
Komparatif.ID, Bireuen— Ribuan kayu gelondongan tak bertuan yang terbawa banjir bandang pada 26 November 2025 hingga kini masih tertumpuk di kawasan hulu Sungai Peudada.
Tumpukan kayu gelondongan tersebut berada di areal seluas lebih kurang tiga hektar dan belum menunjukkan tanda-tanda penanganan hingga Senin, (22/12/2025). Kondisi ini menimbulkan kecemasan serius di kalangan masyarakat yang bermukim di bantaran sungai.
Lokasi penumpukan berada di kawasan Pante Raya Timu, tepatnya di Gampong Ara Bungong, yang merupakan titik pertemuan aliran sungai dari arah kiri dataran tinggi Gayo dan dari arah kanan Kecamatan Peulimbang menuju ke hilir ke arah pantai. Posisi tersebut membuat tumpukan kayu berpotensi menjadi penghambat aliran air jika banjir kembali terjadi.
Keuchik Gampong Ara Bungong, Safrizal, mengungkapkan kegelisahannya terhadap kondisi tersebut. Ia menilai, apabila tumpukan kayu tidak segera diurai sebelum banjir bandang kembali datang, maka hantaman air berisiko menyebabkan kehancuran bangunan yang berada di sepanjang aliran sungai.
Menurutnya, ancaman itu nyata mengingat intensitas banjir di wilayah tersebut pernah membawa dampak besar sebelumnya.
Baca juga: Kayu Sisa Banjir Bakal Digunakan Untuk Pembangunan Rumah Korban Bencana
Kecemasan serupa juga disampaikan Keuchik Gampong Meunasah Baroh, Masrur. Ia mendesak dinas terkait agar segera melakukan upaya penanganan untuk menyelamatkan ribuan rumah warga yang berada di bantaran Sungai Peudada.
Wilayah yang terancam meliputi Desa Lawang, Hagu, Meunasah Krueng, Meunasah Rabo, Meunasah Tambo, Meunasah Baroh, serta Blang Kubu, termasuk talud pelindung yang sebelumnya menjadi penahan ancaman banjir.
“Kami prihatin ancaman banjir mengancam keselamatan ribuan warga di bantaran sungai, mengingat trauma sebelumnya belum sembuh, cobaan baru mengancam lagi,” ujar Masrur.
Harapan agar segera dilakukan penanganan juga disampaikan oleh T. Djohan Moeda selaku Peutuha Tuha Peut Gampong Meunasah Baroh. Ia menjelaskan tenaga manusia tidak akan mampu mengurai tumpukan kayu dalam jumlah besar tersebut tanpa bantuan alat berat.
Ia juga mengingatkan kondisi struktur tebing sungai yang telah rusak serta endapan lumpur yang menyebabkan pendangkalan sungai, sehingga potensi luapan air semakin besar jika banjir kembali datang.











