Perlawanan Satwa Liar di Aceh Kian Sporadis

46 Ekor Gajah “Gugur” Sepanjang 2015-2021

Satwa liar gajah.
Seekor gakah liar melintas di perkebunan sawit. Foto: Forestdigest.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Perebutan ruang antara manusia dan satwa liar di Aceh kembali menimbulkan korban. Fitri (45) warga Dusun Geunie, Gampong Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse, Pidie, meninggal dunia pada Minggu (12/2/20/2023) setelah  diduga diserang oleh seekor gajah sumatera di sebuah perkebunan.

Informasi yang diperoleh Komparatif.id, saat kejadian, Fitri sedang sendirian di rumah mereka di sebuah kebun yang berjarak tiga kilometer dari permukiman warga. Suaminya yang bernama Usman Abubakar sedang ada keperluan ke Geumpang, Pidie.

Ketika Usman kembali ke gubuk mereka di kebun, dia mendapati hunian mereka telah rusak, dan sang istri tidak berada di sana. Usman yang melihat suasana tidak beres segera turun ke kampung dan memberitahukan apa yang terjadi kepada warga lainnya. Dia menduga rumah mereka telah dirusak oleh satwa liar; gajah.

Baca juga: Mempertahankan Hutan Tersisa dari Buruan Mafia

Warga pun melakukan pencarian. Fitri ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa pada malam hari di kebun mereka. Jasadnya dievakuasi dan dibawa pulang ke kampung halamannya di Paru, Pidie Jaya. Warga syok, saat ditemukan sekitar pukul 22.00 WIB, jasadnya sangat mengenaskan. Kepala terpisah dari badan.

Menurut informasi, Fitri meninggal dunia karena diamuk oleh gajah liar yang berkeliaran di kawasan tersebut.

Bila benar karena diserang oleh gajah–satwa liar–, maka Fitri bukan orang pertama di Aceh yang harus kehilangan nyawa akibat serangan gajah di Aceh pada awal 2023. Di Aceh Tengah, Minggu 56/2/2023) sembilan petani yang sedang bergotong royong membangun rumah diserang oleh po meurah. Satu orang pamit dari dunia fana akibat diinjak oleh satwa liar tersebut. Peristiwa itu terjadi kawsan hutan lindung di Dusun Daling, Desa Kekuyang, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah. Korban yang meninggal dunia bernama Sufri. Sedangkan tiga teman almarhum yang mengaklami luka-luka yaitu Miswan, Safar, dan Sis.

Pada saat kejadian, sembilan petani yang sedang beraktivitas di kawasan lindung, tiba-tiba diserang oleh seekor gajah jantan. Mereka lari pontang-panting. Namun Sufri tak dapat melanjutkan riwayat hidupnya karena keburu terinjak oleh gajah yang merupakan satwa liar dilindungi.

Dari Aceh Selatan, empat orang tim patroli hutan Forum Konservasi Leuser (FKL) diserang harimau di kawasan hutan Gunung Sampali, Kecamatan Kluet Tengah. Dua orang mengalami luka berat, dan dua lainnya mengalami luka ringan. Mereka diterkam pada Sabtu sore (28/1/2023).

Masih dari Aceh Selatan, dua dari tiga petani yang sedang beristirahat di pondok kebun di tengah hutan Gunung Sampali, tiba-tiba diserang harimau. Korban yang berhasil diterkam yaitu Amrizal (65) dan Hafifi Yunanda (29). Sedangkan seorang lainnya berhasil melarikan diri. Kedua korban dievakuasi ke Puskesmas Kluet Tengah.

Satwa Liar Kian “Dijajah”

Peristiwa penyerangan oleh harimau dan gajah liar di awal tahun 2023, bukanlah sesuatu yang terjadi tanpa penyebab. Perambahan hutan baik secara legal maupun ilegal semakin massif di Aceh. Perubahan bentang alam, okupasi lintasan gajah, pengrusakan habitat harimau, kian menjadi-jadi di Aceh sepanjang 30 tahun terakhir. Dengan tindakan-tindakan tersebut, kedaulatan satwa liar di Aceh semakin tergerus.

Data yang disampaikan oleh Yayasan Haka pada diskusi di sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, Senin (13/2/2023) luas tutupan hutan Aceh pada tahun 1990 3,7 juta hektare. Sepanjang 1990-2020, tutupan hutan yang beralih fungsi seluas 690.000 hektare. Setara sembilan kali luas negara Singapura.

Pada tahun 2022, luas tutupan hutan Aceh yang hilang seluas 9.383 hektare. Masing-masing 4.676 hektare di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), dan 4.706 hektare di luar KEL. Sisa luas tutupan hutan Aceh hingga tahun 2022 2,96 juta hektare.

Rumah satwa liar kian tergerus.
Infografis dari Yayasan HAKA.

Dalam sejumlah konflik satwa liar–gajah– dengan manusia, terjadi di kawasan lintasan gajah (jalur) tempat binatang tersebut mencari makan dalam tempo satu dasawarsa. Demikian juga penyerangan oleh harimau terjadi di kawasan binatang tersebut merasa memiliki wilayah.

Catatan yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sepanjang 2015-2021, konflik manusia dan gajah di Aceh terjadi 528 kasus. Dalam “perang” mempertahankan tanah air dalam konsep masing-masing tersebut, 46 ekor gajah menjadi “anumerta”. Baik yang diracun, maupun dijerat. Bahkan ada yang ditembak.

Artikel SebelumnyaAzwardi Minta ASN Aceh Utara Responsif Layani Masyarakat
Artikel SelanjutnyaMS Jantho Gelar 2 Eksekusi Perkara Waris
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here