IKA UNDIP Aceh Bangun Stasiun Air Minum Keliling Untuk Korban Banjir

IKA UNDIP Aceh Bangun Stasiun Air Minum Keliling Untuk Korban Banjir
IKA UNDIP Aceh bangun stasiun penyulang air minum untuk kebutuhan korban banjir di Aceh. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Ikatan Alumni Universitas Diponegoro Aceh (IKA UNDIP Aceh) menurunkan tim relawan untuk membantu penanganan bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Aceh

Tim IKA UNDIP Aceh dipimpin oleh Dr. dr. Budi Laksono bersama Ketua IKA UNDIP Aceh, Prof. Dr. dr. Rajuddin, SpOG(K), Subsp.FER, serta didampingi anggota DPRA, Yahdi Hasan.

Mereka tiba di Posko Komando Tanggap Darurat Banjir dan Longsor di Kantor Gubernur Aceh, Selasa (10/12/2025). Kehadiran rombongan difasilitasi oleh Juru Bicara Pos Komando Tanggap Darurat, Murthalamuddin, dan disambut langsung oleh Sekretaris Daerah Aceh, Muhammad Nasir.

Prof. Rajuddin menjelaskan fokus utama tim relawan IKA UNDIP Aceh adalah penyediaan air bersih bagi masyarakat yang terdampak banjir. Bantuan ini dihimpun dari para alumni Universitas Diponegoro dan diwujudkan melalui pembuatan alat stasiun air minum keliling atau STARLING berbasis bahan lokal.

Pengerjaannya dilakukan oleh tenaga lokal yang sudah mengikuti pelatihan teknis bersama Dr. Budi Laksono.

Baca juga: Krisis Air Bersih, Pengungsi Meunasah Pulo Mulai Alami Penyakit Kulit

Menurut Prof. Rajuddin, satu unit STARLING membutuhkan biaya sekitar Rp10 juta, angka yang meningkat karena naiknya harga bahan baku di Banda Aceh.

Meski demikian, alat tersebut tetap dirancang agar terjangkau dan mampu menjangkau wilayah-wilayah terdampak. Ia menjelaskan STARLING berfungsi sebagai penyuling air bersih yang dapat dioperasikan secara bergerak untuk memenuhi kebutuhan air minum korban banjir maupun para pengungsi.

Selain penyediaan air bersih, IKA UNDIP Aceh juga menyiapkan program pembangunan rumah cepat bagi warga yang kehilangan tempat tinggal. Rumah ini dikenal dengan konsep “Rumah Y 20,” yang dapat dirakit dalam waktu sekitar 20 menit dan dibongkar dalam waktu sekitar 10 menit.

Biaya pembangunannya diperkirakan mencapai Rp8–10 juta. Rumah tersebut memiliki keunggulan karena dapat dibongkar-pindah sesuai kebutuhan dan dilipat untuk digunakan kembali.

Konsep rumah ini pernah diterapkan saat tsunami 2004 di kawasan Leupung, Aceh Besar.

Di bidang kesehatan, IKA UNDIP Aceh bekerja sama dengan IKA MEDICA UNDIP dengan mengirim tiga dokter beserta obat-obatan ke Kota Langsa untuk membantu tim medis di RSUD Langsa.

Prof. Rajuddin menyampaikan pihaknya masih terus membuka penggalangan donasi untuk mendukung seluruh kegiatan kemanusiaan, termasuk di sektor air bersih, hunian darurat, dan layanan medis.

Ia mengajak para alumni serta masyarakat untuk bergotong royong membantu korban banjir yang saat ini masih membutuhkan perhatian.

Artikel SebelumnyaHIMAPET USK Sukses Gelar NASTEC 2025, Sabet 7 Gelar Juara
Artikel SelanjutnyaTolong Selamatkan Rakyat Aceh!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here