Ekonomi Islam Tidak Maju Bila Hanya Jualan Parfum dan Habbatussauda

pembangunan ekonomi Islam
Ustad Ahmad Sarwat. Foto: Sindo.

Ekonomi Islam tidak mungkin akan besar bila hanya jualan parfum dan habbatussauda. Ekonomi Islam maju di masa lampau, karena penguasaan terhadap industri besar di masanya. 

Komparatif.ID, Jakarta—Tidak ada lagi orang Islam yang kaya raya seperti Elon Musk, Jeff Bezos,Mark Zuckerberg, Bernard Arnault, Larry Ellison, Warren Buffett, Larry Page, Bill Gates, dan lai-lain. Mengapa orang Islam tidak ada yang kaya raya seperti mereka? karena ekonomi Islam telah terpuruk sangat dalam.

Ustad Ahmad Sarwat dalam Paodcast Helmy Yahya Bicara, edisi 22 Maret 2025, menjelaskan banyak penyebab mengapa orang Islam—masa kini- tidak ada yang kaya raya. Secara global, penyebab utamanya karena negeri-negeri Islam setelah runtuhnya imperium besar Islam—terakhir Ustmaniyah—merupakan negeri yang dijajah oleh Barat.

Baca: Mendagri Malaysia Minta ABF Masuki Industri Halal

Tatkala dijajah, tidak ada anak negeri yang bisa bertumbuh. Bangsa yang dijajah berada pada putaran bawah. Ekonomi Islam tidak tumbuh di bawah penjajahan.

Lalu, bagaimana supaya bisa menjadi negara makmur dan orang Islam menjadi kaya raya dan berpengaruh di dunia?

Ustad Ahmad Sarwat yang merupakan pendakwah kelahiran Kairo pada tahun 1969 menceritakan politik dan ekonomi pra dan setelah Islam datang di Jazirah Arab.

Di era Jahiliyah, Tuhan diperdagangkan. Di balik pemujaan terhadap berhala-berhala di Kota Mekkah, ada duit yang bergelimang. Siapa saja yang ingin mendapatkan berkah dari Allah, harus memiliki Tuhan yang mewakili pribadi-pribadi manusia di sekitar Kabah. Tuhan diberikan ruang yang dikontrakkan di depan Kabah. Begitu cara pemuka Jahiliyah di Mekkah mengumpulkan cuan di masa pra Islam.

Ustad Ahmad Sarwat mengatakan di dalam otak orang Quraisy hanya ada duit dan duit. Mereka mempersembahkan seluruh hidupnya untuk uang dan uang. Pekerjaan kaum Quraisy adalah berdagang. Itu keahlian turun-temurun.

Ketika Baginda Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, setahun beliau menganggur. Tidak memiliki pekerjaan karena Madinah (Yastrib) bukan kota dagang. Kota Yastrib hanya dilintasi oleh para pedagang Mekkah yang hendak berdagang ke Syam.

Terjadinya beberapa perang seperti Badra, Perang Khandak, Perang Uhud, salah satu penyebabnya karena dipicu oleh seringnya pedagang-pedagang Mekkah dicegat di Madinah. Salah satu pemasukan Baginda Rasul kala itu untuk membangun ekonomi Islam di Madinah, berasal dari hasil pampasan perang. Dari uang-uang itulah kemudian denyut Madinah dihidupkan.

Menaklukkan Keuangan Yahudi

Siapa donatur perang setiap kali kaum jahiliyah mengadakan perang melawan kaum Muslimin? Donaturnya adalah para pengusaha Yahudi. Merekalah yang memiliki uang banyak. Yahudi juga tidak menyenangi dakwah Nabi Muhammad.

Di Madinah, taipan perkebunan kurma adalah orang-orang Yahudi. Mereka membiaya setiap Gerakan politik menghancurkan dakwah Islam.

Setelah Perang Khaibar, Nabi Muhammad mengambil alih perkebunan kurma. Tidak seperti nabi-nabi yang lain, yang bersikap keras terhadap lawan politik yang telah kalah. Nabi Muhammad justru sebaliknya. Memberikan ampunan kepada mereka, kemudian memanfaatkan kemampuan yang dimiliki, untuk membangun perekonomian Islam di Madinah.

Orang-orang Mekkah tidak memiliki kemampuan bertani. Apalagi berkebun kurma. Nabi tahu itu. Tidak mungkin pengelolaan kurma diserahkan kepada para sahabat dari Mekkah yang hanya bisa berdagang.

Pihak yang sangat memahami perkebunan kurma hanya orang Yahudi. Baik secara bisnis—sebagai pemilik—maupun secara perawatan dan tatakelola panen—sebagai pekerja. Semua sektor itu Yahudi jagonya.

“Kurma itu bukan makanan Islam. Tapi makanannya dia [Yahudi]. Maka wajar kalau sekarang kurma dihasilkan dari Israel, karena itu memang makanannya dia,” kata Ustad Ahmad Sarwat.

Bagaimana cara Nabi mengelola perkebunan kurma? Para Yahudi tetap dijadikan frontline dalam perawatan dan tatakelola perkebunan. Pemerintah Islam di Madinah hanya mengawasi. Hasil kebunnya diserahkan ke pemerintah, dan kemudian hasilnya dibagi sesuai porsi. Ekonomi Islam di Madinah berkembang karena pola itu.

Setelah tata Kelola niaga kurma dikuasai oleh Islam, maka dana Yahudi untuk membiaya kegiatan provokasi habis. Mereka akhirnya tidak lagi melawan, ikut saja setiap peraturan.

Kembali ke awal topik, mengapa orang Islam tidak kaya raya? Karena tidak lagi membuasai sektor-sektor ekonomi besar seperti industri manufaktur. Ekonomi Islam tidak akan berkembang maju bila cuma jualan minyak wangi dan habbatussauda. Ekonomi Islam tidak akan bangkit bila hanya berdagang barang-barang kecil.

“Kita harus punya industri yang sifatnya mendunia/global,” katanya.

Kalau bicara industri, berarti harus ada investasi. Investasi baru akan datang bila iklim usaha dan politik dalam keadaan sehat.

Bila negara perang melulu seperti Yaman Utara dan Yaman Selatan, Mesir, Sudan, Irak, Iran, Syam, mana ada investor yang bersedia menanamkan investasinya. Hanya pebisnis senapan tempur yang akan Bahagia. Tak ada perang yang baik. Semua perang menghancurkan. Pemulihan (recovery) sangat panjang. Butuh energi dan materi sangat besar.

Ekonomi Islam Tak Maju Bila Dikit-dikit Jihad

Ustad Ahmad Sarwat mengatakan dirinya bingung dengan fenomena yang sedang melanda Umat Islam. Sikit-sikit jihad, dikit-dikit angkat senjata. Dikit-dikit takbir, dan sebagainya. Mereka seperti tidak bosan-bosannya dengan perang. Padahal kalau mau membangun perekonomian, maka perang harus dihentikan. Bila ada musuh, rangkul seperti yang dilakukan Nabi.

Baginda Rasulullah mampu berdampingan dengan para pemilik investasi. Setelah perang, para pemilik modal besar dirangkul sehingga bisa dijadikan sumber modal. Demikian juga yang dilakukan sahabat.

Beda dengan umat Islam saat ini, begitu ada investasi dari luar seperti dari Cina, langsunga ada ujaran kebencian. Cina kafirlah, dan sebagainya. “Bagaimana mau ekonomi Islam maju dan kita dapat membangun kalau tidak ada investasi dari luar. Kan tidak mungkin [kemajuan datang] dengan modal dengkul doang,” katanya.

Mengapa orang-orang kaya di dunia bukan dari kalangan Muslim? Mengapa Ekon Musk tidak tertarik kepada Islam? Mustahil orang-orang kaya di dunia bersedia masuk Islam, dengan model Islam yang kita sajikan hari ini; centang perenang. Mengapa banyak orang kaya di masa Nabi bersedia masuk Islam? Karena Nabi Muhammad keren dari segala bidang.

Mengapa Islam di masa sahabat menjadi sangat besar dan maju? Karena Islam menjadi role model keidealan. Umar bin Khattab diundang oleh penguasa Palestina yang Kristen, demi meminta tolong supaya Umar menertibkan negeri itu. Umar dimohon bersedia menerbitkan keamanan di Palestina.

Umar bin Khatab datang ke Palestina yang penuh dengan sekte-sekte yang terus-menerus melakukan perang saudara. Baitul Maqdis isinya darah dan darah.

Ketika tiba, kepada Umar diserahkan kunci Baitul Maqdis. Mengapa diserahkan? Karena mereka percaya kepada Umar.

Artikel Sebelumnya345 Anak Yatim di Jangka Dibelikan Baju Lebaran Hasil Donasi Pemuda
Artikel SelanjutnyaAhmad Sarwat: Kaya Tidak Datang Tiba-tiba dari Langit
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here