Berziarah ke Makam Ayyub Al Anshari di Istanbul

Ayyub Al Anshari
Muazzinah Yakob, berkunjung ke maqbarah sahabat Rasulullah, Ayyub Al Anshari. Foto: Koleksi MY.

Komparatif.ID, Istanbul–Ketika berziarah ke makam sahabat Rasulullah, Ayyub Al Anshari di Benteng Konstantinopel, Istanbul, Turkiye, terbit rasa bahagia tiada terkira dari dalam relung jiwa. ziarah ini merupakan yang pertama kali saya lakukan ke makam sang pembela Islam yang hidup sezaman dengan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Ziarah ke makam Ayyub al Anshari saya lakukan pada 25 Desember 2024, saat melakukan lawanan bersama suami ke Negara Turkiye, sebuah republik yang didirikan di atas puing-puing kebesaran Kekhalifahan Ottoman (Turki Usmani).

Baca: Berziarah ke Reruntuhan Makam Imam Ghazali

Nama asli Ayyub al Anshari adalah Khalid bin Ziad Al Anshari An Najjari.Allahyarham merupakan sahabat Rasulullah dari golongan kaum Anshar, yang ikut menerima rombongan Rasulullah yang hijrah ke Madinah di awal dakwah Islam di Tanah Arab.

Nabi Muhammad SAW menginap dirumah Ayyub Al Anshari selama 7 bulan. Ayyub selalu menghidangkan makanan untuk Nabi dan para sahabatnya. Ayyub Al Anshari sendiri termasuk sahabat Nabi yang kaya dan dermawan.

Menurut tour guide kami, Adam, banyak masyarakat Turki yang ingin kuburannya berdekatan dengan makam Ayyub Al-Anshari. Sehingga kompleks pemakaman tersebut manjadi ramai.

Ada satu tradisi yang menarik perhatian saya yaitu kebiasaan peuglah kaoy (membayar nazar) yang dilakukan peziarah makam sang sahabat Rasulullah. Setiap ada yang bernazar dan membayarnya di sana, disediakan seekor domba yang dapat disembelih di dekat makam Ayyub al Anshari.

Mendengar cerita tersebut, saya teringat Aceh. Di kampung halaman saya, orang-orang yang berhajat atas sesuatu sering meukaoy (bernazar) dengan rupa-rupa janji bila hajatnya terpenuhi.

Seringkali bila bernazar, mereka menyebutkan tempat khusus membayar nazar seperti di masjid tertentu, di makam ulama tertentu. Di Banda Aceh, peziarah dari berbagai daerah, seringkali datang ke maqbarah Syekh Abdurrauf as Singkily, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Syiah Kuala, seorang ulama sufi dari Negeri Singkil.

Para peziarah datang ke makam Syiah Kuala untuk peuglah kaoy dengan cara menyembelih kambing, memasaknya, dan kemudian membagi-bagikan kepada pengunjung lainnya, atau kepada masyarakat sekitar makam Syiah Kuala.

Untuk memasuki area makam Ayyub Al Anshari, pengunjung harus melepas kasut/alas kaki baik sandal maupun sepatu. Jangan gundah sepatu dan sandal hilang. Karena di sana tersedia kantong plastik. Atau sebaiknya bawa saja sekalian, sebagai persiapan bila persediaan plastik di sana habis.

Pintu masuk dan pintu keluar berada di sisi berbeda. Sehingga sepatu dan sandal harus kita jinjing.

Di dalam kompleks makam terdapat Masjid Eyup Sultan. Sejatinya makam Ayyub berada di dalam kompleks Masjid Ayup Sultan. Masjid tersebut dalam bahasa Turkiye disebut Eyüp Sultan Camii.

Karena kesuciannya yang istimewa, di masa lalu, masjid ini memainkan peran dalam upacara penobatan para Sultan Ottoman baru, yang datang ke sini – berprosesi di sepanjang Cülus Yolu (Jalan Aksesi) yang agung – untuk disandang Pedang Osman pada awal pemerintahan mereka. Saat ini, tempat ini tetap menjadi tujuan ziarah yang populer.

Masjid tersebut diberinama sesuai dengan nama sahabat Rasulullah, setelah sang sahabat meninggal dunia pada pengepungan pertama tentara Islam terhadap Konstantinopel pada tahun 670-an.

Perihal allahyarham Khalid bin Ziad Al Anshari An Najjari, di sana sangat dihormati. Dia dilihat sebagai sahabat Rasulullah yang memiliki kedermawan, kesufian, ketulusan, dan kepedulian tinggi terhadap Islam.

Setelah ia meninggal dunia dan dikuburkan di kompleks masjid, keluarga dan pejabat penting Ottoman Empire yang berpesan dimakamkan di sana bilamana mereka meninggal dunia.

Di antara pusara di dekat maqbarah Ayyub adalah makamnya Wazir Ottoman/Menteri Utama Ottoman Sokollu Mehmet Paşa, yang bertugas di bawah sultan Süleyman yang Agung dan Selim II.

Di sana juga dimakamkan Wazir Agung lainnya yaitu Siyasus Pasa, dan Lala Msutafa Pasa, penakluk Siprus pada abad ke-16.

Dua makam wanita kerajaan yang ada di sana yaitu makam Adile Sultan dan Mihrişah Valide Sultan. Sedikit lebih jauh, menghadap ke perairan terdapat makam Sultan Mehmed V yang dirancang oleh Mimar Kemaleddin Bey pada tahun 1918. Di belakang masjid, Pemakaman Eyüp berkelok-kelok ke atas bukit hingga ke titik pengamatan yang menghadap ke Tanduk Emas. Makam ini penuh dengan batu nisan orang-orang yang ingin dimakamkan di dekat masjid.

Sembari berjalan dan melihat masjid dan nisan Ayyub Al Anshari, saya merenungi perjuangan mereka di masa lampau dalam membela panji Islam. Ayyub dan mujahidin dan mujahidah lainnya berjuang sepenuh hati demi tegaknya marwah dan keagungan Islam di berbagai belahan dunia. Mereka ada pejuang yang gigih, petarung yang terampil, orang-orang pilihan nan patriotik

Akhir kata, semoga syafaat sahabat Rasulullah sampai kepada kita. Beruntunglah kita yang mempunyai sahabat-sahabat yang mempunyai hati terpuji, dermawan dan selalu dalam kebaikan seperti Ayyub Al Anshari.

Artikel SebelumnyaJangan Remehkan luka di Kaki Pada Diabetes Mellitus
Artikel SelanjutnyaHari Toilet Sedunia: Warga Banda Aceh Diingatkan Rutin Sedot Septic Tank
Muazzinah Yacob
Direktur The Aceh Institute (AI) | Kaprodi Ilmu Administrasi Negara (IAN) FISIP UIN Ar-Raniry | Ketua Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Aceh

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here