Di salah satu sudut terpencil di ujung timur pulau Jawa, ada sebuah hutan lebat yang jarang tersentuh manusia. Namanya Alas Gumitir.
Konon, siapa pun yang berani melintasi hutan ini saat malam hari, akan bertemu dengan demit, makhluk-makhluk yang tidak berasal dari dunia manusia. Banyak yang mengatakan itu hanyalah mitos, namun bagi penduduk setempat, kisah itu bukan sekadar dongeng, melainkan peringatan yang harus dihormati.
Dahulu saat Singasari masih berdiri, Alas Gumitir bukanlah hutan yang menyeramkan. Ia hanyalah kawasan hijau yang dilalui oleh pedagang, petani, dan pengembara yang mencari nafkah.
Namun, semuanya berubah ketika keturunan ningrat, Nyai Rengganis menjadi korban kezaliman. Ia terkenal cantik rupawan, bahkan ia dikabarkan masih berkerabat dengan Kertarajasa Jayawardana, Maharaja sang pendiri Majapahit.
Nyai Rengganis lalu dipersunting bangsawan kaya raya kepercayaan Maharaja Anuspati penguasa Singasari. Suaminya dikenal kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
Namun pengaruhnya hilang usai Anuspati dibunuh anak tirinya, tahta lalu diwariskan ke Wisnuwardhana yang memilih lebih dekat dengan rakyat dibandingkan dengan bangsawan.
Usai kehilangan pengaruhnya, Nyai Rengganis dan suaminya jadi bulan-bulanan amarah rakyat. Untuk menyelamatkan diri, suaminya menuduh Rengganis berselingkuh dengan seorang pria muda di desa seberang.
Pada suatu malam yang mencekam, di bawah rembulan yang redup, Nyai Rengganis diikat di tengah hutan dan dibakar hidup-hidup sebagai hukuman. Suaminya berhasil berhasil kabur tunggang langgang ke pedalaman Tumapel untuk menyelamatkan diri.
Saat dibakar teriakan Rengganis menggema ke seluruh penjuru Alas Gumitir, memecah kesunyian dan membuat bulu kuduk merinding. Orang-orang yang dipaksa menyaksikan kejadian itu hanya bisa diam dalam ketakutan, tidak berani melawan.
Baca juga: Arwah Abu Din ke Jambo Madat
Namun sebelum api benar-benar menghabiskan tubuhnya, Nyai Rengganis bersumpah akan membalas dendam. Dengan napas terakhirnya, ia mengutuk hutan itu, bersumpah bahwa siapa pun yang melintasinya dengan niat buruk akan merasakan penderitaan yang lebih mengerikan daripada kematiannya.
Sejak malam itu, Alas Gumitir berubah. Suasana yang tadinya teduh dan asri menjadi kelam dan penuh misteri.
Orang-orang mulai mendengar suara tangisan di antara rimbunnya pepohonan. Ada yang mengaku melihat bayangan perempuan berambut panjang dengan mata penuh kebencian di tepi jalanan sunyi.
Bahkan, beberapa orang yang berani menginap di sekitar hutan itu tidak pernah kembali.
***
Beratus tahun berlalu dendam kelam Nyai Rengganis masih hidup di Alas Gumitir.
Beberapa waktu lalu sopir truk bernama Warto melewati Alas Gumitir untuk mengantar muatan sayuran ke kota di ujung Jawa. Ia melewati hutan itu pada malam hari karena barang yang ia antar harus tiba sebelum matahari terbit.
Sebenarnya ia bisa melalui jalan lain, tapi ia teledor dan terlalu tergoda dengan dadu di meja judi di pasar Gubeng. Dadu yang menari-nari di atas yang jadi pertaruhan hidup mati buruh kasar itu membuat dirinya lupa waktu.
Untuk mengejar target, Warto harus memilih jalan alternatif lewat Alas Gumitir. Jalur itu tidak asing karena sering ia gunakan. Namun, sebelumnya Warto hanya melewati jalanan itu pada siang hari.
Malam itu jalanan yang membelah Alas Gumitir terasa berbeda. Angin bertiup lebih dingin dari biasanya, dan kabut mulai turun dengan tebal, seolah-olah menyembunyikan sesuatu di antara gelapnya pepohonan.
Saat truknya melaju pelan, tiba-tiba ia melihat seorang perempuan berdiri di tepi jalan. Rambutnya panjang, gaunnya putih lusuh, dan wajahnya tertunduk.
Warto berpikir itu hanyalah warga desa yang membutuhkan tumpangan. Ia berhenti, membuka kaca jendela, dan bertanya apakah perempuan itu ingin ikut. Tanpa menjawab, perempuan itu naik ke dalam truk dan duduk diam di bangku samping.
Awalnya, tidak ada yang aneh. Warto mencoba mengajaknya bicara, tetapi perempuan itu tetap diam. Semakin lama, hawa di dalam truk semakin dingin, dan bau anyir mulai tercium.
Jantung Warto berdegup kencang. Ia melirik ke samping, dan saat itulah darahnya seakan membeku.
Perempuan yang tadi duduk di kursi samping sudah tidak ada. Namun, melalui kaca spion, ia melihat sosok itu kini duduk di bak belakang truknya, menatapnya dengan mata merah menyala.
Warto langsung menginjak gas, berharap bisa keluar dari hutan itu secepat mungkin. Namun, semakin ia mencoba melaju, semakin truknya terasa berat, seolah-olah ada sesuatu yang menahannya.
Ia merasakan desiran angin di lehernya, seolah-olah seseorang berbisik tepat di telinganya. “Kau akan merasakan apa yang aku rasakan,” suara itu terdengar jelas di telinganya.
Dalam kepanikan, Warto berusaha membaca doa, tetapi suaranya tercekat. Tiba-tiba, dari kaca depan, ia melihat sosok perempuan itu melayang di udara, wajahnya berubah mengerikan dengan senyum menyeringai yang tidak wajar.
Warto menjerit dan seketika itu juga truknya tergelincir, menabrak pohon besar di tepi jalan.
Keesokan harinya, penduduk desa menemukan truk Warto dalam keadaan rusak parah. Ia sendiri ditemukan tidak sadarkan diri, dengan wajah pucat dan mata terbuka lebar seperti seseorang yang baru saja melihat sesuatu yang sangat mengerikan.
Saat ia siuman, ia tidak bisa berbicara selama berhari-hari, hanya menangis dan gemetar setiap kali ditanya tentang apa yang terjadi.
Sejak kejadian itu, kisah tentang Nyai Rengganis semakin menyebar luas. Tidak sedikit orang yang mengaku mengalami hal serupa, mendengar suara tangisan, melihat bayangan perempuan berbaju putih, atau bahkan merasakan sesuatu yang tak terlihat menyentuh bahu mereka di tengah perjalanan.
Penduduk desa percaya bahwa roh Nyi Rengganis masih bergentayangan, mencari keadilan yang tidak pernah ia dapatkan semasa hidupnya.
Hingga kini, Alas Gumitir tetap menjadi tempat yang dihindari saat malam tiba. Para sopir truk lebih memilih berhenti di desa terdekat dan menunggu hingga pagi sebelum melanjutkan perjalanan.
Tidak ada yang benar-benar tahu apakah kutukan itu sudah reda atau masih terus mengintai mereka yang berani menantang kegelapan Alas Gumitir.
Catatan:
Alas: Hutan.
Demit: Setan/roh jahat.
Seluruh konten rubrik Mistik, hanyalah sekadar hiburan. Bila ada kesamaan nama, tempat dan peristiwa, semuanya kebetulan belaka.