Beberapa adinda saya memutuskan terjun dalam dunia politik. Berbekal pengalaman di organisasi internal dan eksternal kampus, mereka siap menjemput takdir. Tentu tidak mudah menghadapi para senior yang telah berpengalaman. Lalu bagaimana peluang anak muda dalam pileg 2024? Saya coba prediksi.
Secara nasional kita kenal PSI, partai yang dianggap representatif anak muda. Mereka menyuarakan diri sebagai partai anak muda yang sudah bosan dengan praktik KKN. Hasil pileg 2019 PSI, ternyata tak sesuai dengan harapan. Mereka masih masuk kategori partai gurem.
Realitas itu memberi kita pelajaran penting. Budaya politik kita belum siap dengan perubahan. Kita masih percaya pada ketokohan seseorang. Dan PSI tidak memiliki itu. Akibatnya, PSI dapat dianggap gagal dalam pileg 2019. Lalu bagaimana dengan Aceh?
Pemilih di Aceh memiliki keunikan tersendiri. Misalnya dalam pilpres, Jokowi kalah di Aceh namun menang secara nasional. Keunikan itu bermakna hasil PSI dalam pileg 2019 tidaklah dapat dijadikan barometer. Itu artinya anak muda di Aceh punya peluang dan harapan menang dalam pileg mendatang.
Seorang adinda, Wanhar Lingga misalnya. Selesai kuliah langsung membangun kampungnya. Melalui gerakan pariwisata dan literasi, ia perkenalkan objek wisata di Aceh Singkil.
Di Aceh Timur ada Muammar, calon magister ilmu politik dari UNAS Jakarta. Dalam pemilu mendatang (2024) ia berencana ikut dalam kenduri politik sebagai peserta. Keduanya masih muda dan belum pernah bertarung dalam pileg sebelumnya.
Keduanya memilih partai nasional ketimbang partai lokal. Tentu mereka punya alasan tersendiri, bisa salah dan kemungkinan benar. Apapun alasan mereka, pilihan sudah ditetapkan. Dan mereka harus bertarung dengan para senior.
Baca juga: Achmad Marzuki Jangan Ragu Pilih Dirut Bank Aceh
Dalam debut perdana memang tidak pernah mudah. Ada realitas politik yang selama ini hanya mereka dengar dan baca. Sama halnya dengan sarjana yang selama ini hanya berkutat pada tataran teori. Ketika terjun langsung akan menghadapi kendala-kendala yang terkadang tidak ditemukan dalam proses belajar di kampus.
Realitas politik itu nantinya ujian sekaligus pelajaran. Ujian integritas mereka sebagai manusia yang belum terkontaminasi politik kotor. Ujian yang menghasilkan kualifikasi seseorang ketika berhadapan dengan problema dan keinginan. Apakah akan menggunakan cara yang sama dengan senior atau ada inovasi.
Pelajaran itu nantinya akan memberi mereka pandangan baru. Politik itu tidak sesederhana media sosial, tidak pula serumit catur atau matematika. Bahkan seorang doktor ilmu politik sekalipun bakal tercengang ketika berada di lapangan, terutama di Aceh.
Namun harapan selalu ada. Dan itu dinantikan rakyat Aceh yang ingin perubahan. Anak-anak muda Aceh yang ingin terjun politik harus didukung. Politik bukan hanya perkara siapa dapat apa namun siapa melakukan apa dan bagaimana.
Berbekal idealisme dan konsistensi, anak muda di Aceh dapat melakukan dobrakan. Sebuah gerakan yang dapat memurnikan air hingga layak diminum tanpa dimasak. Beberapa negara sudah dapat meminum langsung air dari keran. Mereka mampu mengolah air hingga layak diminum, benar politik kita sudah kotor namun bisa dan sangat mungkin jernih kembali.
Usaha menjernihkan politik memang bukan perkara mudah, hanya saja bukan mustahil. Terutama di Aceh yang rakyatnya sangat menghormati agama dan adat. Potensi inilah yang dapat mengembalikan politik di Aceh menjadi teladan bagi perpolitikan nasional.
Keran politik di Aceh harus bersih sehingga airnya yang mengalir bersih. Partai politik harus bersih sehingga caleg yang diberikan kepada masyarakat benar-benar mampu menyerap aspirasi. Banyak kita temukan sebaliknya, caleg bersih menjadi kotor ketika sudah terpilih. Sebabnya, budaya kotor di partai politik.
Anak muda yang berkompetisi dalam pileg harus diberi ruang lebih. Harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan, bagaimanapun juga, iklim demokrasi harus dimulai dari partai politik. Jika tidak, perubahan hanya pepesan kosong, hanya pencitraan lima tahunan.
Saya percaya, masih banyak tokoh politik yang ingin memakmurkan rakyat melalui politik. Melalui pengambilan kebijakan yang pro rakyat. Karena hanya politik yang punya wewenang melakukan itu. Tentu saja berharap tidak salah, sebatas harapan itu logis dan realistis. Selamat bertarung anak muda, jangan zalimi diri sendiri.