Komparatif.ID, Banda Aceh— Melani Paulina (22) menangis bahagia usai berhasil mempertahankan skripsinya di hadapan para penguji. Air matanya tak terbendung saat menyadari satu mimpi besarnya telah terwujud.
Di hadapan para dosen penguji, Melani tak hanya mempertahankan risetnya, tapi juga menggenapkan janji kepada almarhum sang ayah, Sumardi Rafli, bahwa ia akan menyelesaikan kuliah, apapun rintangannya
Melani Paulina bukan berasal dari keluarga berada. Ia tumbuh di Gosong Telaga Selatan, Aceh Singkil, sebagai anak dari seorang penjaga warung kecil. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Melani terbiasa hidup dalam keterbatasan.
Sang ayah, Sumardi Rafli, meninggal dunia saat ia masih kecil, meninggalkan ibunya, Irmayani, seorang diri membesarkan tiga anak. Namun hidup mempertemukannya dengan Suhadi, ayah sambung yang dengan tulus menggantikan peran ayah dalam keluarga kecil mereka.
Hari kelulusan Melani menjadi bukti dari ketekunan dan kekuatan cinta dalam sebuah keluarga sederhana. Di tengah keterbatasan ekonomi, Melani tidak pernah absen mencetak prestasi.
Ia menyadari pendidikan merupakan satu-satunya jalan untuk mengubah hidupnya dan keluarganya. Ketika kesempatan datang melalui program Beasiswa Aceh Carong dari Pemerintah Aceh tahun 2021, Melani meraihnya tanpa ragu. Beasiswa ini membuka jalan baginya untuk melanjutkan studi S1 Prodi Perbankan Syariah di UIN Ar-Raniry Banda Aceh melalui jalur undangan.
Baca juga: 42 Persen Penduduk Aceh Usia 19-24 Tahun Lanjutkan Pendidikan Tinggi
Dengan suara bergetar dan air mata yang mengalir tak tertahan, Melani menyampaikan gelar sarjana ini ia persembahkan untuk tiga sosok paling berpengaruh dalam hidupnya: almarhum ayah kandungnya, ibunda tercinta, dan ayah sambung yang setia mendampingi.
“Kalau bukan karena beasiswa ini, saya mungkin tak punya jalan untuk kuliah. Tapi Allah bukakan jalan lewat bantuan pendidikan dari Pemerintah Aceh, dan tentu lewat doa Ibu serta dukungan Bapak sambung saya, Suhadi. Gelar ini untuk mereka berdua, kemudian untuk almarhum Bapak yang selalu hadir dalam ingatan dan untuk Ibu yang tak pernah lelah memperjuangkan pendidikan anak-anaknya,” ujar Melani usai sidang skripsi pada Rabu, (23/7/2025).
Skripsi yang ia angkat bukan semata hasil studi, tetapi cermin dari realitas hidup yang ia saksikan setiap hari. Dengan judul penelitian tentang peran koperasi syariah dalam memberdayakan ekonomi rumah tangga, Melani mengangkat kisah ibu-ibu tangguh seperti ibunya sendiri, yang menggantungkan harapan dari usaha kecil untuk menopang ekonomi keluarga.
Penelitiannya difokuskan pada KSPPS Baitul Qiradh BIMA, lembaga keuangan mikro berbasis syariah yang membantu usaha kecil, terutama ibu rumah tangga.
Kerja keras dan dedikasi Melani mendapat apresiasi penuh dari para dosen pembimbing dan penguji. Dengan IPK 3,62, ia dijadwalkan untuk mengikuti yudisium dalam waktu dekat dan akan diwisuda pada bulan September. Ia kini menyusul kedua kakaknya yang telah lebih dulu menyelesaikan studi sarjana di universitas yang sama tahun lalu.
Irmayani, sang ibu, setiap hari menjalankan warung kecil di kampung. Ia dikenal sabar dan tekun, menyajikan mie sederhana yang disebut warga sebagai ‘mie laca-laca’. Dari tangan dan peluh ibunya itulah Melani belajar tentang ketulusan dan keikhlasan dalam mencintai serta membesarkan anak-anak.
Sementara Suhadi, ayah sambungnya, selalu menjadi penopang diam yang tak banyak bicara namun setia menemani setiap langkah pendidikan anak-anaknya.
Kini, Melani tak berhenti pada satu pencapaian. Ia memupuk harapan baru: melanjutkan pendidikan ke jenjang magister. Cita-citanya adalah melanjutkan studi di bidang akuntansi di Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui program beasiswa seperti LPDP.
Melani Paulina percaya, pendidikan adalah kunci untuk memperluas dampak, bukan hanya bagi keluarganya, tapi juga untuk masyarakat yang memiliki latar belakang serupa dengannya.
“Pendidikan telah membuka banyak jalan. Kalau Allah izinkan, saya ingin lanjut S2, mungkin di bidang akuntansi UGM melalui program beasiswa seperti LPDP,” ucapnya dengan mata berbinar.