Gus Mus Sebut SIRA Punya Sejarah Besar

Mustafa A. Geulanggang atau yang sering disapa Gus Mus, menyebutkan Partai SIRA punya sejarah besar. Foto: dok. MJ.
Mustafa A. Geulanggang atau yang sering disapa Gus Mus, menyebutkan Partai SIRA punya sejarah besar. Foto: dok. MJ.

Komparatif.ID, Bireuen—Gus Mus—sapaan akrab Mustafa A. Geulanggang, Jumat (24/6/2022) menghadiri reuni dan silaturahmi Partai SIRA Bireuen, yang diselenggarakan di Hotel Graha Buana. Selain Gus Mus, ikut hadir Wakil Gubernur Aceh-2007-2012 Teungku Muhammad Nazar, S.Ag.

Kehadiran Gus Mus yang juga Bupati Bireuen 2002-2007, disambut hangat oleh Pengurus Partai SIRA Kabupaten Bireuen.

Kepada Komparatif.id, Mustafa mengatakan Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) dan Partai SIRA merupakan satu kesatuan, sehingga tidak dapat dipisahkan. SIRA yang didirikan sebagai buffer aksi mahasiswa dan pemuda Aceh dalam memperjuangkan referendum Aceh, setelah perdamaian berubah menjadi Partai Suara Independen Rakyat Aceh, disingkat SIRA.

SIRA yang didirikan pada Kongres Mahasiswa dan Pemuda Aceh Serantau (KOMPAS) 31 Januari hingga 4 Februari 1999, memiliki banyak peran dalam mewujudkan perjuangan semesta rakyat Aceh yang dimotori oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM). SIRA yang merupakan organ perjuangan sipil, memberikan kontribusi mulai pikiran dan aksi-aksi politik, hingga konflik Aceh diselesaikan di meja perundingan di Helsinki, Finlandia.

“SIRA merupakan organisasi mahasiswa dan pemuda Aceh yang sangat besar kala itu. Tokoh-tokoh mahasiswa dan pemuda berhimpun di dalamnya demi perjuangan Aceh. Termasuk mencetuskan Sidang Umum Masyarakat Pejuang Referendum (SU-MPR) Aceh di Masjid Raya Baiturrahman, 8 November 1999. Gerakan SU MPR itu menyebabkan Presiden RI Kyai H. Abdurahman Wahid yang sedang berada di Kamboja, memberikan lampu hijau. Meskipun demikian, referendum itu tidak pernah digelar,” kata Gus Mus mengenang perjuangan SIRA di masa lalu.

Lebih lanjut dia mengatakan, “setelah terwujudnya perdamaian antara GAM dan RI pada 15 Agustus 2005 yang dikenal dengan MoU Helsinki, Finlandia, SIRA bermetamorfosis menjadi partai politik, dengan Ketua Umum M.Taufiq Abda.”

Sayangnya Partai SIRA gagal mekar di tengah kemeriahan perdamaian yang kemudian menjadikan Partai Aceh (PA) sebagai partai lokal dengan basis pendukung paling besar di Aceh, bahkan menggerus dominasi Partai Golkar dan PPP.

“Dari dulu saya mendukung SIRA. Ketika KOMPAS digelar, sebagai Ketua GP Ansor Aceh sayajuga mengirim utusan ke kongres tersebut,” kata Gus Mus.

Makanya ketika diundang menghadiri reuni dan silaturahmi Partai SIRA Bireuen, Gus Mus segera menyambut dengan tangan terbuka. Dia diminta memberikan motivasi.

Lebih lanjut dia mengatakan, SIRA memiliki kader yang hebat di berbagai organisasi sipil, hingga ke pemerintahan. Semoga mereka yang besar berkat organisasi itu, juga memperhatikan partai tersebut.

Terkait beredarnya kabar bila dirinya bergabung sebagai anggota Partai SIRA, Gus Mus mengatakan, sebagai kader atau pengurus, ia belum mendaftar. Tapi dirinya memiliki simpati terhadap SIRA sebagai partai lokal yang memiliki masa lalu yang gemilang dalam perjuangan terwujudnya otonomi khusus dan perdamaian.

Artikel SebelumnyaDisrupsi dan SDA untuk Kita yang Hidup
Artikel SelanjutnyaAceh Besar Juara Umum MTQ ke-35, Bireuen Peringkat 18
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here