Dua Jam Bersama Panglima Kodam Iskandar Muda

Ketua SMSI Aceh Aldin Nainggolan (lima dari kiri) dan Pangdam IM Mayjen TNI Mohamad Hasan (enam dari kiri) berfoto bersama seusai pertemuan penuh keakraban di rumah dinas sang perwira. Foto: ist.
Ketua SMSI Aceh Aldin Nainggolan (lima dari kiri) dan Pangdam IM Mayjen TNI Mohamad Hasan (enam dari kiri) berfoto bersama seusai pertemuan penuh keakraban di rumah dinas sang perwira. Foto: ist.

Mengenakan kaos oblong berkerah dan celana jeans biru, Mayjen TNI Mohamad Hasan, menerima kunjungan pengurus SMSI Aceh. Pertemuan tersebut sangat spesial, karena terjadi pada Minggu (17/7/2022) pukul 20.30 WIB. Dari pertemuan itu terungkap bila sang perwira tinggi pernah bercita-cita menjadi wartawan.

Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Aceh Aldin Nainggolan, Minggu siang memberikan kabar kepada beberapa pengurus, bila Panglima Komando daerah Militer (Kodam) Iskandar Muda Mayjen TNI Mohamad Hasan, menerima pengurus organisasi perusahaan pers online tersebut pada Minggu malam.

Malam yang ditentukan pun tiba. Rombongan SMSI Aceh bergerak menuju rumah dinas sang Panglima. Tiba di sana, Asintel Kodam IM Kolonel Aulia Dalimunthe menyambut dengan senyum ramah.

“Sebentar lagi Panglima datang ke sini, silakan duduk,” kata sang perwira dengan sapaan hangat khas Sumatera.

Setelah duduk, Kolonel Aulia Dalimunthe menyapa satu persatu. Tidak berselang lama dua perwira lainnya ikut bergabung, Aster Kolonel Deni Gunawan, serta Kapendam IM Kolonel Joko Setiyo.

Ketika kami sedang berbincang-bincang ringan, Panglima Kodam IM tiba. Dengan langkah tegap, ia memasuki ruang terbuka semacam ruang tamu tanpa dinding di belakang bangunan utama rumah dinasnya.

Gurat Lelah terlihat di wajahnya. Sebagai Panglima Kodam, tentu waktu istirahatnya banyak tersita oleh tugas negara, serta aktivitas sosial dalam rangka penguatan territorial.

Setelah ia menyalami kami satu persatu, perwira kelahiran 13 Maret 1971 tersebut segera duduk. Dia tersenyum sembari meneguk air putih yang ia bawa di dalam sebuah tumbler berkelir gelap.

Mohamad Hasan menyapa Ketua SMSI dan menanyakan tentang lembaga tersebut. Aldin Nainggolan yang duduk di dekat Panglima, segera menjelaskan tentang SMSI. Wartawan senior Waspada itu secara lengkap menerangkan SMSI telah menjadi konstituen Dewan Pers, dan beranggotakan 2000 lebih perusahaan pers online di seluruh Indonesia. Menjadi asosiasi perusahaan pers terbesar di Republik, dan telah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Republik Indonesia (MURI).

Panglima mendengarkannya dengan seksama. Setelah Aldin selesai memberikan penjelasan, Pria bertubuh tegap tersebut mengatakan media massa online merupakan sebuah keniscayaan. Lahir dan menjadi besar akibat dari perubahan zaman. Saat ini melalui telepon genggam yang tersambung dengan internet, informasi sangat cepat bertebaran. Satu pesan dikirim dari Aceh, sepersekian detik sudah dapat dibaca di Papua.

Panglima mengikuti perkembangan era, ia melihat saat ini media massa sudah mulai kalah dengan media sosial. Hoaks beredar sangat kencang. Publik yang tidak tahu menahu bingung dengan seliweran informasi.

Pangdam berharap SMSI mengambil peran memberikan edukasi kepada masyarakat, dengan cara menyajikan konten berita yang mendidik, membangun, serta bernilai berita. Kritik tetap perlu disampaikan, tapi harus didengungkan dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan penyampaian pendapat.

Pada pertemuan itu Pangdam IM Mohamad Hasan bercerita bila dulu ia pernah bercita-cita menjadi wartawan. Tapi urung tercapai karena jalan takdir membawanya menjadi tentara. Karena cita-cita awal itulah, menjadikan dirinya rajin menulis dan rajin membaca.

Ia memahami dengan baik tupoksi pers, sebagai penyampai informasi kepada warga negara. Keberadaan pers di negara demokrasi merupakan keharusan dalam menjaga kedaulatan, serta menjaga hak-hak warga negara.

Entah berapa kali Panglima tertawa, tapi yang pasti pergantian dari satu topik ke topik lainnya, selalu diselingi goyong-guyon ringan. Baik yang disampaikan oleh pengurus SMSI Aceh, maupun canda kecil dari Panglima.

Diskusi mengalir hingga ke perihal pemerataan pembangunan. Ia menyebutkan masih banyak warga Aceh di perbatasan yang menggunakan KTP Sumatera Utara. Membuat KTP luar menjadi pilihan karena sulitnya akses jalan menuju layanan publickyang diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten tempat mereka menetap.

Tantangan lainnya, masih ada desa terosolir karena dikelilingi hutan lindung. Mereka berada pada posisi yang tidak menentu, sedangkan untuk membangun jalan ke sana bukan perkara mudah.

Panglima mengatakan warga yang tinggal di daerah terisolir wajib dibantu. Mereka harus diberikan jalan keluar dari masalah. Salah satunya dengan membangun akses jalan. Perihal satwa lindung, di lintasan jalan perlu dibangun jembatan atau sejenisnya, agar tersedia terowongan yang menjadi koridor satwa.

“Satwa, hutan, dan manusia sama-sama penting. Ketiganya harus dilindungi. Ketiganya harus mendapatkan prioritas. Salah satu caranya, jalan tetap dibangun, koridor satwa juga disediakan.

Ia memberikan contoh gajah, binatang tersebut sangat setia merawat koridornya. Binatang satwa payung tersebut tidak akan bersedia pindah. Koridor yang dibuat gajah juga menjadi laluan binatang lainnya.

“Bila melihat dari cara gajah membangun koridor, sebenarnya yang raja rimba adalah gajah, bukan harimau, bukan juga singa,” katanya sembari tersenyum lepas.

Dari topik satwa, hutan dan manusia, Panglima beralih ke program TNI Manunggal Air. Sebuah kegiatan yang diwajibkan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal Dr. Dudung Abdurachman, terinsirasi dari program Kodam Udayana,  membangun embung air untuk warga Nusa Tenggara yang krisis air bersih.

Di Aceh, program tersebut akan dilakukan di Pulo Aceh, tepatnya di Pulo Breuh. Di sana masyarakat sangat kesulitan mendapatkan air bersih. Termasuk tidak memiliki air untuk mengairi sawah. Selama ini hamparan persawahan di sana mengandalkan hujan.

Mayjen Mohammad Hasan menjelaskan Kodam IM memiliki alat untuk mendeteksi keberadaan sumber air di dalam tanah. Mereka juga memiliki kemampuan mengambil air dari tempat rendah dialirkan ke tempat lebih tinggi, dengan teknologi sederhana tepat guna.

Tanpa terasa, dua jam lebih Panglima Kodam IM dan staf, berdiskusi dengan pengurus SMSI Aceh. Bergulirnya waktu tidak terhitung karena suasana yang hangat. Pangdam, meskipun tetap terlihat berwibawa, memperlakukan SMSI Aceh seperti teman yang sudah jarang berjumpa. Sang perwira tinggi begitu bersemangat.

Pertemuan itu ditutup dengan berfoto  di depan tulisan: Sanggamara. selesai berfoto, Pengurus SMSI Aceh terdiri dari Aldin Nainggolan (ketua/Waspada), Muhajir Juli (Sekretaris/penulis kisah ini/Komparatif.id), Nurdin Syam (Ketua Forum Pemred Media Online/Aceh Herald), Heru Dwi Atmojo (Wakil Ketua I/Antara), Sulaiman (Bendahara/HarianRakyatAceh.com), dan Muhammad Shaleh (Penasihat Forum Pemred/Modus.co) pamit undur diri. Panglima dan staf mengantar hingga teras.

Ketua SMSI dan jajaran keluar dari halaman rumah dinas dengan perasaan gembira. Panglima Kodam IM dalam diskusi, menyatakan bersedia menjadi pembina organisasi tersebut di Aceh.

Artikel SebelumnyaBantal Emas, Durian Terbaik dari Lembah Gunung Kuali
Artikel SelanjutnyaFilm Pendek “Sudut Pandang” Finalis Pesona I PTKN 2022
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here