Legenda hantu Halimah Jurang Seunapet telah menjadi salah satu kisah horor paling seram di Aceh. Hantu Halimah Jurang Seunapet merupakan legenda yang diceritakan turun-temurun, dari mulut ke mulut.
Bagaimana kisah hantu Halimah Jurang Seunapet?
Begini kisah Halimah Jurang Seunapet:
Pada suatu sore di tahun 1980-an. Halimah, gadis berusia 18 tahun sedang berjalan menapaki jalan menurun di Seunapet. Meski daerah itu masih dikepung hutan hujan tropis, tidak membuat Halimah kecut. Ia sudah terbiasa melintasinya. Karena dia lahir dan bertumbuh di salah satu desa di Lembah Seulawah, Aceh Besar.
Halimah terus melangkah sembari menyapu pandangannya ke sekeliling. Jalan lintas provinsi tersebut lengang.
Baca: Cut Nuraini Kuntilanak Kampung Lhok Nga
Ketika kakinya menapak di atas jembatan besi yang membentang di atas jurang, Halimah berhenti sejenak. dia melihat ke bawah. Di bawah sana, sebuah sungai kecil mengalirkan air jernih. Cahaya matahari sore yang menembus pucuk pepohonan, menghujam tajam ke permukaan air, menghasilkan formasi warna alami yang sangat indah.
Halimah tersenyum. Dia menengadah ke langit. Beberapa ekor burung rangkong terbang ke sarang. Cericit burung yang riuh, ditingkahi teriakan monyet-monyet, menghadirkan simfoni sore nan indah.
Saat sedang asyik-asyiknya menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan, tiba-tiba suara klakson berbunyi. Halimah mengalihkan pandangan ke arah suara. Dia melihat satu unit Toyota Kijang warna hitam berjalan pelan.
Mobil minibus tersebut berhenti di dekat Halimah. Gadis berkulit kuning langsat itu sempat melihat ke dalam minibus yang kaca jendelanya transparan. Di dalam kabin itu terdapat enam pria yang masih remaja.
Halimah mengendus aroma ganja dari dalam kabin mobil. Dia sangat mengenal aroma itu. Karena dia sering menghidu aromanya di tempat tongkrongan anak muda di desanya.
Seorang remaja pria yang duduk di samping sopir, membuka pintu dan turun dari mobil. Berturut-turut empat remaja pria lainnya yang duduk di barisan kedua dan ketiga. Sopir tidak turun. Kendaraan tidak dimatikan.
Remaja-remaja itu terlihat tidak bersahabat. Mata mereka merah akibat mabuk ganja. Tawa mereka mengerikan, semacam seringai singa di depan mangsa.
Halimah yang tadinya bersikap ramah, mulai dilanda ketakutan. Baru saja dia hendak lari, tangannya langsung dipegang oleh salah seorang remaja.
Tubuh Halimah ditarik paksa ke dalam mobil. Dia dipaksa tidur dalam deret kedua. Halimah berteriak minta tolong. Tapi teriakannya tenggelam oleh suara monyet-monyet di atas dahan pohon.
Saat roknya hendak dilucuti paksa, Halimah sempat menendang salah seorang remaja pria. Akibatnya, dirinya dipukuli hingga pingsan. Melihat Halimah pingsan, mereka tambah beringas. Satu persatu menindih tubuh gadis malang itu.
Saat Halimah tersadar, dia menemukan dirinya sedang ditindih. Selangkangannya nyeri luar biasa. Dia menangis. Remaja yang sedang menindih, meninju wajah Halimah. Perempuan itu pingsan lagi.
Setelah hasrat seksual para begundal itu disalurkan semua, mereka mulai dilanda kebingungan. Mereka khawatir perbuatan biadap itu akan terbongkar. Salah seorang mengusulkan supaya Halimah dihabisi. Tapi dua orang lainnya tidak setuju.
“Aku sama bejatnya dengan kalian. Tapi aku tak setuju bila harus menghabisi dia,” kata seorang remaja dengan wajah penuh keringat. Pendapatnya didukung oleh seorang temannya.
Tapi, remaja yang bertindak sebagai sopir, dengan suara lantang mengatakan,”Jangan sok suci kau! Kalau kita tidak menghabisi dia, kita semua akan habis. Dan kalian tahu kan, apa yang akan terjadi padaku dan ayahku?”
Terjadi perdebatan di antara mereka. Debat empat lawan dua. Saat tensi debat kian memanas, Halimah siuman dari pingsan. Dia mencoba bangun. Rasa nyeri di selangkangan, membuat dia menangis.
Tangis itu semakin kencang. Dia tidak terima dirinya diperkosa. Tangisan itu membuat enam remaja pria itu panik. Salah seorang mengambil batu dan……. Halimah terkapar di dalam kabin.
Malam telah sepenuhnya gelap ketika tubuh montok itu ditarik keluar dari kabin mobil. Mereka menggotong ke semak-semak.
Tiba-tiba Seunapet dipeluk mendung. 15 menit kemudian hujan turun. Mereka bergegas, menggali tanah seadanya, dan kemudian memasukkan jasad Halimah. Di atasnya ditumpukkan batu, dan ditutupi dengan dedaunan.
Remaja-remaja itu pun bergegas kembali ke mobil. Selanjutnya melarikan diri ke arah Banda Aceh.
****
Kedua orang tua Halimah was-was setelah puteri mereka tak kunjung tiba di rumah. mereka khawatir bila telah terjadi sesuatu terhadap sang gadis. Di tengah hujan, ayahnya Halimah memberitahu kepada keuchik—(kepala desa-red) bahwa Halimah yang seharusnya telah tiba di rumah jelang Magrib, tapi sampai sekarang tak menunjukkan batang hidungya.
Keuchik memberitahu warga kampung.Belasan pria dewasa dan beberapa ibu-ibu langsung bergerak mencari Halimah di tengah derasnya hujan.
Mereka tiba di Seunapet sekitar pukul 21.30 Wib. Tak ada jejak apa pun di sana. Mereka melanjutkan perjalanan ke arah Saree, mencari tahu apakah Halimah ada di sana? Tapi jejaknya tak ada yang tahu.
Sekitar pukul 01.00 dinihari, pencarian dihentikan. Dilanjutkan besok pagi. Hasilnya nihil. Halimah tidak pernah ditemukan hingga bertahun-tahun kemudian.
Bangkitnya Halimah Jurang Seunapet
Peristiwa pemerkosaan terhadap Halimah hanya diketahui oleh para pelakunya saja. Mereka yang awalnya dilanda gundah gulana, akhirnya lupa bahwa suatu ketika, tiga tahun sebelumnya, mereka pernah merudapaksa seorang gadis di Seunapet.
Hingga suatu malam, saat dalam perjalanan menuju Kota Medan, seorang pelaku mengalami kecelakaan di atas jembatan Seunapet.
Ketika sedang menyetir, tiba-tiba melintas sesosok perempuan dengan wajah penuh luka. Si pria mengenali sosok itu. dia terkejut dan membanting setir ke kanan. Mobil Kijang petak yang dia kendarai terpental ke jurang. Dia dan kedua orangtuanya tewas.
Itulah pertama kali arwah Halimah Jurang Seunapet muncul. Berturut-turut lima orang pelaku lainnya juga tewas dalam kecelakaan di Seunapet. Semuanya mengalami kecelakaan setelah melihat arwah Halimah Jurang Seunapet.
Setelah rentetan peristiwa, pelan-pelan peristiwa pemerkosaan di masa lalu terkuak. Arwah Halimah Jurang Seunapet menceritakan kisahnya kepada warga kampung, melalui mulut gadis yang dia rasuki.
“Kalian tak perlu mencari lagi aku. Karena aku telah menyatu dengan alam…..,” kata Halimah Jurang Seunapet saat merasuki tubuh Susi, sahabat karibnya sejak kecil.
“Semua pelakunya sudah aku habisi. Sekarang lupakan aku. Doakan aku, dan jangan pernah lupa untuk tidak membiarkan anak-anak kalian berjalan seorang diri, karena orang-orang jahat selalu mengintai,” pesan Halimah Jurang Seunapet.