Harga Pinang Aceh Hancur-hancuran

Harga pinang
Di Aceh, harga pinang kering yang dibeli dari petani Rp2.500 sampai Rp5000 per kilogram. Kondisi ini secara berangsur mulai April 2023. Foto: Okezone.com.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Petani pinang di Aceh menjerit. Harga pinang belah dan bulir kering saat ini dibeli Rp2.500 sampai 5.000 oleh penampung. Tingginya import tax India disebut sebagai pemicu utama jatuhnya harga pinang di tingkat petani di Serambi Mekkah.

Isnawati (48) warga Bireuen, Rabu (14/6/2023) mengatakan kehilangan selera mengupas pinang di kebunnya, karena harga jual per kilogram hanya Rp3.000. Bila dikalkulasikan dengan tenaga dan waktu yang dihabiskan, ia mengalami defisit parah. Harga komoditas bulir arecha cathecu tersebut lebih murah air mineral kemasan 600 ml.

Isnawati mengatakan dalam 30 kilogram bulir pinang kering [jenis pinang belah] yang ia jual ke penampung, dirinya hanya mendapatkan uang Rp90.000. rata-rata setiap kilogram pinang siap jual membutuhkan lima hari, dari petik, belah, jemur, kupas jemur lagi, dan jual ke penampung.

Baca: Roza Sahputra, Anak Muda Aceh di Panggung Bisnis Regional

Ia mengatakan harga pinang saat ini membuat amarah meningkat. “Naik darah kalau mengingat harganya. 30 kilogram pinang kita jual, uangnya tak cukup beli beras 1 zak 15 kilogram,” sebutnya.

Sejumlah agen penampung yang dihubungi Komparatif.ID, Jumat (16/6/2023) mengatakan per hari ini ada yang dibeli Rp2.500 per kilogram. Barang mereka digudang menumpuk. Sedangkan di tingkat buyer besar harga pinang Rp8.000. sedangkan rata-rata pinang yang ada digudang sebelumnya dibeli dari petani Rp12-18 ribu per kilogram.

“Mati akal kita, Pak. Benar-benar buntu,” sebut seorang agen pengepul pinang.

Darwina, seorang buyer hasil pertanian menyebutkan para pedagang besar kini ada yang beralih membeli pinang di Sulawesi. Karena harga pinang di Aceh tidak sesuai dengan yang mereka tetapkan.

Darwina juga menyampaikan, pembeli besar saat ini membeli dari pengumpul besar Rp7.000 per kilogram.

Eksportir komoditas Aceh ke luar negeri, Usuluddin, kepada Komparatif.ID mengatakan anjloknya harga pinang sudah dimulai pada April 2023. Dari harga tertinggi Rp22 ribu per kilogram, anjlok menjadi Rp4 ribu sampai Rp5 ribu per kilogram.

Usuluddin mengatakan trenyuh melihat nasib petani pinang. Meski panen mereka banyak tapi tak menguntungkan.

Anjloknya harga pinang disebabkan oleh beberapa sebab. Pertama, pemberlakuan pajak impor 108% oleh Pemerintah India (sebelumnya tertulis 120%-red), membuat pembeli kelabakan. Secara pasar, pembeli pinang terbesar dari India.

Kedua, kenaikan shipping cost yang diakibatkan oleh naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Selain itu juga pengangkutan kapal laut sangat tergantung pada container dari Cina. Efek lainnya yang masih berkaitan dengan pelabuhan, yaitu naiknya upah pekerja Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL).

Ketiga, naiknya nilai tukar dollar Amerika Serikat.

“Semua beban yang timbul itu ditanggung oleh pembeli. Mulai dari pajak yang sangat tinggi, hingga naiknya ongkos pengiriman yang dikelola oleh perusahaan ekspedisi.

Berbeda dengan Malaysia, Indonesia tidak punya perjanjian perdagangan dengan Pemerintah India. Akibatnya, Pemerintah Indonesia hanya dapat melihat saja penderitaan petani. Sedangkan Pemerintah Kerajaan Malaysia dan India memiliki perjanjian kerja sama perdagangan sehingga pajak yang dikenakan untuk komoditas asal Malaysia lebih rendah.

Usuluddin mengatakan, ada jalan yang dapat ditempuh oleh pengusaha Aceh. yaitu membangun hubungan dengan Malaysia. Pinang Aceh dijual ke India melalui Malaysia. Meski mengalami dua kali angkut, tapi lebih memungkinkan, ketimbang sama sekali tak menguntungkan petani seperti saat ini.

Catatan redaksi: Berita ini telah mengalami koreksi di bagian pajak impor  India.

Artikel SebelumnyaRoza Sahputra, Anak Muda Aceh di Panggung Bisnis Regional
Artikel Selanjutnya83 Ribu KK Petani Pinang di Aceh Terancam
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here