Bang Mur

Bang Mur
Foto: Koleksi penulis.

Ini foto lama. Mungkin beberapa bulan sebelum Bang Mur diminta oleh Mualem untuk membereskan dan memajukan dunia pendidikan Aceh. Bang Mur bukan birokrat kemarin sore. Pengalamannya di dunia birokrasi pendidikan Aceh dimulai dari bawah: guru. Dia memahami dengan baik masalah pendidikan Aceh dari akarnya. Selain memang, dalam sekian tahun, Bang Mur pernah menjadi Kadis Pendidikan di Kabupaten Pidie, satu daerah yang sangat dinamis.

Namun, hal lain, yang menjadikan Mualem memberi kepercayaan kepada Bang Mur bukan semata karena alasan di atas. Mualem memahami bahwa dinas yang paling strategis di Aceh pascadamai ini harus dikelola dengan cara yang terbuka, egaliter, dan inovatif. Tiga kehendak Mualem ini diletakkan di atas bahu Bang Mur.

Bang Mur memang memiliki orientasi itu. Dia terbuka dalam segala bentuk pikiran. Dalam hal itu, secara personal, saya mengalaminya. Pilihan politik kami sering berbeda. Bahkan paradigma kami tentang Indonesia sering berbenturan dengan keras. Tetapi, hal itu tidak menghalangi perjumpaan pikiran, yang tidak jarang menemukan konsensus baru.

Dia juga egaliter. Terus terang, agak sulit menemukan profil birokrat sedemikian rupa. Media sosialnya menunjukkan akan hal itu. Jika di pagi hari dia bertemu rekan di warung kopi, siang harinya Bang Mur berdebat dengan kaum scholar, sore harinya bertemu dengan kelompok mantan pejuang, dan malam harinya memberi refleksi mengenai hubungan manusia, masyarakat, dan alam.

Bacajuga: Murthalamudin, Sosok Tepat Tangani PR Pendidikan Aceh

Sikap egaliternya itu dibangun oleh pengalaman perjumpaannya dengan beragam latar belakang orang sejak muda. Ditambah di sisi berbeda, Bang Mur juga seorang intelektual publik. Secara rutin, dia menulis dan membuat vlog untuk membagikan pikirannya ke masyarakat luas.

Kedua modal itu dilengkapinya dengan inovasi untuk dunia pendidikan Aceh. Setelah menjadi pelaksana tugas kepala dinas, dia aktif membagikan aktivitasnya bersama para siswa melalui di media sosialnya. Dalam video tersebut, publik menyaksikan agenda Dinas Pendidikan yang sedang dijalankan. Lalu, seperti karakter dasarnya, dia selalu datang dan melihat dari bawah. Bang Mur datang untuk melihat, bukan duduk santai di dalam ruang yang dingin dan nyaman, sambil menunggu laporan yang diberikan.

Sekarang, ada seorang pegiat di media sosial yang menyorot Bang Mur. Celakanya, dia melakukannya secara ad hominem. Publik memberi reaksi. Banyak yang memberi pembelaan kepada Bang Mur. Semoga sikap demikian tidak berlangsung lama. Karena, jika yang disasar adalah personal, tentu tidak produktif. Lebih baik memberi kritik yang substansil, terutama mengenai performa dan program kerja. Namun, apakah bisa demikian? Saya tidak tahu. Mending, menunggu gerbrakan baru Bang Mur untuk kemajuan pendidikan Aceh.

Artikel SebelumnyaPemerintah Bakal Bentuk Lembaga Pengawas Pengangkatan hingga Mutasi ASN
Artikel SelanjutnyaMeski Raih Nilai Tertinggi, Gubernur NTB Gagalkan Kakaknya Jadi Kepala Inspektorat
Bung Alkaf
Esais. Akademisi IAIN Langsa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here