Komparatif.ID, Banda Aceh—Wakil Ketua DPW Partai NasDem Aceh Bidang Kaderisasi dan Pendidikan Politik, Fadhli Ali, yang juga Wakil Sekretaris Persaudaraan Barat Selatan (PBSA), menilai ada yang membonceng isu pergantiaan koordinat Pulau Mangkir Besar, Mangkir Kecil, Lipan, dan Panjang.
Para pembonceng isu itu punya misi khusus yaitu merusak nama Dirjen Bina Adwil Dr. Safrizal ZA, M.Si., yang ikut disebut sebagai salah satu kandidat kuat Pj Gubernur Aceh.
Fadhli Ali melihat upaya-upaya untuk merusak nama Safrizal gencar dilakukan baik melalui status-status Facebook, maupun melalui pemberitaan di media massa.
Menurut Fadli upaya itu bukan saja tidak fair, tapi seperti menyalahkan malam atas gagal panennya padi di sawah.
Demikian disampaikan oleh Fadhli Ali kepada Komparatif.id, Selasa (24/5/2022).
“Saya membaca dengan cermat upaya membonceng itu. Mereka tahu tentang latar belakang dan rentet kasus berpindahnya empat pulau it uke dalam wilayah administrasi Sumatera Utara. Tapi mereka masa bodoh saja, yang penting dapat melipat Pak Safrizal,” ujar Fadhli Ali.
Hanya saja, menurutnya upaya tersebut tidak disambut antusias oleh publik, karena di era keterbukaan informasi dan banyaknya media massa yang menulis peristiwa itu secara lengkap, membuat upaya pencitraan negatif terhadap Safrizal ibarat memercik air di dulang, terpercik muka sendiri.
Fadhli mengimbau, dalam kondisi apa pun, seharusnya perilaku membusukkan sesama Aceh tidak perlu dilakukan, karena akan merugikan Serambi Mekkah. Dengan jumlah orang Aceh yang berkarir di level nasional, dapat dihitung dengan jari, upaya menusuk saudara sendiri merupakan tindakan yang patut disebut pilihan melakukan hara-kiri.
“Kita sebagai orang Aceh juga semestinya menjaga dia. Karena kita semua tahu bahwa itu bukan kesalahan dirinya. Meskipun dalam upaya-upaya ke depan Aceh harus kehilangan empat pulau itu, saya kira Pak Safrizal dan pemimpin kita sudah berjuang dengan segenap tenaga. Penentuan tentang daerah mana yang memiliki pulau itu tidak diputuskan berdasarkan jumlah suara, tapi berdasarkan bukti ilmiah, yang dihasilkan dari kerja-kerja ilmiah yang terukur,” katanya.
Fadhli Ali sendiri, sudah jauh-jauh hari menyuarakan tentang empat pulau tersebut yang beroptensi masuk ke wilayah Sumut. Dia mengatakan Aceh terlambat bangun tidur.
“Kasus ini sudah sangat lama. Saya tahu ada salah satu mantan anggota DPRK Aceh Singkil dari partai Partai Bintang Reformasi (PBR) Zainal Abidin Tumanggor, berkali-kali menyuarakan hal tersebut. Tapi upaya almarhum dianggap angin lalu oleh parapihak. Bahkan Pakn Zainal sudah menyuarakan itu hingga ke Parlemen Aceh, tapi tidak ada yang menyahuti,” kata Fadhli.
Ia mengatakan apa yang terjadi hari ini terhadap empat pulau di Singkil, merupakan buah dari ketidakpedulian para pemimpin. Jangankan melakukan advokasi yang terukur dan sistematis, bersuara di media saja sepertinya tidak dilakukan.
“Pun demikian, sebagai orang Aceh saya berharap empat pulau itu dapat Kembali ke pelukan kita. Pulau-pulau itu sangat cantik. Bukan saja sangat menjanjikan, tapi ini perihal sejarah panjang tentang mereka dan kita. Semoga saja berhasil dan saya berdoa semoga berhasil.”