Ismail Rasyid, CEO Trans Continent yang Berkelas Dunia

Ismail Rasyid. Foto: ist
Ismail Rasyid. Foto: Ist

Bila bicara dunia usaha berskala besar yang gaungnya hingga ke pentas internasional, maka PT Trans Contionent (Royal Group) ikut dibicarakan. Perusahaan tersebut didirikan oleh Ismail Rasyid, pria penuh energi kelahiran Matangkuli, Aceh Utara, pada Rabu, 3 Juli 1968. Di bawah bendera Royal Group, alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK) bernaung sejumlah perusahaan dengan rekam jejak mentereng.

Sebut saja PT Trans Continent yang menjadi merek utama usaha Ismail Rasyid. Kemudian PT Royal Indonesia, PT Royal Marine, PT Royal Andalas Energi, PT Equator Media Vaganza, PT Indo Asia Prima, Trans Continent Australia, Trans Continent Logistic Phillipines.

Secara bisnis, Trans Continent bergerak di lima benua, di 80 negara, dan di 200 kota. Di Indonesia, sesuai dengan data yang disajikan di dalam company profile Trans Continent memiliki 19 cabang, terdiri dari kantor pusat di Jakarta, yang menjadi pusat semua pengendalian utama bisnis Royal Group, hingga Pusat Logistik Berikat PLB) yang berada di Jakarta, Tangerang, Manado, Balikpapan, Sibolga, Surabaya, Medan, Kuala Tanjung, Banjarmasin, dan yang sedang dibangun di Beurandeh, Aceh Besar.

Sebagai pengusaha, Ismail Rasyid tentu tidak simsalabim menjadi salah satu pelaku bisnis dengan nama harum dan usaha mentereng. Semuanya dia rintis dari nol. Kepada Komparatif.id pada April 2022 dia mengatakan semua hal yang telah berhasil ia raih bersama tim kerjanya, diawali dari sebuah langkah berani yang ia tempuh kala menemukan sebuah perusahaan yang selama ini dia impikan bidang kerjanya.

Setelah lulus dari Universitas Syiah Kuala, Ismail Rasyid pulang kampung. Di sana dia disarankan melamar sebagai tenaga honorer sembari menunggu dibukanya penerimaan calon Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kala itu, Ismail hanya tertarik pada dua departemen yaitu Badan Perencanaan Daerah dan Badan Pusat Statistik. Tapi ketertarikannya itu hanya bersifat semu. Ismail ingin memiliki karir yang dapat mengantarkannya berkeliling dunia. Termasuk ingin pindah ke Australia.

Empat bulan di Aceh, dan berkeliling mencari pekerjaan ke berbagai indutsri besar kala itu, Ismal tidak beruntung. Dia ditolak dengan berbagai alasan. Setelah gagal mendapatkan pekerjaan di Aceh, dia benar-benar bertekad untuk merantau, bertarung dengan dunia luar yang sangat ketat. Kala itu dia sudah punya mimpi menjadi CEO perusahaan besar berskala internasional.

Setelah berpetualang ke sana kemari, termasuk merantau ke Singapura, pada 1994 Ismail Kembali ke Batam, sebuah pulau padat industri yang sempat ia singgahi Ketika hendak menuju Singapura.

Setelah tiba di Batam, Ismail mengikuti interview kerja pada sebuah perusahaan yang bergerak pada jasa bisnis pengangkutan antar negara. Perusahaan yang berupa cabang itu dipimpin oleh Letnan Kolonel Angkatan Udara bernama Ariwibowo. Kepadanya sang Letkol menawarkan gaji Rp150.000, sebuah angka yang tidak masuk akal mengingat tingginya biaya hidup di Batam. Tapi Ismail menerima tantangan itu, dengan komitmen bila dalam sebulan dia sukses, maka gajinya harus dinaikkan sesuai angka yang ideal. Bila gagal, dia akan keluar tanpa harus diminta. Komitmen itu disepakati.

Berkat ketekunan, Ismail Rasyid sukses melaksanakan tugas pada pengapalan pertama. Letkol Ariwibowo menaruh tabik padanya, dan dia pun dipromosikan dengan dibekali training khusus selama beberapa waktu.
Dari Batam, Ismail Rasyid kemudian mendapatkan berbagai posisi penting di berbagai perusahaan besar. Ia bekerja dengan berbagai ragam manusia antarbangsa, melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga dia menjadi professional yang diakui oleh kolega bisnis.

Tahun 2003 Ismail Rasyid mendirikan PT Trans Continent di kalimantan, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang multimoda transportasi: freight forwarding and logistic service, dengn mitra kerja bidang pertambangan, migas, erengi, serta perdagangan lokal dan antarnegara.

Setelah memiliki perusahaan sendiri, bukan berarti Ismail Rasyid dapat ongkang-ongkang kaki. Tanggung jawabnya jauh lebih besar. Dia harus bekerja keras membuat perencanaan bisnis, seperti menyusun strategi bisnis, mendesaian perencanaan, mengatur perencanaan keuangan, dan segala hal yang berkaitan dengan kelancaran bisnis yang akan dikerjakan oleh Trans Continent.

“Saya belajar semua hal mulai dari manajemen internal perusahaan, hingga manajemen pelabuhan. Tidak ada waktu berleha-leha. Setiap detik begitu penting, karena mitra bisnis tidak punya masa menunggu kita belajar. Mereka hanya mau bekerjasama dengan Trans Continent yang sudah dapat menjalankan bisnis tanpa kendala,” ujar Ismail Rasyid.

Berkat ketekunan dan nama baiknya di dunia bisnis internasional, Trans Continent melayani mitra bisnis dari berbagai negara mulai Indonesia, Malaysia, Thailand, China, Jepang, India, Australia, Amerika Serikat, Canada, Meksiko, Inggris, German, Italia, Swiss, Bergia, dan Afrika Selatan.

Ismail Rasyid mengatakan, agar setiap manusia dapat bertumbuh menjadi besar, ada dua hal utama yang harus dimiliki. Pertama: keahlian, kedua: integritas. Dua hal ini wajib dimiliki agar melahirkan jejaring (networking).

“tentu semua itu kita miliki tidak serta-merta. Butuh waktu, ketekunan, ujian yang tidak kecil. Kita harus ahli pada bidang yang menjadi aktivitas bisnis utama. Kemudian harus memiliki integritas, yang mencakup kejujuran, kepastian, keuletan, komitmen, dan lainnya. Setelah dua hal itu benar-benar melekat pada kita, maka jaringan akan datang dan bekerja sama dengan konsep saling menguntungkan,” ujar Ismail Rasyid.

Perihal testimoni tentang Ismail Rasyid, telah begitu banyak disampaikan oleh kolega bisnisnya.
Presiden The Globalink Network Bill Siemens—the worlds Premium Freight Forwarding Network—mengatakan Ismail Rasyid merupakan salah satu di antara manager dan CEO kelas dunia yang ia kagumi. Ismail sangat menonjol dan dari tahun ke tahun dapat menunjukkan dirinya bertumbuh semakin besar dengan bisnisnya.

“Ismail bukan hanya CEO hebat dan besar, tapi juga mitra di dalam group kami yang murah hati, senang membantu, dan memiliki kontribusi besar dalam group bisnis kami –The Globalink Network. Saya harus berterima kasih kepadanya, dan tentunya tetap menjaga persahabatan kami agar selalu teguh,” kata Bill Siemens.

Presiden USA/Canada untuk Perusahaan Canada Freighplus INC, Steve Townsend mengatakan dirinya telah bekerjasama dengan Ismail Rasyid selama 20 tahun. Pengusaha asal Matangkuli itu benar-benar menjunjung tinggi integritas dalam bekerja. Ismail pengusaha kaliber dunia yang friendly dan bertanggung jawab.

Kesaksian yang senada juga disampaikan oleh Director of Resource Equpment Indonesia David Tilbrook, Suplay Chain and Logistic Manager Agincourt Resource, PT (gold mine) Alam Mclare. Serta dari berbagai koleganya di dalam dan luar negeri.

Ingin Berkontribusi Membangun Aceh
Setelah berhasil membangun bisnis di berbagai kota di Indonesia dan luar negeri, Ismail Rasyid merasa sudah waktunya membangun kampung halamannya:Aceh. Negeri tempat ia dilahirkan telah begitu lama kalah dalam berbagai pertarungan ekonomi skala besar. Padahal Serambi Mekkah sangat kaya sumber daya alam, dan SDM-nya pun potensial.

Dalam sebuah pertemuan dengan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) sebelum Ramadhan 2022, Ismail mengatakan dirinya harus menjenguk kampung halaman. Membangun bisnis di Aceh. Itu sudah dilakukan sejak beberapa tahun ke belakang. Sebuah Pusat Logistik Berikat (PLB) sudah didirikan di Gampong Beurandeh, Aceh Besar, tidak jauh dari Pelabuhan Malahayati.

Ismail mengatakan dengan kapasitasnya saat ini, memungkinkan kolega bisnisnya turut serta membangun usaha di Aceh. Oleh karena itu dirinya harus terlebih dahulu membangun sesuatu untuk Aceh.

Dia juga mengatakan, keberadaannya di Aceh harus menjadi mata rantai yang memiliki hubungan saling menguntungkan dengan pusat-pusat ekonomi besar yang telah lebih dulu ada di Indonesia, salah satunya Sumatera Utara.

“Aceh sudah sangat aman. Tugas kita saat ini menjadikan Aceh nyaman bagi orang lain. Kenyamanan merupakan salah satu kunci agar pengusaha luar bersedia menanamkan modalnya di Aceh. Itu menjadi tugas kita semua, dan Trans Continent bersedia menjadi penghubung antara Aceh dengan dunia luar, tentunya sesuai dengan kapasitas yang kami miliki,” kata Ismail Rasyid.

Artikel SebelumnyaSulaiman Bakri Imbau Kepsek dan Guru Gunakan Medsos Secara Positif
Artikel SelanjutnyaDPW PNA Bireuen Ajukan Gugatan Pembekuan ke Mahkamah Partai
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here