rumah di wilayah metropolitan Seoul mulai meningkat pesat, mencapai titik tertinggi sepanjang masa tahun ini (tidak termasuk 2012, tahun pertama survei ini dilakukan ).

Kepemilikan aset rata-rata per rumah tangga di 20% pendapatan teratas adalah 1,29 miliar won, sekitar tujuh kali lebih tinggi dari 20% terbawah (171,88 juta won). Ini merupakan peningkatan dari perbedaan 6,7 kali tahun lalu. 20% rumah tangga teratas memiliki 44% dari semua aset di Korea, termasuk real estate.

Kesenjangan pendapatan antara keluarga berpenghasilan rendah dan tinggi juga melebar untuk pertama kalinya dalam lima tahun. Tahun 2021, pendapatan rata-rata per rumah tangga di Korea adalah 64,14 juta won, naik 4,7% (2,89 juta won) dari tahun lalu.

Ini adalah peningkatan terbesar sejak 2016, ketika data pajak Badan Pajak mulai tercermin dalam statistik. Pendapatan yang diperoleh naik 7% tahun lalu, mendorong pertumbuhan pendapatan secara keseluruhan.

Tetapi keadaan di setiap kelompok pendapatan sangat berbeda. Pendapatan di 20% rumah tangga terbawah meningkat sebesar 2,2%, yang bahkan tidak sampai setengah dari tingkat kenaikan (5,4%) untuk 20% rumah tangga teratas.

Salah satu alasan disparitas tersebut adalah penurunan subsidi pemerintah (transfer pendapatan publik) sebesar 1,5% dari tahun ke tahun, yang menyumbang sekitar setengah dari pendapatan 20% rumah tangga terbawah. Itu kontras dengan kenaikan 0,8% dalam subsidi pemerintah untuk 20% rumah tangga teratas tahun 2021.

Pendapatan 20 persen rumah tangga teratas naik 7,5 persen.Lebih tinggi dari tingkat rata-rata keseluruhan kenaikan (7%).

“Bantuan pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah tahun lalu agak turun dari tahun 2020, sementara kompensasi untuk kerugian yang diderita oleh pemilik usaha kecil naik, membuat ketimpangan pendapatan agak lebih parah,” kata Choi Jin-gyu, Kepala Seksi Ekonomi Kesejahteraan di Kementerian Ekonomi dan Keuangan.

Artikel SebelumnyaCara Bertemu Kuntilanak
Artikel SelanjutnyaKantor Bawaslu Dilalap Api, Dokumen & Uang Rp70 Juta Hangus
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here