Film Dokumenter Petrus, Mengungkap Sisi Gelap Operasi Clurit

Film

Poster film dokumenter petrus
Poster Film Dokumenter Petrus karya Tri Sasongko Hutomo. Foto: KlikFilm.

Film dokumenter Petrus akhirnya segera dapat Anda nikmati melalui KlikFilm mulai 8 Desember 2024. Film dokumenter Petrus mengangkat cerita kelam tentang Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK) yang pertama dimulai di Yogyakarta pada 1981.

Kisah penembakan misterius alias petrus telah sekian dekade menyelimuti sisi gelap bangsa Indonesia. Penembakan misterius merupakan operasi penanggulangan kejahatan tingkat tinggi dengan cara penangkapan dan pemb*n*han terhadap orang yang dinilai mengganggu keamanan dan ketertiban. Operasi ini khususnya berlangsung di Jakarta dan Jawa Tengah, termasuk Yogyakarta.

Baca: 4 Desember; Datang dan Lalu

Menurut catatan yang diulas Tempo, pada tahun 1983, tercatat 532 orang tewas, dengan 367 di antaranya akibat luka tembak. Tahun berikutnya, 107 orang tewas, termasuk 15 karena tembakan. Pada 1985, korban tewas mencapai 74 orang, 28 di antaranya karena ditembak.

Operasi penangkapan dan “penyekolahan” para bandit tersebut diberi sandi Operasi Clurit.

Kisah-kisah kelam nan tragis itu, coba diangkat ke layar film oleh Edy Prass selaku produser.

Dalam konferensi pers di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Senin, 2 Desember 2024, Edy Prass mengatakan sinema karya KlikFilm Production ini menangkap cerita kontroversial dan penuh emosi tentang serangkaian penembakan misterius terhadap preman yang dilakukan oleh pemerintah pada era 1980-an.

Dengan mengupas sisi gelap dari sejarah tersebut, Petrus bertujuan untuk membuka diskusi luas mengenai kebijakan yang pernah diterapkan serta dampaknya terhadap masyarakat.

Film dokumenter Petrus disutradarai oleh Tri Sasongko Hutomo, dibuat berdasarkan kesaksian orang-orang yang mengalami langsung kejadian tersebut. Salah seorang dia antaranya Pak Yudho.

Seperti apa film dokumenter Petrus dapat membingkai peristiwa Operasi Clurit, dan disajikan kepada penonton. Anda patut menantikannya. Sebuah peristiwa penuh luka dan tragedi diangkat sebagai tontonan, tentu menghadirkan pro dan kontra. Tapi film tetaplah sebuah wahana pendidikan, pengingat, dan membingkai sejarah.

Mari menonton pada 8 Desember 2024.

Artikel SebelumnyaKonflik Rusia-Ukraina, Proses Kelahiran Peradaban Baru
Artikel SelanjutnyaMuslim Ayub Dorong Perpanjangan Dana Otsus Lewat Revisi UUPA
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here