Adat Beguru Dalam Masyarakat Gayo

Adat beguru merupakan tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Gayo, sehari sebelum akad nikah berlangsung. Upacara adat ini berupa media untuk memberikan nasihat kepada calon mempelai, permohonan maaf calon pengantin kepada keluarga, hingga mendoakan calon pengantin. Foto: Syah Reza Ayub for Komparatif.id.
Adat beguru merupakan tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Gayo, sehari sebelum akad nikah berlangsung. Upacara adat ini berupa media untuk memberikan nasihat kepada calon mempelai, permohonan maaf calon pengantin kepada keluarga, hingga mendoakan calon pengantin. Foto: Syah Reza Ayub for Komparatif.id.

Adat beguru, merupakan tahapan ke-4 dalam upacara pernikahan di Tanoh Gayo. Beguru bermakna belajar. Petue akan memberikan pendapat dan nasihat tentang perkawinan sebagai bekal berumah tangga.

Adat beguru merupakan tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Gayo, sehari sebelum akad nikah berlangsung. Upacara adat ini berupa media untuk memberikan nasihat kepada calon mempelai, permohonan maaf calon pengantin kepada keluarga, hingga mendoakan calon pengantin. Foto: Syah Reza Ayub for Komparatif.id.
Adat beguru merupakan tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Gayo, sehari sebelum akad nikah berlangsung. Upacara adat ini berupa media untuk memberikan nasihat kepada calon mempelai, permohonan maaf calon pengantin kepada keluarga, hingga mendoakan calon pengantin. Foto: Syah Reza Ayub for Komparatif.id.

Dalam tradisi Gayo, ada tujuh tahapan yang dilalui hingga pernikahan berlangsung. Pertama, munginte, yakni prosesi lamaran oleh keluarga calon mempelai pria kepada keluarga calon mempelai wanita.

Baca juga: Maulid; Sejarah dan Hukumnya

Kedua, betelah, yaitu proses permintaan mahar oleh keluarga calon mempelai wanita. Ketiga, mujule mas, yaitu prosesi pengantaran mahar. Keempat, beguru, yaitu kenduri yang digelar di rumah calon mempelai yang dihadiri oleh keluarga dan petue. Kegiatan ini diisi dengan penyampaian petuah (nasihat) untuk calon mempelai, dan diikuti dengan ucapan permohonan maaf calon mempelai kepada kedua orangtua dan saudara-saudara dekatnya.

Adat beguru merupakan tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Gayo, sehari sebelum akad nikah berlangsung. Upacara adat ini berupa media untuk memberikan nasihat kepada calon mempelai, permohonan maaf calon pengantin kepada keluarga, hingga mendoakan calon pengantin. Foto: Syah Reza Ayub for Komparatif.id.
Adat beguru merupakan tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Gayo, sehari sebelum akad nikah berlangsung. Upacara adat ini berupa media untuk memberikan nasihat kepada calon mempelai, permohonan maaf calon pengantin kepada keluarga, hingga mendoakan calon pengantin. Foto: Syah Reza Ayub for Komparatif.id.

Kelima, mujule bai yaitu menerima calon mempelai laki-laki untuk melangsungkan pernikahan. Keenam, mujule beru yakni upacara mengantar pengantin perempuan ke rumah laki-laki. Dalam tradisi Aceh pesisir disebut intat darabaro. Ketujuh, mah kero opat ingi, yaitu empat hari setelah antar mempelai wanita, diadakan pertemuan (silaturahmi) keluarga pengantin perempuan dan laki-laki.

Kembali ke beguru, tradisi ini digelar pada waktu sore, atau setelah Magrib. Tepatnya digelar satu hari sebelum pernikahan. Dihadiri oleh keluarga inti, tokoh kampung, pemuda dan masyarakat setempat.

Dalam prosesi adat beguru, sang calon pengantin diselimuti dengan ulen-ulen, sebuah kain panjang persegi yang dihiasi oleh ukiran Kerawang Gayo. Lalu, ia didudukan di hadapan ama reje (kepala desa), imem (imam) dan petue (tokoh kampung) mendengar petuah. Isi dari petuah tersebut, biasanya terkait dengan menjaga prinsip prinsip agama serta bagaimana menjalani kehidupan berkeluarga yang baik.

Adat beguru merupakan tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Gayo, sehari sebelum akad nikah berlangsung. Upacara adat ini berupa media untuk memberikan nasihat kepada calon mempelai, permohonan maaf calon pengantin kepada keluarga, hingga mendoakan calon pengantin. Foto: Syah Reza Ayub for Komparatif.id.
Talam yang berisi beras, pinang dan sirih. Digunakan sebagai media untuk menaruh sedekah kepada calon mempelai yang akan menyelenggarakan pernikahan pada esok hari. Foto: Syah Reza Ayub for Komparatif.id.

Para petue akan membagikan kiat berumah tangga, serta ragam macam nasihat yang bersifat umum. Tidak ada diskusi dalam upcara tersebut. Calon pengantin hanya mendengar saja.

Setelah mendengar petuah, diakhiri oleh doa dan selawat kepada Nabi. Lalu, si calon pengantin, bersalaman dan meminta izin kepada orang tua, keluarga dan seluruh tokoh masyarakat yang hadir. Pada sesi ini, suasana terasa sangat haru. Isak tangis terdengar, seperti seorang anak yang akan pergi jauh meninggalkan orang tua. Momen yang begitu emosional.

Walau zaman sudah milenial, namun adat beguru sebagai budaya tradisional masih terpelihara dalam identitas masyarakat Gayo. Adat yang sangat bernilai, mencirikan sebuah suku yang berperadaban.

Artikel SebelumnyaSuhaimi Hamid: PAW Terhadap Saya Batal Demi Hukum!
Artikel SelanjutnyaSuhaimi: Saya Tegak Lurus Mendukung Hasil KLB PNA 2019
Syah Reza Ayub
Jurnalis Foto Komparatif.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here