Demi Ibu, Zulfiandi Istirahat dari Sepak Bola

Zulfiandi
Zulfiandi menepi sejenak dari sepak bola demi rawat ibu. Foto: Bola.com.

Zulfiandi seperti berlian. Semakin diasah, bertambah berkilau. Ia membuktikan dirinya merupakan bintang. Demi merawat ibu, dan mengasuh anak, Zulfiandi sementara istirahat dari hiruk pikuk dunia sepak bola Indonesia.

Namanya santer dibicarakan oleh tifosi Persiraja, kala Presiden Persiraja Nazaruddin (Dek Gam) beberapa kali menyebut nama sang mantan pemain Timnas Indonesia. Dek Gam berharap Zulfiandi bersedia bergabung dengan laskar Lantak Laju untuk mengarungi putaran pertama Liga 2 musim 2023/2024.

Harapan tifosi, harapan Dek Gam tentu beralasan. Zulfiandi merupakan salah satu pemain bola asal Aceh yang pernah mewarnai jagad sepak bola Indonesia. Pengalamannya sangat dibutuhkan oleh laskar orange yang sedang mencari jati diri setelah sekian waktu Persiraja kehilangan bentuk. 

Baca: Iwan Dukun, Preman Besar Pendukung Aceh Merdeka

Sebagai penggemar sepak bola, saya sempat heran mengapa Zulfiandi tak kunjung memberikan jawaban. Bukankah seorang pemain bola selalu menaruh harapan dapat mengocek si kulit bundar di atas lapangan sembari ditonton ribuan pasang mata. Lalu mengapa Zulfiandi justru tak muncul memberi jawaban?

Ketika saya berselancar di Instagram, sebuah postingan dari Zulfiandi melintas. Sebuah gambar pemandangan senja dan laut dan  teks yang ia tulis berisi curahan hati tentang ketidakaktifan dirinya sementara waktu di dunia sepak bola. Dia meminta maaf karena belum sempat memberitahu kepada teman-temannya. 

Untuk sementara waktu ia ingin menepi. Ada tawaran bermain di Liga 1 dan Liga 2. Tapi tak ia terima. Alasan utama demi ibu. Saat ini sang bunda sedang sakit. Zulfiandi tidak ingin jauh dari ibu. Ia ingin berbakti kepada sang bunda. 

Tentunya sebagai anak, saya ingin memberikan bakti terbaik untuk beliau karena yang namanya usia, kita tidak tahu sampai kapan. Bentuk bakti yang bisa saya lakukan saat ini adalah dengan merawat dan mendampingi beliau. 

Alasan lainnya yaitu saat ini saya sedang menikmati momen bersama dengan anak-anak saya; antar jemput sekolah, menyaksikan tumbuh kembang mereka, dan bermain bersama mereka. Alhamdulillah kesempatan seperti ini bagi saya adalah sebuah kenikmatan dari Allah.

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang seringkali mengedepankan karir dan ambisi pribadi, kita kadang-kadang perlu menghentikan sejenak dan mengingat pesan positif yang datang dari tokoh-tokoh yang memutuskan untuk mengutamakan keluarga. 

Keputusan Zulfiandi memberikan pesan tentang pentingnya menjalani hidup seimbang. Dalam dunia olahraga yang kompetitif, seringkali atlet-atlet mengorbankan waktu bersama keluarga demi mengejar kesuksesan. Namun, Zulfiandi menunjukkan bahwa kita harus memberikan perhatian yang cukup kepada orang-orang yang kita cintai dan bahwa momen bersama keluarga adalah kenikmatan yang tidak boleh terlewatkan.

Selain itu, Zulfiandi mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan yang diberikan oleh Allah dalam karir sepak bolanya. Ini mengingatkan kita semua untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki dan untuk tidak melupakan orang-orang yang telah berperan dalam perjalanan kita. Dalam kasus Zulfiandi, teman-teman yang telah mendukungnya selama ini juga mendapatkan penghargaan darinya.

Zulfiandi, Sergio Busquets Indonesia

Banyak yang menyamakan gaya bermain sepak bola Zulfiandi mirip dengan gaya bermainnya Sergio Busquets, gelandang kelas dunia yang pernah bermain untuk Barcelona. Perbandingan ini bukan hanya karena kemampuan teknisnya yang mengesankan, tetapi juga karena gaya permainannya yang tenang dan berkelas.

Zulfiandi sering dijuluki “Sergio Busquets-nya Indonesia,” dan prestasinya di lapangan membuktikan bahwa julukan tersebut tidak berlebihan. Siapa pun yang pernah menyaksikan permainannya tahu bahwa Zulfiandi adalah salah satu gelandang terbaik dalam sepak bola Tanah Air.

Ia sempat menjadi anak emas Luis Milla saat membesut Tim Nasional (Timnas) Indonesia. Pelatih asal Spanyol itu begitu mengagumi permainannya dan bahkan sempat mewacanakan untuk membawanya ke Eropa. Dan ingatan kita masih segar tentang bagaimana pemain bola dari Bireuen itu, bersama dengan Evan Dimas dan rekan-rekannya, memimpin Indonesia meraih juara Piala AFF pada tahun 2013. Kontribusinya yang besar dalam prestasi tersebut membuatnya menjadi salah satu pemain yang diidolakan dalam sepak bola Indonesia. Terakhir ia bermain untuk klub Madura United.

Namun, di balik gemerlap karir sepak bolanya, pria hitam manis tersebut memahami mana prioritas utama dalam hidupnya. Dia dengan bijaksana memilih untuk fokus pada keluarganya. Keputusannya untuk merawat ibunya yang sakit adalah tindakan mulia yang harus dihargai oleh semua orang. Demikian juga dengan alasan ingin melihat tumbuh kembang anaknya. Keren sekali. 

Saya berharap ketika sang bintang kembali, ia akan menjadi lebih kuat. Pengalaman hidupnya, perjuangannya, dan rasa cinta kepada sepak bola akan membawanya kembali dengan semangat yang membara.

Penulis: Banta Johan. Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe).

Artikel SebelumnyaKapolres Bireuen Ngopi Bareng Wartawan
Artikel SelanjutnyaTukang Ojek di Bener Meriah Tewas Ditikam Orang Gila
Redaksi
Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here