Komparatif.ID, Helsinki— Salah seorang inisiator perdamaian Aceh asal Finlandia, Juha Christensen, dijadwalkan tiba di Banda Aceh pada Kamis (14/8/2025) mendatang. Ia akan menghadiri peringatan 20 tahun perdamaian Aceh.
Special adviser Aceh Monitoring Mission (AMM) itu mengapresiasi dua dekade berjalannya perdamaian di Tanah Rencong.
Dalam pesan videonya yang direkam di depan Istana Presiden Finlandia pada Senin, (11/8/2025), Juha mengaku bahagia karena kerja sama yang terjalin selama ini mampu mengakhiri konflik bersenjata di Aceh dan menjaga perdamaian hingga kini.
“Selamat siang, Wali Nanggroe Aceh, Tengku Malik Mahmud, Saudara Muzakir Manaf, Gubernur Aceh, Wakil Gubernur Aceh, Ketua DPR Aceh, dan seluruh masyarakat Aceh. Ini Juha Christensen. Saya ada di depan Istana Presiden Finlandia,”
“Saya mau kirim salam dari Helsinki, Finlandia. Nanti tanggal 15 Agustus, kita merayakan 20 tahun perdamaian Aceh. Saya bangga, saya gembira, saya bahagia,” ujarnya.
Menurutnya, 20 tahun perdamaian Aceh menjadi contoh untuk dunia. Ia menilai keberhasilan perdamaian Aceh membuktikan dialog dan musyawarah dapat menjadi instrumen untuk menyelesaikan perbedaan pendapat dan membangun kerja sama.
“Bahwa kita punya instrumen, yaitu dialog, musyawarah, untuk menyelesaikan pendapat beda dan dapat persetujuan untuk hidup sama-sama dan kerjasama,” lanjutnya.
Baca juga: Inisiator Damai Aceh Juha Christensen Hadiri Pelantikan Gubernur Aceh
Juha Christensen dikenal sebagai salah satu tokoh yang berperan penting dalam mempersiapkan proses perundingan yang melahirkan Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki pada 15 Agustus 2005.
MoU tersebut menjadi tonggak berakhirnya konflik bersenjata yang berlangsung selama puluhan tahun di Aceh. Upayanya menuju perdamaian diawali pada Oktober 2000 saat pertama kali mengunjungi Aceh untuk menjajaki peluang mempertemukan pihak yang bertikai.
Pada Juni 2003, ia bertemu dengan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Stockholm, termasuk Perdana Menteri Aceh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF) Malik Mahmud Al-Haytar.
Hubungannya dengan Jusuf Kalla, yang saat itu menjabat Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, terjalin pada Maret 2004 untuk membahas konsep dan peta jalan perdamaian.
Hasil pertemuan ini dibawa kepada mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari pada Desember 2004, sebelum bencana gempa bumi dan tsunami melanda Aceh.
Proses mediasi kemudian dilakukan oleh lembaga Crisis Management Initiative (CMI) yang dipimpin Ahtisaari, hingga akhirnya perundingan resmi antara Pemerintah Indonesia dan GAM berlangsung dan menghasilkan MoU Helsinki.
Selain terlibat dalam perundingan, Juha juga menjadi penasihat khusus bidang politik di Aceh Monitoring Mission (AMM) pada 2005–2006.
Pada 2007, ia memimpin Interpeace, organisasi pembangunan perdamaian internasional, yang bekerja sama dengan Institut Perdamaian Indonesia hingga 2012.
Juha Christensen kembali memainkan peran penting ketika memfasilitasi negosiasi dengan kelompok bersenjata Din Minimi di Aceh Timur. Negosiasi itu berakhir dengan penyerahan senjata dan kembalinya kelompok tersebut ke masyarakat.
Juha Christensen kini menjabat General Manager Yayasan PACTA Finland, Juha menyebut pekan ini sebagai minggu bahagia bagi Aceh. Ia berharap momentum dua dekade perdamaian ini menjadi pengingat bahwa kerja sama dan dialog adalah jalan utama untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan bersama.