Gagal Promosi, Persiraja Surati Komite Wasit & Komdis PSSI

Gagal Promosi, Persiraja Surati Komite Wasit & Komdis PSSI Persiraja Banda Aceh dipastikan gagal mendapatkan tiket promosi ke Liga 1 usai dikalahkan PSPS Pekanbaru pada laga babak 8 besar Pegadaian Liga 2 di di Stadion Kaharuddin Nasution, Pekanbaru, Selasa (11/2/2025). Meski Liga 2 telah usai bagi Laskar Rencong, Persiraja Banda Aceh tetap mengajukan protes kepada PSSI terkait dugaan kecurangan yang dilakukan perangkat pertandingan saat menghadapi PSPS Pekanbaru.
Pemain Persiraja Banda Aceh melayangkan protes ke wasit pada pertandingan menghadapi PSPS Pekanbaru, Selasa (11/2/2025). Foto: MO.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Persiraja Banda Aceh dipastikan gagal mendapatkan tiket promosi ke Liga 1 usai dikalahkan PSPS Pekanbaru pada laga babak 8 besar Pegadaian Liga 2 di di Stadion Kaharuddin Nasution, Pekanbaru, Selasa (11/2/2025).

Kekalahan tersebut membuat Laskar Rencong tidak berdaya dan tidak mampu mengejar koleksi poin PSIM Jogja dan PSPS di klasmen grup X.

Meski Liga 2 telah usai bagi Laskar Rencong, Persiraja Banda Aceh tetap mengajukan protes kepada PSSI terkait dugaan kecurangan yang dilakukan perangkat pertandingan saat menghadapi PSPS Pekanbaru.

Klub asal Banda Aceh itu menilai keputusan wasit dalam pertandingan yang berakhir dengan kemenangan 1-0 untuk PSPS Pekanbaru sangat merugikan.

Pertandingan yang dipimpin wasit tengah Amri Nurhadi dengan didampingi Asisten Wasit 1 Sukirman, Asisten Wasit 2 Erys Nursansandy, serta wasit tunggu Fibay Rahmatullah diduga dipenuhi berbagai indikasi kecurangan.

Manager Persiraja Ridha Mafdhul alias Gidong mengungkapkan adanya beberapa keputusan kontroversial yang mengindikasikan keberpihakan wasit kepada tim tuan rumah, termasuk empat insiden penting yang seharusnya berbuah penalti untuk tim Laskar Rencong.

Baca juga: Persiraja (Kembali) Dipecundangi PSPS, Mimpi Liga 1 Sirna

Insiden pertama terjadi pada menit ke-17 ketika Ramadhan Madon, dijatuhkan dengan keras di dalam kotak penalti oleh pemain PSPS Pekanbaru, tetapi wasit tidak memberikan hukuman apa pun.

Kejadian serupa kembali terjadi pada menit ke-22 saat Deri Corfe dilanggar di area terlarang, namun wasit tetap tidak menunjuk titik putih.

Kontroversi berlanjut pada menit ke-56 ketika Asisten Wasit 1 mengangkat bendera offside terhadap Deri Corfe yang jelas-jelas berada dalam posisi onside saat menerima umpan dari lini belakang.

Puncaknya terjadi pada menit ke-82 ketika kiper PSPS melanggar Vivi Asrizal di dalam kotak penalti, tetapi wasit tetap tidak memberikan penalti bagi Persiraja.

Tidak hanya itu, Persiraja juga menyoroti berbagai keputusan lain yang dinilai berat sebelah, termasuk tindakan tambahan dari pemain PSPS Pekanbaru seperti Lerby yang luput dari hukuman wasit.

Situasi ini, menurut Gidong, semakin memperkuat dugaan pertandingan tersebut telah diatur sedemikian rupa untuk menguntungkan PSPS Pekanbaru dan menjegal langkah Persiraja di Liga 2.

Gidong mengatakan atas arahan Presiden Klub, Nazaruddin Dek Gam telah melayangkan surat protes resmi kepada PSSI, Komite Disiplin PSSI, dan Komite Wasit PSSI.

Surat tersebut berisi tuntutan agar PSSI segera mengusut tuntas dugaan kecurangan ini dengan mengacu pada bukti dan fakta yang terjadi di lapangan.

Gidong menegaskan insiden ini bukan sekadar human error, melainkan diduga sebagai bagian dari skenario besar yang sengaja dirancang untuk menjegal Persiraja dan memenangkan PSPS Pekanbaru dengan cara yang tidak sportif.

“Hal ini bukanlah dikarenakan Human Error, akan tetapi patut diduga ini merupakan skenario besar untuk mengalahkan Persiraja dan memenangkan PSPS Pekanbaru,” kata Gidong, Jumat (14/2/2025).

Menurutnya, kejadian ini tidak bisa dianggap sebagai kesalahan individu semata, melainkan sebagai upaya terstruktur untuk memenangkan satu tim dengan cara-cara yang mencederai sportivitas.

Bahkan, ia mengungkap adanya indikasi suap dan pemerasan yang patut diselidiki lebih lanjut. Karena itu, Persiraja menuntut Komite Wasit PSSI untuk menindak tegas seluruh perangkat pertandingan yang terlibat dan memberikan hukuman berat, termasuk sanksi pidana jika terbukti bersalah.

“Keadilan harus ditegakkan bagi Persiraja dan sepak bola Indonesia. Bagi perangkat pertandingan yang sudah berlaku curang dan merusak sepak bola Indonesia agar dapat dihukum seberat-beratnya, untuk memberikan efek jera termasuk hukuman pidana,” pungkas Gidong.

Artikel SebelumnyaTruk Pupuk Berisi 1,5 Juta Batang Rokok Ilegal Diamankan
Artikel SelanjutnyaMuhammad Iswanto, Pengabdian dan Ketenangan Sikap

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here