Kain Kafan untuk Aceh dan Sumatra

Kain Kafan untuk Aceh dan Sumatra
Muhajir Juli. Foto: Dok. Penulis.

6 Desember 2025, hari ke-10 bencana banjir Aceh dan banjir Sumatra. Penanganan belum maksimal. Masih banyak korban yang tak tersentuh bantuan evakuasi, demikian juga makanan. Di Aceh Tamiang, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan pesolok lainnya, mereka masih mempertahankan harapan.

Video-video amatir beredar. Korban mulai minta tolong dengan suara melemah. Mereka lapar, terkurung. Anak-anak, lansia, bayi, dan usia lainnya, kini terkapar tak berdaya.

Mereka tak mampu lagi menangis. Air mata sudah kering. Terkurung, terisolasi, tanpa pangan, tanpa air bersih. Tanpa apa pun selain puing dan lumpur yang berbau amis.

Para evakuator lokal, pemerintah lokal, dan warga lokal yang membantu, terlihat semakin lelah. Laporan jumlah kematian dari hari ke hari bertambah. Di Aceh, hingga hari ke-10 belum mencapai ribuan. Tapi–melihat kemajuan penanganan– jumlah kematian mencapai ribuan, hanya menunggu waktu.

Inilah tsunami darat terdahsyat di Sumatra. Tiga provinsi luluh lantak. Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Ketiga pemerintah daerah tersebut mulai sempoyongan.

Baca juga: Banjir Pergi, Kelaparan Massal Mengancam Aceh

Belum pun para korban mampu dievakuasi seluruhnya, dampak lanjutan mulai muncul. Warga terdampak mulai ramai kekurangan logistik pangan, obat-obatan, pakaian, dll.

Dalam kondisi seperti ini, Pemerintah Pusat masih percaya diri bahwa mampu menanganinya. Sebuah kepercayaan diri yang patut dipertanyakan alat ukur apa yang digunakan?

Pemerintah sekarang terlihat amatir. Lebih menonjolkan aksi heroisme individual, ketimbang penanganan kolektif. Menteri-menteri bertingkah konyol. Sibuk membantah, kemudian mengklarifikasi.

Presiden Prabowo dan Wapres Gibran turun ke lokasi. Setelah mereka pulang, tetap saja tak ada perkembangan berarti.

Laporan dari relawan dan pemerintah daerah, di Tamiang, Bener Meriah, dan Aceh Tengah, korban masih sangat banyak yang belum ditolong.

Penanganan bencana ini sangat lamban. Pengakuan Pusat bahwa mereka masih mampu, semacam pembiaran sistematis. Pengakuan mampu menangani hanya ditunjukkan dengan kiriman sembako yang sampai sekarang belum mampu dikirim kepada korban terisolasi.

Harusnya diperbanyak juga pesawat terbang dan helikopter yang mampu menjangkau kawasan yang kini terkurung.

Mungkin–ini dugaan saya saja – bahwa ada komitmen gelap supaya kuota kain kafan dalam jumlah tertentu bisa disalurkan kali ini, bukan dalam bentuk bantuan, tapi bagian dari proyek tanggap darurat yang tak membutuhkan tender.

Artikel SebelumnyaPlt Kadisdik Aceh Minta Kacabdin Pastikan Kebutuhan Dasar Siswa Terdampak Banjir Terpenuhi
Artikel SelanjutnyaWarga Blang Kubu Peudada Kesulitan Akses Air Bersih
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here