Jatuh dari Pesawat, Julianne Bertahan di Amazon Berkat Ilmu Biologi

julianne peru lansa amazon
Juliane beristirahat di rumah sakit Peru dengan didampingi ayahnya setelah ia selamat dari kecelakaan pesawat dan 11 hari di Amazon. (Instagram: Juliane Koepcke)

Julianne yang kala itu masih berusia 17 tahun, tidak pernah menyangka bila ia harus kehilangan ibu jelang hari istimewa. Ia juga tidak pernah mengira bila pengetahuannya tentang ilmu biologi justru menjadi penyelamat kala ia terdampar di hutan Amazon.

Pada Jumat, 24 Desember 1971, Julianne dan ibunya terbang ke dari Kota Lima—ibukota Peru, menuju Pucallpa. Julianne dan ibunya bermaksud merayakan Natal bersama ayahnya Julia yang bekerja di Stasiun Penelitian Panguana Amazon. Ayahnya Julia adalah Hans-Wilhelm Koepcke, adalah seorang ahli zoologi terkenal dan ibunya, Maria Koepcke, adalah seorang ilmuwan yang mempelajari burung-burung tropis.

Hari itu mereka menumpang pesawat terbang Lansa Flight 508 yang mengangkut 91 penumpang. Pada hari itu, semua penerbangan telah dibatalkan karena cuaca sedang badai petir. Tapi Lockheed L-188A Electra di Callao tetap diberikan izin terbang, dan satu-satunya pada hari itu yang terbang sesuai jadwal.

Baca: Asa dari Madu Liar Hutan Ulu Masen

Pesawat tersebut tetap terbang sesuai jadwal karena kru terus-menerus didesak oleh penumpang supaya terbang, karena para penumpang ingin liburan dan merayakan Natal bersama keluarga. Dalam keadaan baik, penerbangan ini hanya butuh waktu sekitar sejam.

Kalah dengan hegemoni penumpang, akhiranya pihak otoritas bandara memberikan izin pesawat Lockheed L-188A Electra dengan penerbangan nomor 508, terbang di tengah cuaca buruk.

Suasana ceria dan jemawa karena berhasil menekan maskapai, tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang mengerikan. Para penumpang histeris di dalam kabin pesawat di ketinggian 6.400 meter . Kilat menyambar-nyambar, angin kencang mendorong pesawat dengan sangat dahsyat.

Suasana horor tersebut tersaji setelah 25 menit lepas landas, sekitar pukul 12.36 waktu Peru. Di ketinggian 6.400 meter pesawat tersebut disambar petir. Dengan bentuk sayap kaku dan agak kecil, Lockheed L188A Electra tidak dirancang untuk menahan turbulensi ekstrem.

Kapal itupun akhirnya jatuh. Pada ketinggian 3.000 kaki, pesawat meledak, membuat penumpang terpental dan menjadi puing. Hanya satu orang yang selamat. Dia adalah Julianne.

Di dalam kabin pesawat dia yang duduk di samping ibunya, sempat melihat pesawat terbelah. Julianne yang masih terikat sabuk pengaman di kursi, terpental keluar bersama kursi.

Kala masih di dalam pesawat, Julianne mengaku tidak bisa membuka sabuk pengaman, sehingga tidak kuasa melompat seperti beberapa penumpang. Tapi justru itulah yang membuat dia selamat.

Lebatnya belantara Amazon menjadi faktor yang membuat ia selamat, dedaunan pohon raksasa menjadi penghambat Julianne terbanting ke atas tanah.

Beberapa jam setelah jatuh, dia sadar. Perempuan 17 tahun itu kaget mengetahui dirinya terikat di kursi di tengah lebatnya rimba Amazon.

Saat itu dia hanya memakai gaun tipis, tanpa sepatu, tanpa logistik. Ia benar-benar sendirian dengan beberapa luka di tubuh, dan mata bengkak. Hujan turun tak berhenti, membuat dirinya kedinginan.

Hari itu dia tidak segera dapat berjalan. Setelah sadar, perempuan itu gagal berdiri. Tubuhnya masih sangat lemah. Kemudian berkali-kali pingsan.

Besoknya barulah ia sadar secara penuh. Saat itu sedang pertengahan musim. Tak ada buah-buahan di tengah rimba. Tidak ada ranting kering yang bisa digunakan membuat perapian.

Julianne menemukan sekantong lolipop di reruntuhan pesawat. Dia mengambilnya dan melangkah mencari sang ibu. Selama tiga hari dia bertahan sembari mengonsumsi lolipop.

Pada hari keempat, dia berhasil menemukan beberapa penumpang lain. Tapi yang ditemukannya adalah mayat. Ia tidak berhasil menemukan sang ibu.

Berkat pengetahuan dasar tentang hutan hasil dari didikan orangtuanya, Julianne menyusuri sungai.

Julianne mengapung di dalam Sungai di tengah rimba Amazon. Dia tidak khawatir terhadap serangan Piranha. Orangtuanya telah mengajarkan bahwa piranha hanya akan menyerang di perairan dangkal.

Hujan sepanjang hari membuat ia tidak bisa melakukan apa pun untuk menghangatkan diri.

Pada hari keempat, dia ketakutan luar biasa. burung-burung nazar terbang di kawasan itu. burung oemakan bangkai telah mendeteksi bahwa di sekitar tempat itu ada mayat.

Ia juga sempat mendengar suara pesawat yang melakukan pencarian. Tapi kanopi hutan sangat tebal, sehingga tidak ada yang melihatnya di bawah.

Dalam perjalanan mengevakuasi diri, Jualianne tidak menyentuh tumbuhan yang tidak ia kenali. Di hutan itu banyak tumbuhan beracun. Dia sangat familiar tentang itu, karena sedari kecil diajarkan langsung di pusat penelitian.

Ia membawa sebatang kayu yang dijadikan tongkat. Perjuangan dara tersebut mencapai 10 hari, hingga ia menemukan sebuah gubuk beratap daun palem. Di sana dia menemukan sekaleng bensin.  Ia mengambil bensin itu dan mengusapnya ke luka yang telah dipenuhi belatung. Dia menarik beberapa belatung. Rasanya sangat ngilu. Kemampuan itu dipelajarinya saat sang ayah membersihkan luka di tubuh binatang yang terinfeksi.

Pada hari ke-11, beberapa nelayan Peru menemukannya. Mereka ketakutan melihat seorang gadis kurus, kotor, penuh luka berada di gubuk itu. Para nelayan sempat mengira Julianne sebagai dewi air.

Ketakutan nelayan berubah menjadi kasih sayang, begitu Julianne bicara menggunakan bahasa Spanyol. Dia memberitahu bahwa dirinya korban yang selamat dari kecelakaan pesawat terbang.

Nelayan mengevakuasi Julianne ke pusat kesehatan. Kemudian dia bertemu ayahnya.

Dalam perjalanan hidup, gadis itu tumbuh menjadi ilmuwan yang terkenal karena penelitiannya tentang kelelawar.

Dia masih mengelola Panguana, warisan keluarganya yang berdiri dengan bangga di hutan yang mengubahnya.

“Hutan adalah bagian dari diriku seperti cintaku pada suamiku, musik orang-orang yang tinggal di sepanjang Amazon dan anak-anak sungainya, dan bekas luka yang tersisa dari kecelakaan pesawat,” katanya.

Sumber: abc.net.au.

Artikel SebelumnyaMahasiswa UIN Ar-Raniry Bisa Belajar Hukum Islam di Malaysia
Artikel SelanjutnyaHarga Emas di Pegadaian Turun, Ini Rinciannya
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here