
Komparatif.ID, Bireuen— Banjir yang rutin terjadi selama empat tahun terakhir terus menghantui warga Gampong Garab, Kecamatan Peulimbang, Kabupaten Bireuen. Kondisi ini disampaikan oleh M Nur (62), salah seorang warga setempat, Sabtu (27/12/2025).
M Nur mengungkapkan setiap kali hujan turun di kawasan pegunungan, kekhawatiran selalu muncul karena air sungai kerap meluap pada tengah malam dan mengancam keselamatan warga.
Di usia senjanya, M Nur mengaku tidak tenang, terutama jika hujan turun pada sore hari. Ia menilai situasi akan lebih berbahaya apabila luapan terjadi saat malam ketika sebagian warga sedang beristirahat.
Menurutnya, kesiapsiagaan masih memungkinkan dilakukan jika hujan terjadi pada pagi atau siang hari, namun risiko meningkat drastis ketika hujan deras turun menjelang malam.
Ia juga menyebutkan persoalan banjir sebenarnya telah berulang kali diusulkan penanganannya melalui musyawarah perencanaan pembangunan desa setiap tahun.
Baca juga: BMKG Peringatkan Hujan Lebat di Aceh pada 28-29 Desember
Namun hingga akhir 2025, usulan tersebut belum juga terealisasi. Kondisi ini membuat warga merasa harapan mereka untuk terbebas dari banjir masih belum menemukan titik terang.
Hal senada dibenarkan oleh Keuchik Gampong Garab, Dahri. Ia mengatakan penanganan banjir selalu menjadi prioritas yang diusulkan dalam Musrenbangdes, bahkan telah dibawa hingga tingkat kecamatan. Meski demikian, upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Menurut Dahri, masalah utama yang belum tertangani sejak 2022 hingga 2025 adalah belum dilanjutkannya pembangunan tanggul Sungai Nalan sepanjang satu kilometer.
Ia menjelaskan sebelumnya telah dibangun tanggul sepanjang 500 meter pada 2005, namun sisanya belum terealisasi. Akibatnya, air sungai kini lebih mudah meluap.
Dampak luapan tersebut cukup signifikan. Di wilayah dataran rendah, ketinggian air dapat mencapai dua meter, sementara di dataran yang lebih tinggi mencapai sekitar lima puluh sentimeter.
“Saya berharap pembangunan tanggul segera diprioritaskan oleh dinas terkait, supaya 64 kepala keluarga dari 243 jiwa warga saya selamat dari ancaman banjir rutin,” ujar Dahri.
Ia menambahkan, kondisi sungai yang sering kali tiba-tiba berubah keruh membuat warga semakin gelisah. Kekhawatiran muncul karena mereka takut kejadian serupa dengan yang dialami gampong lain dapat terulang.
Meski demikian, pihak gampong terus mengimbau warga agar tidak panik dan tetap saling berbagi informasi untuk mengantisipasi banjir.











