
Komparatif.ID, Kathmandu—Pemerintah Nepal lumpuh setelah gelombang protes yang dimulai di medsos pada Jumat (5/9/2025) oleh Gen Z Nepal, menjadi kerusuhan pada Senin (8/9/2025). Presiden Nepal Ram Chandra Poudel dan Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli, terpaksa mengundurkan diri.
Telah lama rakyat Nepal kesal kepada perilaku Pemerintah Nepal yang korup. Pemerintah tidak peduli terhadap rakyat. 1 dari 5 penduduk Nepal hidup dalam kemiskinan akut. Dengan total penduduk 30 juta jiwa, lebih dari 20 persen di antaranya kesulitan memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.
Menurut laporan Bank Dunia, hanya 10 persen penduduk Nepal yang kaya. Kekayaan mereka sangat dominan. Penghasilan mereka tiga kali lipat lebih tinggi dari 40 persen penduduk miskin di sana.
Baca: Generasi Z Nepal Bakar Kantor Presiden
Masih menurut World Bank, dari tahun 2022-2023, tingkat pengangguran usia 15-24 tahun mencapai 22 persen. Banyak di antara mereka telah menamatkan pendidikan, tapi tetap saja kesulitan mendapatkan pekerjaan. Karena kesulitan lapangan kerja, anak muda di Nepal hanya dapat menunjukkan kreativitasnya sekitar 18 persen saja. Sungguh ironis.
Di sisi lain, pejabat hidup mewah. Politisi hidup mewah. Penegak hukum hidup mewah. Birokrat hidup mewah. Keluarga mereka hidup mewah. Mereka semua flexing di media sosial.
Sudahlah kaya dari korupsi, petantang-petenteng di media sosial. Seolah-olah kekayaan itu didapatkan dari kerja keras. Di sisi lain, sekeras apa pun bekerja, rakyat kecil tak memiliki peluang kaya di Nepal.
Semua sektor di Nepal telah dikooptasi para koruptor. Mulai dari pemerintahan hingga peradilan, kepolisian, layanan kesehatan, dan pendidikan. Menurut Indeks Persepsi Korupsi tahun 2024 yang diterbitkan Transperancy International, dari 180 negara yang masuk indeks, Nepal berada di peringkat 100, dengan skor 34.
Gerakan protes Gen Z Nepal dimulai di internet. Tagar #nepokids menjadi trending di media sosial yang beroperasi di Nepal. #nepokids mengunggah foto dan video gaya hidup mewah anak-anak elit politik di negara yang sebagian besar anak mudanya kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Tidak ada yang dapat memastikan apakah semua gambar dan video tersebut benar, ataukah bercampur dengan hoaks? Tagar #nepokids telah meluas dan menarik minat yang semakin ramai.
Menjawab tagar #nepokids, Pemerintah Nepal pada pekan lalu melarang 26 platform media sosial, termasuk WhatsApp, Facebook, Instagram, dan WeChat. Pemerintah melarang beroperasinya medsos-medsos itu setelah tenggat waktu bagi perusahaan-perusahaan tersebut untuk memenuhi persyaratan baru untuk mendaftar ke pemerintah telah berakhir.
Inilah momentum. Entah siapa yang memberi komando, atas kekhawatiran pemerintah akan semakin otoriter, Gen Z Nepal turun ke jalan. Mereka menggelar protes. Menurut Gen Z Nepal, tindakan melarang media sosial akan merusak kebebasan berbicara 30 juta penduduk, merugikan pariwisata, industri yang menjadikan media sosial sebagai wahana menjangkau wisatawan.
Pemblokiran media sosial juga memutus hubungan sekitar dua juta pekerja Nepal di luar negeri dengan keluarga mereka. Perekonomian Nepal sangat bergantung pada kiriman uang dari para pekerja ini.
Massa marah kepada pemerintah. Kerusuhan meningkat dengan cepat. Protes dimulai pada hari Senin (8/9/2025) di Kathmandu dan wilayah lain di negara itu dan meluas dengan cepat. Di ibu kota, para pengunjuk rasa menuduh polisi menembaki kerumunan demonstran muda yang sedang menuju kompleks Parlemen dan memblokir jalan raya.
Setelah seharian bentrokan mematikan, pemerintah mencabut larangan media sosial pada hari Selasa, 9 September 2025, tetapi tidak banyak membantu meredakan kerusuhan.
Di dunia maya, para demonstran Generasi Z secara tegas saling mendesak untuk tetap damai. Namun, beberapa orang di jalanan menyebabkan kekacauan ketika mereka menyerbu barikade, menjarah bisnis, dan membakar kantor-kantor pemerintah, Mahkamah Agung, dan rumah-rumah politisi. Mereka membakar Singha Durbar, pusat pemerintahan Nepal, dan merusak bandara serta hotel. Pada hari Selasa, perdana menteri dan empat menteri lainnya telah mengundurkan diri.
Konglomerat media terbesar di Nepal menangguhkan dua publikasi digitalnya, termasuk The Kathmandu Post, setelah para pengunjuk rasa membakar kantornya. Beberapa jurnalis mengatakan mereka telah menjadi sasaran para pengunjuk rasa.
Kekacauan politik telah melanda Nepal, Otoritas keamanan memberlakukan jam malam nasional pada hari Rabu, 11 September 2025. Pasukan berpatroli di ibu kota, Kathmandu.
Para pemimpin de facto gerakan protes bertemu dengan para pejabat militer dan mengatakan mereka mendukung mantan ketua Mahkamah Agung Nepal untuk memimpin pemerintahan sementara. Namun, langkah selanjutnya dalam pembentukan pemerintahan masih belum jelas karena negara itu mulai membangun kembali setelah dua hari kerusuhan, dan kelompok-kelompok warga yang tampaknya terorganisir sendiri mulai membersihkan puing-puing.
Setidaknya 30 orang telah dipastikan tewas, 19 di antaranya oleh pasukan keamanan yang menanggapi demonstrasi antipemerintah massal pada hari Senin. Dipimpin oleh remaja dan dewasa muda, ini adalah protes paling luas di Nepal sejak menjadi republik demokratis pada tahun 2008.
Siapakah Gen Z Nepal yang Unjuk Rasa?
Para demonstran Gen Z Nepal tidak memiliki pemimpin tunggal. Mereka menggambarkan diri mereka sebagai suara Gen Z Nepal yang marah atas korupsi, pengangguran, dan ketidaksetaraan.
Akankah gerakan protes Gen Z Nepal akan mengubah keadaan negara itu? Waktu yang akan menjawab. Saat ini pemerintah telah lumpuh, dan pemimpin transisi sedang dinegosiasikan.
Sumber: Transparency International, World Bank, New York Times.