Pemimpin dan Para Geunteut di Lingkar Kuasa

Musik don king Pemerintah Bulut dan Program Meuwöt Lam Bruek Ruhung geunteut
Zulfadli Kawom. Foto: Dokumen pribadi.

Syahdan, salah satu hantu yang namanya legendaris di Aceh bernama geunteut. Tak ada yang tahu jumlahnya berapa. Kisah anak-anak jicok le geunteut seringkali diceritakan dari mulut ke mulut.

Makhluk mitologi ini bernama geunteut. Asal usulnya tidak jelas. Dia jarang muncul, tapi sekali beraksi, warga sekampung dibuat sibuk luar biasa.

Menurut sahibul hikayat, geunteut merupakan makhluk astral yang bertubuh sangat tinggi. Dia muncul jelang Mgrib hingga tengah malam. Satu-satunya kejahatan yang dilakukannya yaitu menculik anak-anak dan menaruhnya di atas pohon tinggi.

Dulu, sekitar tahun 1980-an, cerita tentang hantu tersebut viral di Krueng Mane, Aceh Utara.Era 80-an, meskipun Aceh utara sudah dikenal sebagai Petro Dollar—ibu susu pembangunan Pulau Jawa—dari industri migas, tapi listrik belum merata. Termasuk di Krueng Mane.

Baca: Bangkitnya Arwah Halimah Jurang Seunapet

Kami kala itu mengaji di rumah teungku di gampong. Kami mulai mengaji bakda Magrib dan selesai sekitar pukul 22.00 WIB. Bilapun sesekali terlambat selesai, paling hingga pukul 22.30 Wib.

Usia yang mengaji di balai pengajian yang dikelola teungku gampong beragam. Mulai dari yang baru bersekolah di tingkat SD, hingga yang SMA. Jarang yang berstatus mahasiswa. Karena kuliah waktu itu sesuatu yang mewah.

Setiap pulang mengaji, kami pulang berombongan. Campur aduk antara yang masih kecil, remaja, hingga yang SMA. Kami menapaki jalanan berbatu. Saat itu jalan beraspal belum masuk ke kampung kami.

Di antara santri paruh waktu itu, slalu saja ada yang jahil. Dia tiba-tiba berteriak “hantu!” sembari berlari kencang. Si jahil itu seolah-olah melihat sosok gaib berupa hantu. Mendengar ada yang menyebut hantu, kami semua lari tunggang-langgang. Masing-masing cari selamat. Tak peduli lagi bagaimana nasib kawan.

Dalam ketakutan demikian, ada yang sandalnya tertinggal di jalan. Ada yang meupingkom karena kakinya menginjak kain sarung yang dikenakan sendiri. Ada yang menubruk tubuh teman, dan lain-lain.

Pada kesempatan lain, ada teman yang tiba-tiba hilang. Ada yang menghilang ketika pulang dari sawah jelang Magrib. Ada yang hilang saat pulang mengaji. Ada yang hilang saat bermain di belakang rumah pada saat Magrib, dll.

Bila itu terjadi, semua orang tidak buru-buru menuduh telah terjadi penculikan oleh manusia. Secara kolektif warga langsung menduga bila penculiknya adalah geunteut.

Setelah dilakukan pencarian semalam suntuk, jelang Subuh si anak hilang biasanya ditemukan di atas pucuk pohon tinggi. Bahkan ada yang ditaruh oleh geunteut di atas pucuk rumbia.

Meskipun aksi geunteut kerap terjadi, tapi motif yang sebenarnya tidak pernah diketahui. Untuk apa dia menculik anak kecil dan kemudian menaruhnya di atas pucuk pohon tinggi. Sesekali diberi makan kaki seribu dan binatang menjijikkan lainnya.

Mungkin hantu tersebut iseng ya. Tapi ya gitu deh. Keisengannya membuat warga sekampung tidak tidur semalaman.

Menurut cerita orang-orang yang pernah diculik geunteut, mereka tiba-tiba merasa sedang berada di suatu tempat yang sangat indah. Mereka terus berjalan karena tergoda untuk melanjutkan perjalanan menuju ujung jalan yang sangat memanjakan mata.

Untuk menghindari anak-anak diculik oleh makhluk tinggi, hitam dan semakin ke atas semakin ramping, para tetua selalu mengingatkan. Setiap kali berjalan di kegelapan, anak-anak diingatkan sering-sering memegang peuruncun(area pantat di sekitar tulang ekor).

Kenapa? karena saat geunteut menculik, dia akan mengangkat seseorang dengan cara memasukkan tangannya ke selangkangan target. Makanya para tetua sering mengingatkan, dalam bahasa Aceh, “Nyoe kajak sidroe teungoh malam, beukayem karaba peuruncun, nak bek jiba le geuntut.

Ada cerita lain, bila sedang berjalan di tengah malam, sering-seringlah menyapu kepala dari dahi ke belakang. tujuannya, bila saja hantu tinggi itu sedang menculik kita, tangan kita yang sedang menyapu kepala akan menyentuh peler dan “terongnya” hantu tersebut. Bila area tersebut tersentuh, dia akan merasakan geli dan melepaskan orang yang diculik.

Dengan teknik yang kedua, saya berasumsi bila makluk astral yang satu ini tidak memakai celana. Kalau dia memakai celana, tentu tangan kita takkan bisa menyentuh bagian tersebut.

Geunteut Setelah Pilkada

Tahun-tahun pertama setelah pilkada, setiap pemimpin disibukkan oleh aktivitas yang kurang penting. yaitu menyambut tamu-tamu yang datang dari jauh, dengan tujuan ingin berinvestasi. Ada yang ingin berinvestasi di bidang pertanian, perikanan, panas bumi, pertambangan mineral, dan lain-lain.

Demikian juga di Aceh.Setiap selesai pilkada, selalu saja ada kelompok “agency” yang membawa—katanya—calon investor dari Dubai, Uni Emirat Arab, Hongkong, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Cina, dan lain-lain.

Para agency tersebut membawa serombongan calon investor bertemu Gubernur Aceh. mMereka bincang-bincang di ruang full AC. Pakaian mereka rapi-rapi, berjas, berdasi, dan rambut disisir rapi. Bilapun ada yang terlihat kurang rapi, yaitu anggota agency yang mengaku punya jaringan bisnis hingga ke Kutub Utara.

Meskipun demikian, pengakuan itu kerap ditertawakan di warkop, karena hampir semua penghuni warkop tahu, bahwa mereka para agency itu merupakan kelompok pemburu SK dan paket PL yang ada di berbagai dinas.

Bahkan ada di antara mereka yang berhasil “memaksa” kepala daerrah meninjau lahan yang akan dijadikan calon tempat investasi.

Tapi, setelah selesai sambutan di pendopo, setelah meeting kecil, jamuan santap bersama, berkunjung ke lokasi (bila ada), berfoto bersama, pihak humas kirim rilis pers ke media, semuanya buyar. Rencana investasi paling tinggi hanya sampai tahap penandatangan memorandum of understanding (MoU).

Pola itu terus berulang setiap lima tahun sekali. Dan semua pemimpin di Aceh –yang pernah saya lihat—selalu mengulang perilaku yang sama. lalee jipeulangu le aneuk buah geunteut. Para calon investor tak pernah kembali.

Ketika di-track di internet, umumnya perusahaan mereka terdaftar di alam gaib. Bilapun ada yang agak terang, seringkali para pemain yang telah malang melintang sebagai pelaku wanprestasi.

Di sisi lain, kepala daerah juga tidak begitu paham tentang janji pilkada yang kemudian dimasukkan ke dalam RPJM daerah. Karena dia tidak begitu mengerti, para geunteut lokal membelokkannya menjadi kegiatan-kegiatan yang sifatnya instan, tidak berorientasi pada pembanguan rakyat. Tapi berorientasi kup keudroe ban mandum.

Si pemimpin baru sadar ketika usia kepemimpinannya sudah memasuki tahun ketiga. Kesadaran yang teramat terlambat. Saat dia sadar, semuanya telah hancur. Dia sendiri sudah meuligan eek dari kepemimpinannya.

Lalu, apa yang bisa dilakukan? Lain orang lain treatment. Tidak bisa sama rata. Tapi yang pasti, sering-seringlah raba peuruncun. Atau sering-seringlah rahop ule sira duk, nak beek jiba le geunteut.

Nasihat lain, pemimpin bek lale peutimang ek nam lam reugam.

Artikel SebelumnyaSurya Gusfian Pecahkan Rekor Panjat Tebing Speed WR Aceh
Artikel SelanjutnyaPertamina Pastikan Penyaluran LPG 3 Kg di Pidie Sesuai HET
Zulfadli Kawom
Seniman, aktivis kebudayaan, Mekanik di Malaysia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here