Prabowo ke Pakistan Membahas Isu Iklim: Ini persis seperti demo berujung rusuh Agustus lalu. Untuk dia, soal-soal Internasional itu paling penting. Dalam Imajinasinya, Indonesia negara besar yang dihormati negara besar lain. Dan dia berdiri di antara para raksasa itu – Xi Jinping, Trump, Putin, Kim Jong Un.
Apa sumbangan Indonesia di sana? Tidak terlalu jelas. Yang jelas, Indonesia dapat pengakuan sebagai negara besar. Pengakuan saja sudah cukup bukan?
Di dalam negeri rakyat keleleran? Ah ada menteri-menteri yang kerja. Tapi para menteri itu tidak becus. Mereka menunggu perintah komandannya yaitu Bapak Presiden. Mereka selain nggak becus juga takut salah.
Ah itu kan cara berpikir orang-orang pintar yang kerjanya mengkritik pemerintah. Laporan yang masuk ke meja presiden, semua menteri bekerja dengan baik. Semua baik-baik saja. Angka-angka statistik juga baik. Rakyat di daerah bencana hidupnya makin membaik. Mungkin sudah makan tiga kali sehari.
Indonesia negara yang besar! Negara yang dihormati negara-negara lain!
Baca juga: Kain Kafan untuk Aceh dan Sumatra
Saya nggak tahu untuk apa bicara iklim? Presiden sendiri dalam pidatonya kemarin mengatakan Indonesia diberkahi sawit. Karena dengan begitu kita tidak perlu impor BBM. Itu diucapkan pada ulang tahun Partai Golkar, mantan partainya, yang dia keluar karena kalah dalam pemilihan Ketua Umum dulu.
Tidakkah Anda melihat adanya ketidaksambungan disini? Di satu sisi, Indonesia mengalami deforestasi yang mengakibatkan banjir dan longsor di tiga provinsi di Sumatra. Di sisi yang lain, Presiden Anda mengatakan bahwa Sawit adalah berkah!
Dan, sekarang dia pergi menghadiri pertemuan tentang iklim! Karena sawit adalah pohon yang berdaun dan menyerap CO2 dan mengeluarkan O2? Bagaimana menjustifikasi kehilangan hutan dan keanekaragaman hayati dengan Sawit sebagai berkah? Bagaimana menjustifikasi penderitaan yang bahkan sedang dialami rakyatnya di Sumatra dengan pergi ke pertemuan tentang iklim yang dirusak oleh industri sawit yang sangat dicintainya?
Saya terus terang tidak mengerti. Seperti Anda, saya dikarunia pikiran untuk mencerna dan memahami peristiwa. Tidak usah terlalu pintar untuk mengerti kontradiksi ini —yang karena hanya berupa ucapan bisa jadi kebohongan dan kemunafikan.












