Komparatif.ID, Moskow— Seorang pria di Tyumen, Rusia, mengganti nama lengkapnya setiap tahun hanya untuk menghindari kewajiban membayar tunjangan anak.
Melansir Oddity Central pada Rabu (19/11/2025), kepala layanan juru sita wilayah Tyumen, Roman Korenev, menjelaskan pria tersebut secara rutin mengubah seluruh identitasnya, mulai dari nama depan, nama belakang, hingga patronimik.
Ia melakukannya setahun sekali dengan harapan kewajiban membayar nafkah yang telah tercatat atas namanya ikut menghilang. Menurut Korenev, kasus ini merupakan salah satu yang paling absurd yang pernah ditemuinya selama bertugas.
Korenev menceritakan kepada media Rusia 72.RU bahwa pria tersebut selalu kembali ke nama lamanya setelah beberapa waktu dan mengulangi proses perubahan identitas dari tahap awal.
Setiap kali dokumen resmi dan catatan sipil diperbarui, ia berharap sistem tidak dapat lagi menghubungkannya dengan utang tunjangan anak yang harus ia bayarkan sebagai seorang ayah. Dengan demikian, ia berusaha membuat dirinya seolah tidak tercatat sebagai debitur.
Namun upaya tersebut tidak berjalan mulus. Di Rusia, setiap perubahan nama akan otomatis dilaporkan oleh kantor catatan sipil kepada petugas pengadilan. Alur informasi inilah yang membuat identitas baru pria itu tetap terlacak, sehingga upayanya untuk menghilang dari kewajiban hukum tidak pernah berhasil.
Baca juga: Gemar Cium Anak Kecil Perempuan, PBNU Nilai Gus Elham Tidak Berakhlak
Petugas pengadilan di Tyumen memastikan perubahan data pribadi tidak dapat menghapus tanggung jawab seseorang terhadap anaknya.
Korenev menambahkan kasus pria ini bukan satu-satunya. Menurutnya, sejumlah warga di wilayah tersebut kerap menggunakan berbagai cara yang dinilai aneh maupun tidak masuk akal untuk menghindari kewajiban membayar tunjangan anak setelah berpisah dari pasangannya.
Ada yang mencoba memalsukan kematian, memanipulasi hasil tes DNA, hingga menciptakan alasan medis agar petugas tidak bisa melakukan proses penagihan.
Dalam salah satu kasus lain, seorang debitur pernah mengaku menderita agorafobia atau kecemasan berlebih terhadap ruang terbuka untuk mencegah petugas pengadilan memasuki rumahnya.
Namun kebohongan itu terbongkar setelah diketahui ia memiliki dua apartemen, dan salah satunya sedang dalam proses penyitaan oleh pengadilan.
Korenev menegaskan apa pun alasan yang disampaikan, para debitur tetap bisa dilacak melalui sistem pencatatan sipil dan pengawasan pengadilan. Perubahan identitas, gangguan fobia, hingga berbagai alasan lain tidak menghentikan proses hukum yang berjalan.
Ia menekankan bahwa menjadi seorang ayah bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga tanggung jawab hukum yang harus dipenuhi demi masa depan anak yang bergantung pada dukungan orang tuanya.












