Inisiator Damai Aceh Juha Christensen Hadiri Pelantikan Gubernur Aceh

Juha Christensen
Juha Christensen di VVIP ruang sidang istimewa, pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf-Fadhlullah. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Salah seorang inisiator damai Aceh, Juha Christensen, menghadiri pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf-Fadhlullah, Rabu (12/2/2025) di Ruang Sidang Paripurna Istimewa DPR Aceh.

Juha Christensen tiba di Aceh pada Selasa (11/2/2025) sore, bersama Jusuf Kalla, yang merupakan Wakil Presiden ke-10  saat perundingan antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Republik Indonesia berlangsung di Helsinki, Filandia, tahun 2005.

Juha Christensen yang berteman dengan Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar, Muzakir Manaf dan para elit GAM, menghadiri semua acara yang digelar jelang pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh.

Baca: Aceh Moorden Selamatkan Kemerdekaan Republik Indonesia

Dari pihak Pemerintah Indonesia, juru runding di Helsinki yang menghadiri pelantikan Mualem-Dek Fadh adalah Hamid Awaluddin, dan Sofyan Djalil.

Sekilas Kiprah Juha Christensen di Aceh

Sebagai pengetahuan, Juha merupakan salah seorang penggiat perdamaian, ikut terlibat dalam mempersiapkan proses perundingan perdamaian yang melahirkan memorandum of Understanding –kesepahaman bersama—yang dikenal dengan MoU Helsinki.

Proses menuju meja perundingan diawali dengan berbagai diplomasi politik sejak tahun 2000.

Juha pertama kali berkunjung ke Aceh pada Oktober tahun 2000. Dia menjajaki segala kemungkinan yang dapat mempertemukan para pihak yang bertikai. Pada  Juni 2003, Juha berhasil bertemu dengan pimpinan GAM di Stockholm. Itu merupakan pertemuan pertama Juha dengan Perdana Menteri Aceh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF) Malik Mahmud Al-Haytar.

Hubungan dirinya dengan Jusuf Kalla pertama kali dijalin pada Maret 2004, saat pengusaha dari Sulawesi Selatan itu menjabat Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) era Presiden Megawati Soekarnoputri.

Pertemuan itu membahas konsep perdamaian dan roadmap yang akan ditempuh. Termasuk mendetailkan prinsip-prinsip proses perdamaian.

Hasil pertemuan dengan pihak GAM dan Pemerintah Indonesia, dibawa oleh Juha kepada mantan Presiden Finlandia Martti Oiva Kalevi Ahtisaari (Martti Ahtisaari). Pertemuan itu berlangsung pada Desember 2004, sebelum gempabumi dan tsunami menggulung Aceh dan sejumlah negara lainnya di Asia Tenggara.

Setelah persiapan rencana perundingan selesai disusun, lembaga Crisis Management Initiative (CMI) menghubungi kedua belah pihak yang bertikai. Setelah GAM dan RI bersedia duduk runding, dimulailah segenap usaha melahirkan perdamaian untuk kedua belah pihak. Pada 15 Agustus 2005, lahirlah kesepahaman bersama yang dikenal dengan MoU Helsinki.

Juha juga ikut dalam Aceh Monitoring Mission (AMM). Di lembaga ad hoc itu, dia ditunjuk sebagai penasihat khusus bidang politik, mendampingi Ketua AMM Pieter C. Feith. Dia di sana dari 2005 hingga 2006.

Pada tahun 2007 Juha diangkat sebagai Direktur Interpeace, organisasi internasional untuk pembangunan perdamaian yang memajukan perdamaian. Program itu dilaksanakan bekerjasama dengan Institut Perdamaian Indonesia (IPI) yang didirikan oleh Dr. Farid Husen. Proyek tersebut selesai tahun 2012.

Pria yang kini menjabat Ketua Yayasan PACTA Finland, kembali ke Aceh saat memfasilitasi negosiasi dengan gerakan bersenjata yang dipimpin Nurdin alias Din Minimi. Upaya Juha Christensen membuahkan hasil. Din Minimi dan kelompoknya bersedia turun gunung di Aceh Timur. Semua senjata api yang mereka gunakan diserahkan kepada Pemerintah Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here